Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Balai Kota Roma dihias lampu warna bendera Italia untuk memperlihatkan solidaritas saat melawan COVID-19, di Roma, Italia, pada 17 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Alberto Lingria

Roma, IDN Times - Italia terus melaporkan peningkatan jumlah kasus positif COVID-19, begitu juga dengan angka kematian karenanya. Pada Kamis (19/3), otoritas kesehatan Italia mengumumkan ada 427 orang meninggal, sehingga total kematian di negara tersebut menjadi 3.405.

Angka itu melampaui Tiongkok yang mencatatkan sebanyak 3.252 orang meninggal. Populasi Tiongkok sendiri sekitar 20 kali lipat lebih besar dibandingkan Italia. Begitu juga dengan total kasus terkonfirmasi di mana ada 81.193 pasien positif di Tiongkok dan 41.035 di Italia.

Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Italia untuk membuat lebih lambat wabah virus corona?

1. Pemerintah Italai diharapkan membuat kebijakan lebih ketat

Seorang pria berjalan di pusat kota Amalfi, di Naples, Italia, di tengah lockdown, pada 19 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Ciro De Luca

Italia sendiri sudah memberlakukan lockdown nasional atau karantina di seluruh negeri. Berbagai restoran, kafe, taman dan lokasi-lokasi hiburan telah ditutup.

Warga pun harus membawa dokumen khusus yang berisi keterangan detail jika ingin keluar rumah. Dokumen itu juga hanya berumur tiga hari. Namun, lockdown rupanya dianggap belum ampuh untuk menekan angka kasus COVID-19.

"Saya berharap segera ada langkah untuk melarang orang jogging atau berjalan-jalan," kata Gubernur Veneto, Luca Zaia, kepada kantor berita Reuters. "Saya minta maaf soal itu, tapi pilihan lainnya adalah masuk ruang rawat intensif, menginap di rumah sakit dan penularan (virus)."

2. Italia kerahkan personel militer untuk bantu pemakaman

Petugas medis memindahkan pasien COVID-19 dari unit perawatan intensif Gemelli Hospital ke Columbus Covid Hospital, Roma, Italia, pada 16 Maret 2020. ANTARA FOTO/Gemelli Policlinico/Handout via REUTERS

Dengan begitu banyaknya pasien meninggal, pengurus makam di Italia banyak yang sudah merasa kewalahan. Misalnya, di kota Bergamo dan Lodi. Pemerintah pun terpaksa mengerahkan militer untuk membantu mereka. Dikutip dari The New York Times, sebanyak 120 dokter dan ahli kesehatan angkatan bersenjata dikirim ke dua kota tersebut.

Mereka bertugas untuk membawa jenazah yang meninggal akibat COVID-19 ke sejumlah lokasi lain untuk segera dikremasi. Pemerintah juga mulai mendirikan beberapa unit pernafasan di sekitar kawasan tersebut untuk menampung para pasien yang sudah tidak bisa dirawat di rumah sakit.

3. Tiongkok kirimkan dokter ke Italia

Ilustrasi Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Tiongkok sendiri memilih jalur diplomasi untuk membantu Italia. Seiring dengan menurunnya jumlah kasus di negara itu, Presiden Xi Jinping memutuskan mengirim tim dokter ke Italia untuk membantu menangani situasi ini. Tiongkok juga memberikan bantuan berupa perlengkapan medis seperti masker.

Noah Barkin, pengamat politik Tiongkok di German Marshall Fund, mengatakan kepada The Guardian bahwa kesempatan ini dipakai Xi untuk memperlihatkan kepemimpinannya kepada dunia internasional. Ia skeptis bantuan-bantuan tersebut murni bersifat kemanusiaan tanpa embel-embel motif tertentu.

"Tak ada yang salah dengan Tiongkok membantu Eropa dan negara-negara lain, khusus sekarang ketika negara itu mampu mengurung virus corona. Namun, jelas juga bahwa (Beijing) melihat bantuan ini sebagai alat propaganda," ungkap Barkin.

"Saat Trump menghantam Eropa dengan larangan bepergian, Tiongkok bersikap sebagai teman baik yang tak egois," tuturnya lagi memberikan analisa.

Editorial Team