500 Ribu Warga Ngungsi akibat Konflik Thailand-Kamboja

- Ratusan ribu warga mengungsi di fasilitas umum, memadati sekolah, pagoda, dan gedung olahraga.
- Korban jiwa berjatuhan di kedua pihak, dengan sembilan tentara tewas dan puluhan lainnya terluka di Thailand.
- Presiden AS Donald Trump yakin bisa selesaikan konflik dengan cepat melalui mediasi antara Thailand dan Kamboja.
Jakarta, IDN Times - Pertempuran sengit di perbatasan Thailand dan Kamboja terus berlanjut dan memaksa lebih dari 500 ribu warga dari kedua negara mengungsi. Konflik bersenjata yang melibatkan serangan udara dan artileri berat ini telah memasuki hari keempat pada Kamis (11/12/2025), dengan jumlah korban jiwa yang terus bertambah di kedua belah pihak.
Pemerintah Thailand melaporkan telah mengevakuasi sekitar 400 ribu warganya dari tujuh provinsi perbatasan dan menutup ratusan sekolah demi keamanan sipil. Sementara itu, otoritas Kamboja mencatat lebih dari 100 ribu penduduknya terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan di tempat pengungsian sementara, dilansir Al Jazeera.
1. Ratusan ribu warga mengungsi di fasilitas umum

Ratusan ribu pengungsi kini memadati sekolah, pagoda, dan gedung olahraga yang diubah menjadi tempat penampungan sementara. Warga di provinsi Surin, Thailand, mengaku hanya memiliki sedikit waktu untuk menyelamatkan diri dan harta benda saat sirene peringatan evakuasi berbunyi.
Kondisi di kamp-kamp pengungsian dilaporkan mulai memengaruhi kesehatan fisik dan mental warga yang hidup dalam ketakutan akan adanya serangan susulan di wilayah mereka. Seorang pengungsi mengungkapkan keputusasaannya dan berharap pemerintah segera menemukan solusi untuk mengakhiri penderitaan warga sipil.
"Apapun yang diperlukan, selesaikan saja konflik ini sampai tuntas karena kami hidup dalam ketakutan," ujar Visut Krimsilp, seorang pengungsi di Ubon Ratchathani, dilansir The Guardian.
Selain krisis kemanusiaan, UNESCO mendesak kedua belah pihak melindungi situs warisan budaya yang berada di zona konflik. Badan PBB tersebut memperingatkan bahwa situs Warisan Dunia Kuil Preah Vihear dan kuil-kuil kuno lainnya kini berada dalam ancaman kerusakan serius akibat bombardir artileri dan mortir.
Kementerian Pertahanan Kamboja mengklaim tentara Thailand secara sengaja menargetkan situs suci seperti kuil Ta Krabey dengan tembakan artileri. Sebaliknya, militer Thailand menuduh pasukan Kamboja menggunakan situs-situs bersejarah tersebut sebagai pangkalan operasi militer untuk melancarkan serangan ke wilayah Thailand.
2. Korban jiwa berjatuhan di kedua pihak

Thailand melaporkan sembilan tentara tewas dan puluhan lainnya terluka akibat serangan berturut-turut di sepanjang perbatasan. Tiga warga sipil Thailand juga dikonfirmasi tewas, menandai kematian non-kombatan pertama di pihak Thailand sejak pertempuran kembali pecah pekan ini.
Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri Kamboja mengonfirmasi 11 warga sipil tewas, termasuk seorang bayi, dan sekitar 75 orang lainnya mengalami luka-luka serius. Otoritas Kamboja menuduh militer Thailand melancarkan serangan brutal menggunakan jet tempur F-16 dan artileri berat yang menargetkan wilayah permukiman penduduk hingga 30 kilometer dari perbatasan.
Pertempuran ini dilaporkan meluas ke lebih dari selusin lokasi di sepanjang 817 kilometer garis perbatasan yang disengketakan oleh kedua negara tetangga tersebut. Penggunaan drone pengintai dan drone serang memaksa warga sipil serta jurnalis di lapangan untuk terus waspada.
Angkatan bersenjata Thailand membantah tuduhan pelanggaran hukum internasional dan mengklaim tindakan militer mereka adalah bentuk pertahanan diri yang sah. Mereka menuding pasukan Kamboja secara sengaja meluncurkan roket ke area sipil dan bahkan mengenai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Phanom Dong Rak di provinsi Surin.
3. Trump yakin bisa selesaikan konflik dengan cepat
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan akan segera menghubungi pemimpin kedua negara guna meredakan ketegangan. Trump sesumbar bahwa dirinya memiliki hubungan baik dengan kedua pemimpin dan yakin dapat menghentikan pertempuran tersebut dengan cepat.
"Saya pikir saya bisa membuat mereka berhenti berkelahi, saya berteman baik dengan keduanya dan pernah menyelesaikannya sekali," tutur Trump kepada wartawan di Washington, dilansir Bangkok Post.
Upaya mediasi ini juga melibatkan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, yang sebelumnya berhasil menengahi gencatan senjata antara kedua negara pada Juli lalu. Namun, kesepakatan damai tersebut runtuh bulan lalu setelah insiden ledakan ranjau darat yang melukai tentara Thailand.
Namun, respons Thailand terhadap tawaran dialog kali ini cenderung dingin karena situasi politik domestik menjelang pemilu dan sentimen nasionalisme yang kuat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan saat ini bukan waktu yang tepat untuk pembicaraan damai karena kepercayaan antara kedua negara telah rusak parah.
"Jika ada negara ketiga yang ingin menengahi, Thailand tidak dapat menerimanya pada tahap ini karena batas toleransi telah dilanggar," tegas Nikorndej Balankura, juru bicara Kemlu Thailand, dilansir The Guardian.


















