Presiden Korsel Serukan Deklarasi Damai dengan Korut di Forum PBB
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menyerukan sebuah deklarasi damai di Semenanjung Korea, saat berpidato di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Moon secara resmi mengajukan pernyataan untuk mengakhiri Perang Korea yang pecah pada 1950-1953.
"Saya sekali lagi mendesak komunitas negara-negara untuk memobilisasi kekuatannya untuk deklarasi akhir perang di Semenanjung Korea," kata Moon pada Selasa (21/9/2021), dikutip dari kantor berita Yonhap.
“Saya mengusulkan agar tiga pihak dari dua Korea dan Amerika Serikat (AS), atau empat pihak yakni dua Korea, AS, dan China bersatu dan menyatakan bahwa Perang di Semenanjung Korea telah berakhir,” tambah dia.
Baca Juga: Korea Selatan, Jepang, dan AS Akan Kumpul Bahas Nuklir Korea Utara
1. Deklarasi damai adalah langkah awal untuk denuklirisasi
Tahun lalu, Moon juga sempat mengusulkan deklarasi untuk mengakhiri Perang di Semenanjung Korea. "Deklarasi akhir perang akan menandai titik tolak penting dalam menciptakan tatanan baru 'rekonsiliasi dan kerja sama' di Semenanjung Korea."
Moon berpendapat, deklarasi perdamaian bisa mendorong Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi, tulis the Strait Times. Di lain pihak, Korea Utara juga telah lama berusaha mengakhiri perang secara resmi, untuk mengakhiri gencatan senjata yang yang menghentikan pertempuran.
Sementara itu, dalam berbagai kesempatan, Washington menegaskan bahwa syarat utama untuk mencapai perdamaian adalah Pyongyang harus menyerahkan senjata nuklirnya terlebih dahulu.
Baca Juga: Korea Utara Minta AS Cabut Sanksi Sebelum Bahas Denuklirisasi
2. AS janji akan mengupayakan perdamaian di semenanjung Korea
Dikutip dari Reuters, Presiden AS Joe Biden juga menyampaikan pidato pertamanya di depan majelis PBB. Biden mengatakan bahwa Washington akan menerapkan “diplomasi berkelanjutan” untuk merealisasikan denuklirisasi di semenanjung Korea.
“Kami mencari kemajuan menuju rencana yang tersedia dengan komitmen nyata ,yang akan meningkatkan stabilitas di Semenanjung dan di kawasan, serta meningkatkan kehidupan orang-orang di Republik Demokratik Rakyat Korea,” kata Biden, yang menggunakan nama resmi Korea Utara.
Baca Juga: Gegara Pamer Rudal Balistik, Hubungan Korut-Korsel Makin Memanas
3. Dua Korea saling adu kemampuan rudalnya
Pekan lalu, ketegangan di semenanjung Korea terjadi karena Seoul dan Pyongyang saling memamerkan senjatanya. Selain menguji kemampuan rudal balistiknya, Korea Utara juga menguji kemampuan rudal jelajah pertamanya yang dikembangkan dalam enam bulan terakhir.
Beberapa hari kemudian, Korea Selatan juga menguji rudal balistiknya. Sejumlah analis menilai pengujian tersebut sebagai jawaban Presiden Moon atas kritik yang dialamatkan kepadanya, bahwa dia terlalu lembut dalam menyikapi Korea Utara.
Di sisi lain, politikus Korea Selatan juga mengkritik AS, sebagai sekutu dan mitra Seoul, yang telalu naif karena mencoba berdialog dengan Korea Utara. Dia bahkan mulai meragukan apakah nantinya penangkal rudal milik AS dapat menghalau rudal Korea Utara jika sewaktu-waktu melakukan serangan.
Korea Utara telah menepis seruan AS untuk kembali ke meja perundingan. Kepala pengawas atom PBB melaporkan pada pekan ini bahwa program nuklir Pyongyang berjalan penuh.