COVID-19 di India Memburuk, PM Narendra Modi Malah Sibuk Kampanye  

Duh, ditelepon menteri malah gak jawab karena sibuk kampanye

Jakarta, IDN Times - Kritik terhadap Perdana Menteri India Narendra Modi meningkat di seluruh spektrum politik karena sibuk mengadakan rapat pemilihan umum, ketika situasi pandemik COVID-19 memasuki fase yang mengkhawatirkan. Rumah sakit mengeluhkan kekurangan oksigen dan tempat tidur karena lonjakan pasien.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India (MoHFW) melaporkan rekor baru terkait penambahan kasus COVID-19, yaitu 273.810 infeksi baru dalam sehari pada Senin (19/4/2021). Akumulasi orang yang terpapar virus corona secara nasional mencapai 15.061.919 kasus.

Otoritas kesehatan juga melaporkan penambahan 1.619 kasus kematian dalam sehari, mencatatkan rekor lainnya, menjadikan korban tewas akibat SARS-CoV-2 menjadi 178.769 kasus.

Modi justru mengapresiasi kerumunan massa ketika dia menghadiri kampanye di Benggala Barat. “Saya belum pernah melihat lautan massa sebanyak ini,” kata dia.

Dilansir dari The Straits Times, lelaki kelahiran 17 September 1950 itu juga sesumbar bila India akan mampu melewati gelombang kedua pandemik.

"India telah mengalahkan Covid tahun lalu dan India dapat melakukannya lagi,” ujarnya setelah pertemuan virtual dengan para pejabat kesehatan yang mengeluhkan kekurangan obat, vaksin, dan fasilitas kesehatan penunjang lainnya.

Baca Juga: Tembus Rekor Baru! India Dilanda Krisis dari Kasur hingga Oksigen

1. Modi sibuk kampanye

COVID-19 di India Memburuk, PM Narendra Modi Malah Sibuk Kampanye  ANTARA FOTO/REUTERS/Rajesh Kumar

Kritik dan hujatan mengarah kepada Modi selama akhir pekan. Partai oposisi Kongres justru memutuskan untuk membatalkan kampanye di Benggala Barat karena penyebaran virus yang semakin mengkhawatirkan.

Kepala Menteri Maharashtra Uddhav Thackeray pada Sabtu mencoba untuk menelepon Modi untuk meminta tambahan oksigen dan obat Remdesivir. Namun, dia diberi tahu bila Modi terlalu dengan demonstrasi politiknya.

Ketua Partai Persatuan Demokratik Bersatu Yashwant Sinha menyebut Modi sebagai orang yang tidak acuh dengan warganya. “Kegembiraan perdana menteri bisa saja datang dari orang yang sama sekali tidak sensitive. Saya menyesalkan ucapannya,” kata Sinha.

Seorang juru bicara dari kantor perdana menteri tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

2. Ketidakpuasan terhadap kinerja Modi akan meningkat

COVID-19 di India Memburuk, PM Narendra Modi Malah Sibuk Kampanye  Perdana Menteri India Narendra Modi saat Hari Kemerdekaan India pada 15 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

New Delhi, ibu kota India yang melaporkan 25.500 kasus baru dalam sehari, menjadi saksi bisu kelumpuhan infrastruktur kesehatan negara tersebut. Kini hanya tersedia 100 tempat tidur yang tersisa, bahkan setelah mengubah seluruh bangsal menjadi tempat perawatan bakal pasien corona.

Indeks saham acuan India merosot terparah di Asia pada Senin (19/4/2021) karena investor khawatir tingkat infeksi yang tinggi akan merugikan ekonomi dan perusahaan.

Lima negara bagian, termasuk Benggala Barat, akan mengadakan penghitungan suara pada 2 Mei mendatang. Belum jelas apakah situasi pandemik akan merusak popularitas Modi di kalangan pemilih. Kendati begitu, jurnalis senior sekaligus komentator politik Neerja Chowdhury meyakini, situasi pandemik menurunkan kepuasan masyarakat terhadap kinerja Modi.

“Terlalu dini untuk mengatakan (apakah elektabilitas Modi menurun). Tapi tentu lebih banyak orang yang mengungkapkan ketidakpuasan mereka daripada yang terjadi dua bulan lalu,” tutur dia.

Baca Juga: Menkes: Pandemik di Indonesia Bisa Memburuk Seperti India

3. Berikut gambaran kekacauan di India

COVID-19 di India Memburuk, PM Narendra Modi Malah Sibuk Kampanye  Pasien terkena penyakit virus korona (COVID-19) mendapatkan perawatan di bangsal kecelakaan di rumah sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), di tengah penyebaran penyakit tersebut di New Delhi, India, Kamis (15/4/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui)

Seruan bantuan melalui Twitter bergema di seluruh negeri, mencerminkan penderitaan orang kaya yang biasanya mampu melewati kekacauan sistem kesehatan karena memiliki uang. Sementara itu, gambar dan laporan dari rumah sakit pemerintah menunjukkan ketakutan dan kesusahan melanda keluarga berpenghasilan rendah di negara tersebut.

Kamal Kumar telah berkeliling ke enam rumah sakit di seluruh Delhi bersama ibunya yang berusia 53 tahun, karena mengeluhkan kesulitan bernapas akibat tidak ada rumah sakit dengan ventilator yang tersisa.

“Pada akhirnya semuanya sudah terlambat”, kata Kumar sembari berdiri di krematorium Nigambodh Ghat di tepi Sungai Yamuna. Dia menunggu untuk melakukan ritual Hindu di atas tubuh ibunya sebelum dibakar.

"Kami dibohongi, tidak ada rumah sakit, tidak ada tempat tidur, tidak ada oksigen," tutur pamannya Vinay Kumar.

"Di ruang gawat darurat ada tiga sampai empat orang terbaring di tempat tidur. Orang-orang di lantai. Seorang dokter putus asa berlari di antara pasien," ungkapnya.

Baca Juga: Kontroversi dan Prestasi Perdana Menteri India Narendra Modi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya