Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pertemuan Vladimir Putin dengan Recep Tayyip Erdogan pada 10 Maret 2017  (kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Pertemuan Vladimir Putin dengan Recep Tayyip Erdogan pada 10 Maret 2017 (kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuka penyeberangan Yayladagi untuk memfasilitasi pemulangan sukarela jutaan migran Suriah.
  • Pengungsi merayakan jatuhnya Assad di Turki, namun banyak yang masih ragu pulang karena situasi di Suriah. Turki berupaya memulangkan mereka secara aman.
  • Warga Suriah di Turki hidup sulit akibat krisis ekonomi dan sentimen anti-imigran, sementara PBB memperkirakan 90% penduduk Suriah hidup di bawah garis kemiskinan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengumumkan pembukaan gerbang perbatasan dengan Suriah, guna memfasilitasi pemulangan yang aman dan sukarela bagi jutaan migran Suriah yang ditampungnya.

"Kami membuka gerbang perbatasan Yayladagi untuk penyeberangan, guna mencegah kemacetan dan memperlancar lalu lintas," kata Erdogan.

"Kami juga akan mengelola pemrosesan pengembalian sukarela para imigran dengan cara yang sesuai dengan penerimaan kami," tambahnya, dikutip dari The Straits Times pada Selasa (10/12/2024).

Penyeberangan Yayladagi yang dekat dengan tepi barat laut Suriah telah ditutup sejak 2013 karena pertempuran di dekat perbatasan.

1. Jatuhnya rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad

Pengumuman itu datang setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad tiba-tiba digulingkan oleh pemberontak dan Assad melarikan diri ke Rusia, setelah 13 tahun perang saudara dan lebih dari 50 tahun pemerintahan brutal keluarganya. Peristiwa tersebut dinilai menjadi salah satu titik balik terbesar bagi Timur Tengah dalam beberapa generasi.

Pengungsi Suriah telah merayakan jatuhnya Assad di jalan-jalan kota Turki, menyambut keruntuhan mendadak rezimnya, dan mereka telah berbondong-bondong ke perbatasan Turki-Suriah.

Meski begitu, banyak warga Suriah yang saat ini tinggal di Turki sedang mempertimbangkan apakah mereka harus kembali ke rumah. Saat ini, mereka menghadapi keputusan sulit tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

2. Turki menampung sekitar 3 juta migran dan pengungsi Suriah

Bendera Turki. (Unsplash.com/Tarik Haiga)

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Hakan Fidan mengatakan Turki akan berupaya untuk memulangkan para migran Suriah yang ditampungnya secara aman dan sukarela.

Dalam pidatonya baru-baru ini di Konferensi Duta Besar Turki di Ankara, Fidan mengatakan negaranya siap memberikan dukungan untuk pembangunan kembali Suriah. Pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan semua aktor dan pihak regional.

"Ankara akan mendukung warga Suriah dalam fase baru di Damaskus, namun kelompok seperti ISIS dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris, tidak boleh mengambil keuntungan dari situasi ini," ujarnya. 

Ankara juga menuturkan, pihaknya tidak memberikan dukungan dan tidak terlibat dalam serangan oleh pasukan oposisi Suriah yang telah didukungnya selama bertahun-tahun terhadap Assad. Pihaknya menginginkan pemerintahan baru Suriah yang bersifat inklusif dan agar warga Suriah dapat menentukan masa depan mereka sendiri.

Turki telah menampung sekitar 3 juta migran dan pengungsi Suriah, menjadikannya negara tuan rumah terbesar bagi warga Suriah yang melarikan diri dari perang saudara. Negara tersebut juga menguasai sebagian besar wilayah di Suriah utara setelah beberapa serangan lintas perbatasan terhadap milisi Kurdi Suriah YPG, yang dianggap Ankara sebagai perluasan dari PKK.

3. Sekilas kehidupan pengungsi Suriah di Turki

Dilansir BBC, kehidupan warga Suriah di Turki menjadi semakin sulit dalam dua tahun terakhir karena warga Turki menghadapi krisis ekonomi dengan inflasi yang terus meningkat. Sentimen anti-imigran di masyarakat pun telah meluas dan pemerintah Erdogan telah memperketat kebijakan tentang imigrasi.

Ankara telah lama mencoba berbicara dengan rezim Assad yang digulingkan mengenai pemulangan para pengungsi yang telah melarikan diri dari perang saudara di Suriah sejak dimulai pada 2011.

Semua warga Suriah di Turki memegang status perlindungan sementara. Mayoritas dari mereka tinggal di Istanbul dan dua kota perbatasan, Gaziantep dan Sanliurfa. Banyak dari mereka telah tinggal dalam jangka waktu lama, keluarga-keluarga Suriah telah menetap dan menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah dan universitas Turki.

Warga Suriah di Turki juga menjalani kehidupan yang tidak menentu. Banyak yang bekerja tidak terdaftar dengan gaji di bawah upah minimum, dan seringkali tanpa asuransi. Jika, mereka semua pulang sekaligus, hal itu dapat berimbas signifikan terhadap perekonomian Turki. 

PBB memperkirakan bahwa 90 persen penduduk di Suriah sekarang hidup di bawah garis kemiskinan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team