Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden AS, Donald Trump. ( The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden AS, Donald Trump. ( The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Pangkalan Udara Bagram memiliki sejarah dan nilai strategis yang tinggi

  • Taliban menolak kemungkinan kembalinya kehadiran militer AS di Afghanistan

  • AS-Taliban mulai berunding di balik layar terkait pangkalan udara Bagram

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan ancaman terhadap pemerintah Taliban di Afghanistan. Melalui platform media sosial Truth Social pada Sabtu malam, (20/9/2025), Trump menuntut pengembalian Pangkalan Udara Bagram ke tangan AS.

Trump tidak merinci konsekuensi apa yang akan dihadapi Afghanistan, tapi ia menegaskan bahwa penolakan akan berakibat fatal. Ancaman ini merupakan kelanjutan pernyataannya beberapa hari sebelumnya yang mengindikasikan AS sedang berupaya mendapatkan kembali pangkalan tersebut.

“Jika Afghanistan tidak mengembalikan Pangkalan Udara Bagram kepada mereka yang membangunnya, Amerika Serikat, HAL-HAL BURUK AKAN TERJADI!!!” tulis Trump.

1. Sejarah dan nilai strategis pangkalan Bagram

Pangkalan Udara Bagram merupakan instalasi militer AS terbesar selama perang 20 tahun di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001. Pasukan AS meninggalkan pangkalan tersebut pada Juli 2021 di bawah pemerintahan Joe Biden. Langkah ini dikritik Trump karena Biden menyerahkannya tanpa imbalan apa pun.

Taliban mengambil alih kendali pangkalan itu pada Agustus 2021, hanya enam minggu setelah AS pergi dan bertepatan dengan jatuhnya ibu kota Kabul. Pangkalan ini awalnya dibangun oleh Uni Soviet pada 1950-an sebelum diambil alih oleh AS pada 2001, setelah invasi pasca-serangan 9/11.

Alasan utama Trump sangat menginginkan pangkalan ini kembali adalah lokasinya yang sangat strategis. Bagram terletak di Afghanistan timur, berjarak hanya satu jam dari fasilitas pengembangan senjata nuklir milik China dan dekat dengan perbatasan Pakistan.

Selama di bawah kendali AS, Bagram menjelma menjadi sebuah kompleks besar yang dilengkapi berbagai fasilitas ala Amerika seperti Burger King dan Pizza Hut. Namun, Al Jazeera melaporkan bahwa pangkalan ini juga menampung sebuah kompleks penjara besar tempat ribuan orang ditahan tanpa proses pengadilan dan mengalami penyiksaan.

2. Taliban tidak mau AS kembali ke Afghanistan

Menanggapi permintaan Trump, pemerintah Taliban menolak kemungkinan kembalinya kehadiran militer AS di negara mereka. Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Zakir Jalal, menyampaikan penolakan pihaknya melalui media sosial.

Jalal menyatakan bahwa Afghanistan siap menjalin hubungan politik dan ekonomi dengan Washington. Namun, ia menekankan bahwa hubungan tersebut harus didasarkan pada rasa saling menghormati dan kepentingan bersama, tanpa adanya pangkalan militer asing di tanah Afghanistan.

Ini bukan pertama kalinya Taliban merespons pernyataan Trump terkait Bagram. Awal tahun ini, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pernah membantah klaim Trump bahwa China mengendalikan Bagram dan memintanya untuk tidak membuat pernyataan emosional, dilansir New York Post.

3. AS-Taliban mulai berunding di balik layar

Ilustrasi bendera Afghanistan. (unsplash.com/Farid Ershad)

Di tengah retorika keras Trump, The Wall Street Journal melaporkan adanya diskusi awal antara pemerintahan Trump dan Taliban. Pembicaraan tersebut dipimpin oleh utusan khusus AS untuk sandera, Adam Boehler, dan mencakup berbagai isu, seperti pertukaran tahanan, ekonomi dan keamanan.

Ketika ditanya oleh wartawan mengenai apakah ia akan menggunakan kekuatan militer untuk merebut kembali Bagram, Trump menolak memberikan jawaban pasti.

“Kami tidak akan membicarakan itu. Kami sedang berbicara dengan Afghanistan dan kami menginginkannya kembali, jika tidak, Anda akan mengetahui apa yang akan saya lakukan,” kata Trump, dikutip dari Anadolu Agency.

Proses penarikan pasukan AS dari Afghanistan sendiri sebenarnya dimulai pada masa pemerintahan pertama Trump pada Maret 2020. Awalnya, AS berencana menarik semua pasukan pada 1 Mei 2021, tapi Biden memperpanjang batas waktu hingga Agustus 2021.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team