Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_7941.jpeg
Sekretaris Eksekutif Sekretaris Eksekutif Kantor PBB untuk Koordinasi Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), Simon Stiell di INZS 2025. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Intinya sih...

  • Aksi iklim bukan cuma soal angka, tapi juga soal manusia. Stiell menegaskan bahwa aksi iklim seharusnya tidak dipandang semata dari sudut pandang target emisi atau statistik.

  • Indonesia dinilai berada di jalur yang benar. Kapasitas energi terbarukan Indonesia naik 40 persen sejak 2019 dan hampir 1.000 megawatt kapasitas baru ditambahkan pada tahun ini saja.

  • Pujian untuk Presiden Prabowo. Stiell juga menyoroti komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi perubahan iklim dan menyebut ambisi Indonesia untuk mencapai net zero pada 2060 sebagai sinyal kuat bagi dunia internasional.

Jakarta, IDN Times – Sekretaris Eksekutif Sekretaris Eksekutif Kantor PBB untuk Koordinasi Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), Simon Stiell, memberikan apresiasi tinggi kepada Indonesia atas komitmennya dalam mengatasi krisis iklim.

Menurut Stiell, Indonesia membuktikanambisi iklim dan pembangunan ekonomi tidak saling bertentangan, melainkan bisa berjalan berdampingan.

“Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa ambisi iklim dan pembangunan ekonomi bukanlah dua hal yang saling bertolak belakang,” ujar Stiell dalam pidatonya di Indonesia Net-Zero Summit 2025 yang merupakan inisiasi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Sabtu (26/7/2025).

1. Aksi iklim bukan cuma soal angka, tapi juga soal manusia

Indonesia Net Zero Summit 2025. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Stiell menegaskan, aksi iklim seharusnya tidak dipandang semata dari sudut pandang target emisi atau statistik. Namun juga, kata dia, tentang masa depan manusia, dalam hal ini keluarga, komunitas, dan generasi mendatang.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan optimismenya terhadap langkah Indonesia dalam menyusun Nationally Determined Contributions (NDC) yang baru. Jika dilakukan secara ambisius dan tepat, NDC tersebut diyakini bisa menjadi fondasi kuat untuk mencapai netral karbon pada 2060.

2. Indonesia dinilai berada di jalur yang benar

Sekretaris Eksekutif Sekretaris Eksekutif Kantor PBB untuk Koordinasi Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), Simon Stiell di INZS 2025. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Stiell mencatat, kapasitas energi terbarukan Indonesia telah naik 40 persen sejak 2019. Bahkan, hampir 1.000 megawatt kapasitas baru ditambahkan pada tahun ini saja. Menurutnya, percepatan transisi energi bersih bukan hanya akan mengurangi emisi, tapi juga membuka jutaan lapangan kerja dan menarik lebih banyak investasi.

“Transisi energi bersih dan berkeadilan adalah kunci. Ini bukan hanya soal emisi, tapi tentang menciptakan harapan,” jelasnya.

3. Pujian untuk Presiden Prabowo

Founder FPCI Dino Patti Djalal dalam INZS 2025. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Dalam pidatonya, Stiell juga menyoroti komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi perubahan iklim. Ia menyebut ambisi Indonesia untuk mencapai net zero pada 2060 sebagai sinyal kuat bagi dunia internasional bahwa Indonesia serius membangun masa depan yang berkelanjutan.

“Menunda bukanlah pilihan netral. Setiap tahun tanpa aksi nyata memperbesar risiko bagi masyarakat, ekosistem, dan ekonomi global,” tegasnya.

Stiell menutup pidatonya dengan menekankan pentingnya kolaborasi. Ia menyebut semangat gotong royong sebagai kekuatan utama dalam mengatasi krisis iklim. Ia memastikan, UNFCCC siap menjadi mitra strategis Indonesia dalam perjalanan menuju masa depan rendah karbon.

Editorial Team