Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera negara Thailand (unsplash.com/@chris_robert)
Bendera negara Thailand (unsplash.com/@chris_robert)

Intinya sih...

  • Thailand membeli sistem pertahanan udara rudal Barak MX buatan Israel di tengah konflik dengan Kamboja.

  • Penguatan pertahanan udara Thailand untuk menjaga keunggulan militer dan menghadapi ancaman roket, serangan udara, dan drone.

  • Pembelian rudal Barak MX dipandang sebagai respons atas ancaman nyata dan meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas kawasan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja berdampak langsung pada kebijakan pertahanan Bangkok. Salah satu langkah paling menonjol adalah keputusan membeli sistem pertahanan udara rudal Barak MX buatan Israel dari Israel Aerospace Industries. Isu ini mendapat perhatian luas dari media internasional.

1. Penguatan pertahanan udara Thailand di tengah konflik perbatasan

ilustrasi militer (unsplash.com/@fandrejevic)

Media Israel Haaretz melaporkan bahwa Thailand semakin mengandalkan persenjataan buatan Israel dalam konflik dengan Kamboja. Dalam laporannya, Haaretz menyebut sistem seperti Barak MX menjadi bagian dari upaya Thailand menjaga keunggulan militer, terutama dalam menghadapi ancaman roket dan serangan udara. Penggunaan dan pembelian senjata ini dinilai memperkuat posisi Thailand di medan konflik yang belum sepenuhnya mereda.

Sementara itu, The Defense Post menulis bahwa Barak MX dipilih karena kemampuannya yang fleksibel, mulai dari mencegat drone, pesawat tempur, hingga rudal jelajah. Media tersebut menekankan bahwa pembelian ini berkaitan dengan modernisasi pertahanan udara Thailand, bukan sekadar transaksi senjata biasa. Konteks ketegangan regional disebut sebagai faktor penting di balik keputusan tersebut.

2. Cara media Barat melihat eskalasi Thailand–Kamboja

Kota dengan gedung-gedung tinggi dan menara jam saat matahari terbenam di Phnom Penh (unsplash.com/@rothchanvirak_19)

The Guardian mencatat bahwa bentrokan di perbatasan memicu pengungsian dan memperbesar risiko konflik berkepanjangan. Pembelian sistem pertahanan baru oleh Thailand dipandang sebagai sinyal bahwa Bangkok bersiap menghadapi skenario terburuk.

The Guardian juga menyoroti bahwa meski ada pembicaraan gencatan senjata, situasi di lapangan tetap rapuh. Langkah memperkuat pertahanan udara dinilai sejalan dengan kondisi keamanan yang belum stabil. Dalam kerangka ini, belanja militer Thailand dibaca sebagai respons atas ancaman nyata, bukan sekadar unjuk kekuatan.

3. Analisis strategis di balik pilihan Barak MX

ilustrasi militer (unsplash.com/@thesilvafocus)

Media pertahanan Defence Blog mengulas Barak MX dari sisi teknis dan strategi militer. Mereka menyebut sistem ini cocok untuk negara yang ingin membangun lapisan pertahanan udara berjenjang. Menurut Defence Blog, keputusan Thailand mencerminkan kebutuhan menghadapi ancaman modern yang semakin beragam di kawasan.

Analisis serupa muncul di The National Interest, yang melihat pembelian Barak MX sebagai langkah rasional dalam konteks keseimbangan kekuatan regional. Media asal AS itu menilai Thailand berupaya memastikan superioritas militernya dibanding Kamboja, terutama di sektor pertahanan udara. Konflik perbatasan disebut sebagai latar penting yang membuat keputusan ini terasa mendesak.

Langkah Thailand memperkuat pertahanan udara mencerminkan meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas kawasan. Ketegangan dengan Kamboja membuat isu keamanan kembali menjadi prioritas utama dalam kebijakan pertahanan negara tersebut. Pembelian sistem rudal dari Israel menunjukkan keseriusan Thailand menghadapi potensi ancaman di wilayah perbatasan. Perkembangan ini berpotensi memengaruhi dinamika keamanan Asia Tenggara dalam waktu ke depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team