Imbas Omicron, Kasus COVID-19 Global Naik 11 Persen Sepekan Terakhir

Ancaman dari Omicron masih sangat tinggi

Jakarta, IDN Times – Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa kasus COVID-19 melonjak 11 persen secara global dalam sepekan terakhir. WHO menilai lonjakan itu terjadi karena varian Omicron.

Di beberapa negara, Omicron telah mendominasi sebaran infeksi yang sebelumnya didominasi oleh varian Delta. Berdasarkan data itulah WHO menyimpulkan bahwa risiko yang ditimbulkan varian Omicron masih sangat tinggi.

“Risiko keseluruhan terkait varian baru Omicron tetap sangat tinggi,” kata WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguan COVID-19 pada Rabu (29/12/2021) dikutip dari AFP.

1. Data awal menunjukkan transmisi Omicron lebih cepat dibanding Delta

Imbas Omicron, Kasus COVID-19 Global Naik 11 Persen Sepekan TerakhirBendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

WHO menginformasikan bahwa varian Omicron memiliki daya penularan yang lebih tinggi dari varian Delta. WHO mencontohkan Amerika Serikat (AS) dan Inggris sebagai negara yang sebaran COVID-19 didominasi oleh varian Omicron.

“Bukti yang konsisten menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta, dengan waktu penggandaan dua hingga tiga hari, dan peningkatan pesat kasus terlihat di sejumlah negara,”  terang WHO.

"Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari penghindaran kekebalan dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik,” tambahnya.

Di sisi lain, WHO juga menyoroti penurunan 29 persen kasus infeksi di Afrika Selatan, negara yang pertama kali melaporkan varian Omicron pada 24 November. Sejumlah epidemiolog mengatakan bahwa Afrika Selatan telah melewati puncak ancaman dari Omicron, dikutip dari CNN.

Baca Juga: WHO: Vaksin Booster hanya Akan Memperpanjang Pandemik COVID-19

2. Berikut data awal soal Omicron

Imbas Omicron, Kasus COVID-19 Global Naik 11 Persen Sepekan TerakhirIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Penelitian awal yang dilakukan di Inggris, Afrika Selatan, dan Denmark menunjukkan, ada pengurangan risiko rawat inap untuk pasien terpapar Omicron dibanding pasien yang terpapar varian Delta.

Namun, data lanjutan masih diperlukan untuk memahami keparahan Omicron dalam hal gejala klinis, termasuk kebutuhan terhadap oksigen, ventilator, dan sejauh mana ancaman kematiannya.

Data lain yang dibutuhkan adalah sejauh mana varian Omicron mengurangi efikasi vaksin COVID-19 dan bagaimana varian ini mempengaruhi orang-orang yang sudah atau belum divaksin.

"Data awal menunjukkan bahwa antibodi monoklonal mungkin kurang mampu menetralkan varian Omicron,” kata WHO.

3. Segera divaksinasi sekalipun sudah punya antibodi COVID-19

Imbas Omicron, Kasus COVID-19 Global Naik 11 Persen Sepekan Terakhirilustrasi vaksinasi (IDN Times/Herka Yanis).

Sementara itu, WHO Eropa mendesak orang-orang yang sudah pernah terpapar corona agar segera divaksinasi, sekalipun riset membuktikan bahwa mereka sudah memiliki antibodi dari virus tersebut.

“Jika Anda berpikir bahwa Anda terlindungi karena Anda menderita COVID-19 sebelumnya, itu tidak benar. Sangat penting bagi orang untuk pergi dan mendapatkan vaksinasi,” kata pejabat WHO Eropa, Catherine Smallwood, kepada Euronews.

"Kami telah melihat potensi peningkatan lima kali lipat dalam risiko terinfeksi ulang dengan Omicron dibandingkan dengan varian Delta, dan kami telah melihat bahwa vaksin mencegah penyakit parah, termasuk untuk varian Omicron," tambah dia.

Baca Juga: WHO Minta Dunia Bersatu Akhiri Pandemik pada 2022

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya