Presiden Haiti Jovele Moise Tewas Ditembak di Rumahnya, Istri Terluka

Pelaku diduga tentara bayaran dan pembunuh profesional

Jakarta, IDN Times - Sekelompok lelaki bersenjata membunuh Presiden Haiti Jovenel Moïse dan melukai istrinya dalam serangan yang terjadi di rumah mereka, Rabu (7/7/2021) malam. Kejadian itu memperburuk situasi domestik Haiti, yang harus menghadapi lonjakan inflasi, gerakan protes terhadap pemerintahan yang otoriter, dan kekerasan geng dalam waktu bersamaan.   

Dilansir dari The Associated Press, Perdana Menteri Interim Claude Joseph mengkonfirmasi pembunuhan tersebut. Dia juga memastikan bahwa polisi dan militer telah berhasil mengendalikan keamanan Haiti, negara termiskin di Amerika yang mana kediktatoran dan pergolakan politik menjadi penghambat konsolidasi pemerintahan demokratis.

Joseph menjadikan kematian Moïse sebagai momentum untuk konsolidasi pemerintahan. Dia juga menyerukan penyelidikan internasional untuk mengungkap motif dan dalang insiden tersebut.  

“Kami membutuhkan setiap orang untuk memajukan negara ini,” kata Joseph, merujuk kepada oposisi yang digambarkan sebagai penyeimbang pemerintahan karena telah menentang oligarki.

1. Tersangka merupakan tentara bayaran asing dan pembunuh profesional

Presiden Haiti Jovele Moise Tewas Ditembak di Rumahnya, Istri TerlukaPresiden Haiti Jovenel Moïse (Instagram/jovenelmoise)

Duta besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS) Bocchit Edmond mengatakan, serangan terhadap presiden berusia 53 tahun itu dilakukan oleh tentara bayaran asing dan pembunuh profesional. Edmond menambahkan bahwa pembunuh menyamar sebagai agen penegakan narkoba AS atau DEA.

Joseph menyampaikan, orang-orang bersenjata berat itu berbicara bahasa Spanyol atau Inggris, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Istri Moïse, Martine, berhasil selamat meski kondisinya kritis. Saat ini dia sedang dipindahkan ke Miami untuk perawatan intensif.

Haiti telah meminta bantuan pemerintah AS untuk penyelidikan, kata Joseph, seraya menambahkan bahwa para pembunuh bisa saja melarikan diri melalui perbatasan darat ke Republik Dominika atau melalui laut.

Republik Dominika mengatakan akan menutup perbatasan dan memperkuat keamanan di daerah tersebut.

Baca Juga: Vaksinasi di AS Tembus 150 Juta, Joe Biden: Amerika Bergerak Kembali!

2. Amerika Serikat siap membantu Haiti

Presiden Haiti Jovele Moise Tewas Ditembak di Rumahnya, Istri TerlukaPresiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah konferensi pers di Gedung Pentagon pada Kamis 11 Februari 2021. (Facebook.com/President Joe Biden)

Sosiolog Universitas Wesleyan, Alex Dupuy, khawatir kematian Moïse akan memicu kerusuhan lainnya. Pasalnya, semua pihak tidak akan melepaskan begitu saja jabatan Perdana Menteri Interim kepada Joseph.

Satu-satunya skenario terbaik, usul Dupuy, adalah pejabat perdana menteri dan partai oposisi harus duduk bersama dan menghasilkan kesepakatan.

“Di Haiti tidak ada yang bisa diterima begitu saja,” kata Dupuy, merujuk pada pengkatan Joseph sebagai perdana menteri.

Mantan Presiden Michel Martelly menyebut pembunuhan itu sebagai pukulan keras bagi demokrasi Haiti, yang sedang berjuang untuk menemukan jalannya.

Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa dia terkejut dan sedih mendengar pembunuhan yang mengerikan itu.

"Amerika Serikat menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Haiti, dan kami siap membantu saat kami terus bekerja untuk Haiti yang aman dan terjamin," kata Biden dalam sebuah pernyataan.

3. PBB menyampaikan belasungkawa atas kematian Moïse

Presiden Haiti Jovele Moise Tewas Ditembak di Rumahnya, Istri TerlukaSekjen PBB Antonio Guterres memperkirakan jumlah korban COVID-19 lebih banyak dari yang dilaporkan. Ilustrasi (twitter.com/Aljazeera English)

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyampaikan belasungkawa atas kematian Moïse. Dia berharap agar warga Haiti tetap menjaga kondusivitas dan tetap pada jalur untuk mendukung demokrasi.

“Sekjen menyerukan kepada semua warga Haiti untuk menjaga tatanan konstitusional, tetap bersatu dalam menghadapi tindakan menjijikkan ini dan menolak semua kekerasan,” kata Guterres, yang disampaikan melalui juru bicara Stéphane Dujarric, dikutip dari laman resmi PBB.

Seorang warga yang tinggal di dekat rumah presiden mengaku dia mendengar serangan itu.

"Saya pikir ada gempa bumi, ada begitu banyak penembakan," kata seorang perempuan yang berbicara dengan syarat tidak menyebutkan nama.

“Presiden memang memiliki masalah dengan banyak orang, tetapi ini bukan bagaimana kami mengharapkan dia mati,” tambah dia.

Baca Juga: Kasus Korupsi, Mantan Presiden Afsel Dipenjara 15 Bulan

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya