Kronologi Kerusuhan di Pulau Solomon, Demo Menuntut PM Sogavare Mundur

Demonstran bakar gedung-gedung dan menjarah toko di Ibu Kota

Jakarta, IDN Times - Sejak Rabu, (24/11) lalu, terjadi kerusuhan di Pulau Solomon. Demonstran di negara kepulauan tersebut menuntut Perdana Menteri Manasseh Sogavare mundur. Para demonstran membakar bangunan-bangunandan menjarah toko-toko di Ibu Kota Honiara, Pulau Guadalcanal.

Kepolisian setempat pun mencoba menghadang para demonstran dengan gas air mata, dan juga peluru karet. Namun, kerusuhan itu sulit dikendalikan, sehingga para demonstran menyerbu gedung parlemen, membakar kantor polisi, dan bangunan-bangunan di Chinatown atau pecinan.

Sebagian besar demonstran berasal dari Pulau Malaita, yang terletak 30 mil dari timur laut Pulau Guadalcanal.

Baca Juga: Ethiopia Usir Empat Diplomat Irlandia dari Addis Ababa

1. Dua penyebab kerusuhan di Kepulauan Solomon

Kronologi Kerusuhan di Pulau Solomon, Demo Menuntut PM Sogavare MundurSalah satu pemandangan laut yang dilihat dari ibukota Honiara, Kepulauan Solomon (twitter.com/Michael Higgins)

Ada dua hal yang menyebabkan para demonstran menuntut Sogavare menyerahkan kursinya. Dilansir The New York Times, Jumat (26/11/2021) sejumlah ahli mengatakan penyebab pertama dari kerusuhan adalah ketimpangan distribusi sumber daya. Pulau Malaita, salah satu provinsi di Kepulauan Solomon tidak mendapat dukungan ekonomi seperti yang diperoleh provinsi atau pulau-pulau lainnya.

Ketidakmerataan itu membuat Malaita menjadi salah satu provinsi yang paling tidak berkembang di negara kepulauan tersebut. Padahal, Malaita adalah pulau terpadat, dengan penduduk berjumlah 160.500 per 2020.

Kedua, penduduk Pulau Malaita menentang kebijakan pemerintah yang mengalihkan kesetiaan hubungan politik (allegiances) dari Taiwan ke China. Bahkan, Kementerian Luar Negeri Taiwan menuduh Beijing menyuap politikus Solomon untuk mengalihkan kesetiannya dari Taipei ke Beijing menjelang peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China di bawah Partai Komunis.

Dilansir BBC, kerusuhan ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Kepulauan Solomon. Setelah pemilihan umum pada 2006 silam, terjadi juga kerusuhan yang meratakan kawasan Pecinan di Honiara. Para demonstran mencurigai para pebisnis yang memiliki hubungan dengan Beijing telah mencurangi proses pemungutan suara.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata Populer yang Ada di Kepulauan Solomon

2. Kepulauan Solomon diperebutkan berbagai negara, kenapa?

Kronologi Kerusuhan di Pulau Solomon, Demo Menuntut PM Sogavare Mundurfakta Kepulauan Solomon (Instagram.com/kidofdanite)

Kepulauan Solomon telah menjadi fokus negara-negara besar. Tak hanya China, tapi juga Amerika Serikat (AS).

Kepulauan Solomon adalah sebuah kepulauan yang terdiri dari hampir 1.000 pulau, atau tepatnya 992 pulau di Pasifik, sekitar 1.000 mil timur laut Australia. Setidaknya, Kepulauan Solomon memiliki populasi 710.000, di mana sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Kepulauan Solomon terjerembab dalam tarik ulur geopolitik yang meningkat sejak 2019, di mana sebuah perusahaan China menandatangani perjanjian untuk menyewakan salah satu pulau, tetapi perjanjian itu kemudian dinyatakan ilegal oleh jaksa agung Kepulauan Solomon.

China juga telah banyak berinvestasi di pasifik. Hal itu membuat para pejabat AS khawatir, sehingga berupaya mencegah China untuk memperluas pengaruhnya di kawasan pasifik tersebut.

Baca Juga: Hubungan Memanas, Dubes Amerika Serikat di El Salvador Pulang Kampung

3. Australia bakal kirim pasukan buat hadang demonstran

Kronologi Kerusuhan di Pulau Solomon, Demo Menuntut PM Sogavare Mundur(Perdana Menteri baru Australia, Scott Morrison) AFP PHOTO/David Grey

Kemarin, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison dirinya menerima permintaan bantuan dari Sogavare untuk mengendalikan kerusuhan tersebut. Adapun permintaan itu mengacu pada perjanjian keamanan yang ditandatangani Kepulauan Solomon dengan Australia pada 2017.

Dalam perjanian keamanan bilateral tersebut, tertuang bahwa Australia bisa mengirimkan aparat kepolisian, pertahanan, dan personel sipil ke Kepulauan Solomon jika terjadi keadaan darurat.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Eddy Rusmanto

Berita Terkini Lainnya