AS Ditagih Tanggung Jawab atas Tewasnya 10 Warga Kabul

Tujuh korban serangan drone adalah anak-anak

Jakarta, IDN Times – Keluarga korban serangan drone Amerika Serikat (AS) di Kabul, Afghanistan pada 29 Agustus 2021 lalu, menagih permohonan maaf secara langsung dan kompensasi dari Washington. Serangan drone itu menewaskan 10 warga sipil.

Hasil investigasi Pentagon menunjukkan bahwa AS salah mengidentifikasi Ezmarai Ahmadi, salah satu korban yang diduga intelijen AS berafiliasi dengan Islamic State-Khorasan (ISIS-K). Informasi intelijen kala itu menduga Ahmadi akan menyerang pasukan aliansi Barat dengan bom mobil.

Beberapa hari sebelumnya, ISIS-K melancarkan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 170 orang, termasuk 13 personel militer AS. Demi mencegah jatuhnya korban, AS memutuskan untuk melakukan aksi preventif dengan melepas rudal ke mobil yang dikendari oleh Ahmadi.

"Mereka harus datang ke sini dan meminta maaf kepada kami secara langsung. Mereka harus datang dan memberikan kompensasi,” kata Farshad Haidari, keponakan Ahmadi, yang kini tinggal di Kwaja Burga, sebagaimana diberitakan AFP.

Baca Juga: AS Minta Maaf Serangan Drone di Kabul Bunuh 10 Warga Sipil Non-ISIS

1. Laporan Pentagon membuktikan bahwa korban tidak terafiliasi dengan ISIS-K

AS Ditagih Tanggung Jawab atas Tewasnya 10 Warga KabulIlustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelumnya, Pentagon dan pejabat Departemen Pertahanan AS telah mengajukan permohonan maaf atas serangan yang merenggut nyawa penduduk tidak berdosa.

Mereka beralasan gagal memverifikasi informasi intelijen karena tidak memiliki personel yang berada di darat. Saat itu, semua personel fokus untuk operasi evakuasi setelah Taliban mengambil alih pemerintahan.

"Mereka bukan teroris, dan sekarang jelas bagi mereka dan seluruh dunia untuk melihatnya," tambah Haidari, seraya mengatakan bila AS belum menghubungi pihak keluarga sampai saat ini.

Pada saat yang sama, Haidari juga menuntut agar pihak yang bertanggung jawab atas penembakan rudal itu ditangkap dan diadili.

2. Keluarga kecewa karena korban adalah orang yang pernah bekerja untuk AS

AS Ditagih Tanggung Jawab atas Tewasnya 10 Warga KabulSituasi ketika para warga Afghanistan dievakuasi ke tempat yang lebih aman dari Afghanistan yang dijaga oleh pasukan Amerika Serikat. (Twitter.com/DeptofDefense)

Bukan hanya Ahmadi, Haidari juga kehilangan saudara laki-lakinya bernama Naser dan sepupunya yang masih muda. Dia marah karena AS tidak menghubungi pihak keluarga, padahal korban merupakan orang yang pernah bekerja untuk AS.

"Naser telah bekerja dengan orang Amerika selama sekitar 10 tahun. Paman saya juga bekerja dengan organisasi internasional," ujar dia. Begitu pula dengan Ahmadi, yang sempat bekerja untuk kelompok bantuan AS.

Tidak lama setelah serangan, AS memberi keteragan pers bahwa ledakan susulan bersumber dari bom yang berada di dalam mobil. Tetapi, pada laporan terbaru, diketahui bahwa sumber ledakan adalah tangki propana di dekat kendaraan yang meledak, dikutip dari USA Today.

3. Keputusan AS untuk mengakui kesalahannya patut diapresiasi

AS Ditagih Tanggung Jawab atas Tewasnya 10 Warga KabulPesawat nirawak Reaper milik AS (Wikimedia.org/Lt. Col. Leslie Pratt)

Aimal, saudara Ahmadi yang juga kehilangan putrinya yang berusia tiga tahun, juga menagih kompensasi dari Gedung Putih. Di sisi lain, dia menyebut pengakuan AS sebagai salah satu keputusan yang harus diapresiasi.

"Itu adalah kabar baik bagi kami, bahwa Amerika Serikat secara resmi mengakui kesalahan mereka karena menyerang warga sipil tak berdosa,” kata Aimal.

“Telah terbukti bahwa kami tidak bersalah. Kami menuntut keadilan dari lembaga internasional. Kemudian kami menginginkan kompensasi," tambah dia.

Kepala Komando Pusat AS, Frank McKenzie, mengatakan pemerintah AS sedang mempelajari bagaimana pembayaran ganti rugi dapat dilakukan kepada keluarga mereka yang terbunuh. 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya