Lagi, 9 Demonstran Myanmar Tewas akibat Bentrokan dengan Aparat

Total 31 orang meninggal sejak kudeta dilancarkan

Jakarta, IDN Times - Sembilan orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara demonstran penolak kudeta dengan aparat keamanan Myanmar pada Rabu, (3/3/2021). Selain itu, Junta militer juga telah menahan enam jurnalis atas tuduhan pidana, termasuk fotografer Associated Press (AP).

Berikut data kematian demonstran yang berhasil dihimpun South China Morning Post (SCMP):

  • 1 remaja laki-laki tewas di Kota Myingyan.
  • 4 pria dan 1 wanita meninggal di Kota Monywa.
  • 2 orang meninggal di Kota Mandalay.
  • 1 orang meninggal setelah ditembak polisi di Kota Yangon 

Sedikitnya 31 orang tewas sejak kekacauan sebagai aksi protes masyarakat menolak kudeta militer yang dilancarkan pada Senin, 1 Februari 2021 silam.

Baca Juga: Buntut Kudeta Militer, Perusahaan Asing Ramai-ramai Tinggalkan Myanmar

1. Polisi merespons massa dengan tindakan represif

Lagi, 9 Demonstran Myanmar Tewas akibat Bentrokan dengan AparatKendaraan bersenjata Tentara Myanmar berkendara melewati sebuah jalan setelah mereka mengambil kekuasaan dalam sebuah kup di Mandalay, Myanmar, Selasa (2/2/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer)

Dilansir dari Reuters, salah seorang demonstran mengaku aparat memukul mundur pengunjuk rasa tanpa peringatan. Sedikitnya 30 orang luka-luka dan beberapa masih tidak sadarkan diri.

"Mereka berbaris ke arah kami dan menembakkan gas air mata, berbaris lagi dan menggunakan granat kejut. Mereka tidak menyiram kami dengan Meriam air, tidak ada peringatan, mereka menembakkan senjata mereka,” kata Si Thu Maung, demonstran di Kota Myingyan.

Kekerasan itu terjadi sehari setelah menteri luar negeri (Menlu) Asia Tenggara mendesak aparat untuk tidak melakukan tindakan kekerasan, sekaligus menuntut pembebasan pemimpin Aung San Suu Kyi dan merestorasi demokrasi.

Namun, rezim darurat yang berkuasa selama satu tahun ke depan sepertinya tidak peduli dengan kecaman global. Juru bicara dewan militer juga tidak memberi tanggapan atas jatuhnya korban nyawa pada kerusuhan yang terjadi hari ini.

2. Diperkirakan masih ada 900 tahanan politik

Lagi, 9 Demonstran Myanmar Tewas akibat Bentrokan dengan AparatPendukung militer Myanmar membawa spanduk dan bendera saat reli di Yangon, Myanmar, Kamis (25/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Kelompok pemantau dari Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) melaporkan, lebih dari 1.200 orang telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tahanan politik sejak kudeta, termasuk Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan puluhan elit Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) lainnya. Diperkirakan masih ada 900 orang berada di balik jeruji besi menanti dakwaan.

Angkanya berbeda dengan laporan media lokal pada Minggu (28/2/2021), bahwa lebih dari 1.300 orang telah ditangkap. Sekitar 34 di antara mereka adalah pewarta, hanya 15 orang yang telah dibebaskan.

Video seputar kekejaman aparat saat menangkap demonstran sempat terekam dalam siaran Suara Demokratik Burma (DVB). Melalui laporan langsung di tengah malam, terlihat polisi mendatangi sebuah apartemen dan orang tersebut memohon agar pihak berwenang tidak menembaknya.

Seorang pakar komunikasi yang bekerja di sektor hubungan masyarakat, dengan mana samaran David Khin, menilai bahwa militer salah memperhitungkan gerakan masyarakat. Sama seperti pengamatan intelektual terkemuka Thant Myint U yang mengatakan bahwa aksi represif dan resistensi terhadap kudeta adalah bukti Jenderal Min Aung Hlaing tidak memiliki strategi ketika melengserkan pemerintahan sipil.

Baca Juga: Indonesia Desak Militer Myanmar Lepaskan Tahanan Politik

3. Indonesia nilai apa yang terjadi di Myanmar sangat mengkhawatirkan

Lagi, 9 Demonstran Myanmar Tewas akibat Bentrokan dengan AparatMenlu Retno Marsudi (Dokumentasi Kemenlu)

Setelah mengadakan pertemuan informal dengan Menlu-Menlu Asia Tenggara (IAMM) pada Selasa (2/3/2021), Menlu Republik Indonesia Retno Marsudi menilai situasi di Myanmar sangatlah mengkhawatirkan.

"Indonesia sangat prihatin melihat meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah memakan korban warga sipil yang kehilangan nyawa dan mengalami luka-luka," kata Menlu Retno dalam media briefing yang dilakukan secara daring pada Selasa (2/3/2021) malam.

Prioritas ASEAN, selaku organisasi regional yang menaungi negara-negara Asia Tenggara, saat ini adalah menemukan solusi konstruktif untuk mewujudkan stabilitas domestik di Myanmar. Salah satunya dengan mendorong dialog antara pihak sipil yang diwakili oleh Suu Kyi dan fraksi militer yang diwakili oleh Min Aung.

“Mereka perlu bicara dan kami perlu membantu menyatukan mereka,” kata Menlu Singapura Vivian Balakrishnan, dalam tayangan televisi yang disiarkan pada Senin (1/3/2021).

Retno menambahkan, syarat utama untuk mengadakan dialog konstruktif adalah dengan melepaskan para tahanan politik terlebih dahulu, yang menjadi salah satu penyebab kemarahan masyarakat.

Baca Juga: 18 Orang Tewas, AS Janji Jatuhkan Sanksi Tambahan pada Myanmar

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya