Trump Ingin AS Kembali ke Pangkalan Militer Afghanistan

- Trump ingin kembali ke pangkalan militer Bagram di Afghanistan
- AS klaim ada keterlibatan militer China di Afghanistan, pihak Taliban menolak kehadiran AS
- Bagram memiliki lokasi strategis bagi AS dalam kampanye militer jangka panjangnya setelah serangan 11 September 2001
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan bahwa pihaknya sedang berupaya mendapatkan kembali Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan. Bagram adalah pangkalan militer terbesar AS di negara itu hingga pasukan Amerika menarik diri pada 2021, yang menyebabkan pengambilalihan oleh Taliban.
"Kami sedang berusaha merebutnya kembali. AS memberikannya kepada mereka (Taliban) tanpa imbalan," ujar Trump selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada 18 September 2025.
Menurutnya, salah satu alasan mengambil kembali Bagram karena pangkalan tersebut memiliki lokasi yang strategis dan berjarak satu jam dari tempat China memproduksi senjata nuklirnya. Trump juga menambahkan, Taliban membutuhkan sesuatu dari AS, yang menunjukkan bahwa ia yakin pangkalan udara tersebut dapat kembali sebagai bagian dari kesepakatan, dilansir NHK News pada Jumat (19/9/2025).
1. AS klaim ada keterlibatan militer China di Afghanistan
Sejak Maret, Trump telah berencana untuk mempertahankan pangkalan udara Bagram. Alasannya, bukan karena Afghanistan, tetapi karena China. Ia berulang kali mengatakan bahwa Beijing telah membangun kehadiran di pangkalan tersebut. Namun, Taliban membantah klaim itu.
BBC melaporkan, berdasarkan hasil pemeriksaan 30 citra satelit dari akhir 2020 hingga 2025, pihaknya menemukan sangat sedikit aktivitas di pangkalan tersebut sejak Taliban kembali. Tidak ada bukti yang mendukung kehadiran Beijing di pangkalan tersebut.
Sementara itu, beberapa anggota parlemen AS telah menyatakan kekhawatiran tentang meningkatnya pengaruh China di Afghanistan sejak Washington menarik diri.
2. Pihak Taliban menolak kehadiran AS
Menanggapi gagasan Trump tersebut, Kabul mengatakan pihaknya tidak terbuka untuk kesepakatan semacam itu.
"Afghanistan dan AS perlu bekerja sama, tanpa AS mempertahankan kehadiran militer di wilayah manapun di Afghanistan," kata Zakil Jalal, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan di X.
"Kedua negara dapat menjalin hubungan ekonomi dan politik atas dasar saling menghormati dan kepentingan bersama," tambahnya, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa pihaknya menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah Afghanistan. Ia juga mendesak semua pihak untuk memainkan peran konstruktif demi perdamaian dan stabilitas regional.
"Masa depan dan nasib Afghanistan harus berada di tangan rakyat Afghanistan. Saya ingin menekankan bahwa memicu ketegangan dan menciptakan konfrontasi di kawasan tidak akan mendapat dukungan rakyat," ungkapnya dalam konferensi pers pada 19 September 2025, ketika ditanya soal komentar Trump.
3. Bagi AS, Bagram memiliki lokasi yang strategis

Baru-baru ini, AS dan Taliban telah terlibat dalam perundingan terkait warga Amerika yang ditahan di Afghanistan. Adam Boehler, utusan khusus untuk sandera dan Zalmay Khalilzad, mantan utusan AS untuk Afghanistan, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi di Kabul.
Pangkalan Bagram terletak di utara ibu kota Kabul dan merupakan lokasi yang penting secara strategis bagi Washington dalam kampanye militer jangka panjangnya setelah serangan 11 September 2001.
Penarikan penuh pasukan AS merupakan bagian dari kesepakatan yang ditandatangani selama pemerintahan pertama Trump pada 2020. Lalu, selesai pada 2021 di bawah pemerintahan Joe Biden. Washington juga tidak mengakui pemerintahan Taliban, setelah dua dekade intervensi militer AS di Afghanistan.