Kronologi Keributan Mahasiswa Indonesia di Mesir

Berawal dari provokasi di lapangan futsal

Jakarta, IDN Times – Aksi premanisme terjadi antara sesama mahasiswa Indonesia di Mesir. Korbannya adalah F (19), mahasiswa asal Kudus yang tergabung dalam Kelompok Studi Walisongo (KSW) asal Jawa Tengah.

Adapun pelaku adalah mahasiswa Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir. Pelaku juga tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS).

Kronologi kejadian bermula dari aksi kekerasan fisik dan verbal usai turnamen futsal Cordoba Cup pada Kamis, 13 Juli 2023. Provokasi dari oknum KSW memicu kemarahan dari oknum KKS, yang berujung perkelahian dan korban luka berasal dari pihak KSW.

“Keributan antara oknum adalah permusuhan individu, bukan permasalahan antara kekeluargaan,” demikian tertulis dalam surat mediasi yang diterima IDN Times.

1. Pihak yang terlibat sempat bersepakat dalam musyawarah

Kronologi Keributan Mahasiswa Indonesia di MesirIlustrasi pemukulan (unsplash.com/Engin akyurt)

Perkelahian di lapangan segera dimediasi oleh pihak-pihak terkait pada Sabtu, 15 Juli 2023. Mereka yang terlibat adalah KBRI Kairo, Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI), perwakilan KSW dan KKS.

Semua pihak sepakat bahwa aksi kekerasan apapun tidak dapat dibenarkan. Perwakilan KKS dan KSW juga setuju untuk berdamai dengan kesepakatan:

  • Pelaku provokasi KSW dan individu yang telah membagikan konten provokatif di media sosial, akan menyampaikan permohonan maaf melalui video dan men-share di akun Instagram masing-masing.
  • Pelaku kekerasan akan menanggung biaya pengobatan pihak KSW yang terluka, dengan syarat melampirkan bukti pengeluaran pengobatan. PPMI akan terlibat untuk memverifikasi biaya pengeluaran.
  • Saat situasi sudah kondusif, pihak yang berseteru akan dipertemukan dan saling memina maaf, apakah untuk provokasi atau aksi pemukulannya.

Baca Juga: Para Pemimpin Afrika Berkumpul di Mesir Bahas Konflik Sudan

2. Tindakan pelaku tidak mencerminkan nilai Al-Azhar Mesir

Kronologi Keributan Mahasiswa Indonesia di MesirIlustrasi pemukulan (IDN Times/Sukma Shakti)

Sekjen Ikatan Keluarga Alumni Nahdlatul Ulama (IKANU), Anis Masduqi, menyesalkan peristiwa tersebut. Dia mengatakan, apa yang dilakukan pelaku tidak sesuai dengan jiwa perguruan tinggi Al-Azhar.  

“Kenyataan terkutuk yang sangat disayangkan semua pihak, tindakan rendah, bodoh, hina, dan kontraproduktif, serta menghianati garis ajaran yang diperjuangkan Universitas Al Azhar sebagai almamater,” kata Anis dalam keterangannya pada Sabtu (22/7/2023).

Menurut Anis, korban yang merupakan kader Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir mengalami luka lebam di sekujur tubuhnya. Dia juga mengalami trauma.

Adapun aksi premanisme terjadi di kediaman F yang terletak di Mansouriyah 4B flat 2. Pelaku diperkirakan berjumlah 15 orang dari organisasi KKS.

3. Perseturuan berlanjut ke ranah hukum karena kurang puas dengan hasil musyawarah

Beberapa hari selang kejadian, ada pihak yang tidak puas dengan hasil mediasi. Sehingga, permasalahan itu akan diselesaikan dengan hukum yang berlaku di negara setempat.

KBRI Kairo, sebagai perwakilan pemerintah Indonesia di Mesir, sudah melakukan upaya mediasi untuk mencegah kerugian yang lebih jauh, utamanya bagi ribuan diaspora Indonesia di Mesir.

“Dalam perkembangannya, terdapat laporan kekerasan yang juga dialami sebelumnya oleh anggota kekeluargaan lainnya dengan pelaku oknum dari kekeluargaan yang sama,” tertulis dalam keterangan KBRI Kairo yang diterima IDN Times.

“Kesepakatan dinilai tidak akan menyelesaikan masalah dan dianggap tidak menghasilkan efek jera bagi pelaku dalam upaya memutus mata rantai kekerasan pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir. Mereka menekankan perlunya penyelesaian masalah melalui jalur hukum,” tambahnya.

Baca Juga: 7 Spesies Hiu Ada di Laut Mesir, Suka Serang Manusia?

4. KBRI Kairo akan mengawal proses hukum

Lantaran upaya kekeluargaan yang tidak memuaskan pihak terkait, KBRI Kairo pun kini mengawal proses hukumnya.

“(KBRI Kairo) telah mendampingi korban untuk melaporkan kasus mereka ke pihak kepolisian Mesir di wilayah tempat kejadian perkara (TKP) pada Jumat (14/7/2023). Pihak siap memproses laporan korban dan memberikan pandangan bahwa akan terdapat mekanisme dan prosedur yang harus ditempuh oleh pelapor maupun terlapor,” kata KBRI.

Di tengah proses hukum, KBRI menjamin perlindungan kepada korban. KBRI juga telah berkoordinasi dengan National Security (NS) Mesir sebagai pemangku kewenangan dalam menangani masalah hukum warga negara asing.

“KBRI Kairo juga akan melakukan pertemuan dan konsultasi dengan NS Mesir terkait langkah-langkah penyelesaian secara hukum yang dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang bertikai,” ungkap KBRI.

“KBRI Kairo juga siap mendampingi pelaporan pihak korban kepada pihak Al-Azhar untuk ditindaklanjuti sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku di lingkungan lembaga pendidikan Al-Azhar,” tambah KBRI.

5. Berpesan agar diaspora Indonesia menjaga kondusifitas

Kronologi Keributan Mahasiswa Indonesia di MesirIlustrasi logo KBRI Mesir (Dok. KBRI Mesir)

Pada saat yang sama, KBRI berpesan kepada lebih dari 13 ribu diaspora Indonesia di Mesir untuk menjaga kondusifitas dan nama baik bangsa.  

“Kondisi ini sangat diperlukan agar pelajar dan mahasiswa Indonesia dapat belajar dengan tenang dan aman sehingga dapat menyelesaikan studinya dengan baik,” demikian pesan KBRI.

Seruan yang sama juga disampaikan oleh Anis, agar mahasiswa Indonesia menjaga persaudaraan dan menghindari kekerasan fisik ketika memiliki perselisihan.

"Mendorong semua elemen mahasiswa Indonesia di Mesir untuk mengedepankan akal sehat dan dialog untuk menyelesaikan masalah, menghindari kekerasan fisik dan perusakan," tuturnya.

Baca Juga: Sejarah Bowling yang Sudah Ada Sejak Peradaban Mesir Kuno

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya