Salat Idul Fitri di Taiwan, Gema Takbir yang Kembali Berkumandang!

Lebih dari 15 ribu diaspora muslim Indonesia padati Taipei

Taipei, IDN Times - Kerumunan yang sempat hilang akibat virus corona akhirnya muncul kembali. National Taiwan Museum menjadi saksi bisu bagaimana umat muslim Indonesia yang berada di Taipei menyambut gembira Idul Fitri 1444 Hijriah, sekaligus merayakan kemenangan atas pandemik COVID-19.

Kendati langit kelabu dan tanpa tabuh bedug, gema takbir mengiringi ribuan kaki yang melangkah untuk menunaikan salat Idul Fitri. Dingin angin pada Sabtu (22/4/2023) pagi bukan alasan bagi mereka untuk berdiam diri di rumah menikmati akhir pekan. Ini adalah hari kemenangan bagi umat Islam!

"Idul Fitri sekarang alhamdulillah gak hujan, lebih ramai juga karena sudah gak ada COVID-19," kata Fitri, pekerja migran Indonesia (PMI) asal Jawa Tengah yang sudah bermukim di Taiwan selama lima tahun.

"Saya walaupun lagi halangan salat, tapi senang bisa kumpul. Ketemu kawan lama yang selama ini gak karena COVID," timpal Darsini, PMI Taiwan lainnya yang telah pengurus orang lanjut usia (lansia) selama lebih dari 10 tahun.

Adapun salat Idul Fitri bersama di halaman National Taiwan Museum diinisiasi oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan, berkat kerja sama dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei dan pemerintah Taiwan.

Baca Juga: Suasana Berbuka Puasa dan Tarawih di Masjid Terbesar Taiwan

1. Salat Idul Fitri dihadiri sekitar 10 ribu diaspora Indonesia

Salat Idul Fitri di Taiwan, Gema Takbir yang Kembali Berkumandang!Suasana salat Idul Fitri di Taipei, Taiwan (IDN Times/Vanny El Rahman)

Ketua Umum PCINU Taiwan, Didik Purwanto, tampak sibuk mengawal jalannya acara. Sedari pagi, dia berjalan ke sana-ke mari untuk memastikan ibadah yang dirayakan setiap 1 Syawal ini berlangsung aman dan lancar.

Betapa tidak, di mata didik perayaan ini menjadi sarana syiar dan dakwah kepada warga Taiwan. Dia ingin menunjukkan Islam adalah agama yang mengajarkan ketertiban, kerapian, dan kesantunan.

"Saya berharap teman-teman yang datang bisa menjaga ketertiban," kata Didik, seraya memperkirakan acara ini akan dihadiri sekitar 15 ribu diaspora Indonesia.

Agar tidak terjadi penumpukan, salat Idul Fitri pun digelar dalam enam kloter. Durasi setiap gelombang sekitar 40 menit, untuk salat dan ceramah, lalu jeda 10 menit sebelum dimulai kembali.

Menurut Didik, momen Lebaran kali ini sangat istimewa karena sarat dengan makna.

"Perbedaan Idul Fitri sekarang dengan sebelumnya adalah, selain tidak ada lagi COVID-19 ya, semua orang datang dengan harapan bisa hidup damai di Taiwan, aman, dan tanpa perang," katanya.

Didik, yang menuntaskan studi master dan doktornya di National Taiwan University of Science and Techonology (NTUST), turut mengungkap bagaimana sekitar 200 panitia mempersiapkan salat Idul Fitri berjemaah ini.

"Jadi satu bulan sebelumnya kami ajukan izin ke museum dan pemerintah Taiwan untuk melaksanakan Idul Fitri. Sebelumnya, kami Idul Adha di sini juga. Jadi, kami gak perlu menjelaskan lagi soal Idul Fitri. Gak ada syarat menjelimet karena PCINU sudah legal, jadi itu sangat membantu," katanya.

Dia menambahkan, "biasanya kami salat di Taipei Main Station atau Taipei Travel Plaza. Tapi, sekarang kami pilih di sini karena letaknya di taman. Jadi teman-teman setelah salat bisa berkumpul merayakan hari gembira ini bersama-sama."

2. Sarana melepas rindu

Salat Idul Fitri di Taiwan, Gema Takbir yang Kembali Berkumandang!Suasana salat Idul Fitri di Taipei, Taiwan (IDN Times/Vanny El Rahman)

Bagi para PMI, hiruk-pikuk seperti inilah yang mereka cari untuk mengobati rindu. Sudah bertahun-tahun mereka melewatkan momen Idul Fitri tanpa keluarga. Bekerja sangat jauh dari rumah karena memanggul beban ekonomi.

"Kangen keluarga, ibu, dan anak-anak juga. Saya sudah lima tahun di sini dan belum pernah pulang," kata Fitri, yang seketika matanya langsung berkaca-kaca, hendak menitikkan air mata.

Jawaban yang sama juga disampaikan oleh Siti. Di luar pekerjaannya sebagai penjaga lansia selama 12 tahun di Taiwan, Siti adalah Bendahara NU Care-Lazisnu Taiwan.

"Saya rindu kumpul sama keluarga," katanya, berhenti sejenak, suaranya terisak.

"Terakhir pulang empat tahun lalu," tambah dia.

Salah satu permasalahan PMI Taiwan yang sempat disorot adalah perizinan beribadah. Mereka kerap kesulitan mendapatkan izin dari majikan atau bosnya untuk menunaikan salat. Untungnya, Idul Fitri tahun jatuh pada Sabtu.

Terlepas dari akhir pekan, Fitri mengaku tidak kesulitan untuk mendapatkan izin untuk menunaikan salat Id.

"Gak pernah ada kendala ya, karena ada selebaran untuk izin salat Id dan itu sangat membantu. Majikan saya juga bebas libur dua hari seminggu. Jadi kalau ada kegiatan di PCINU seperti istigosah atau pengajian, majukan tahunya libur, gak tanya kegiatan keagamaan apa," katanya.

Menurut Siti, penyebab umum PMI tak diizinkan mengikuti ibadah berjemaah adalah tidak ada yang menjaga si lansia di rumah. Selain itu, orang rumah juga takut PMI yang keseringan keluar akan tertular COVID-19, yang justru mengancam kesehatan lansia di rumah tersebut.

Kendati begitu, laporan soal PMI yang tidak diizinkan beribadah semakin hari semakin sedikit.

"Terima kasih untuk pemerintah Taiwan yang semakin mengizinkan kami untuk beribadah, padahal mayoritas di Taiwan itu non-muslim. Bisa lihat sendiri sekarang, bahkan ada yang bawa nenek dan kakeknya ke sini. Ini adalah bentuk perjuangan,” kata Siti.

3. KDEI berpesan agar PMI menjaga nama baik Indonesia

Salat Idul Fitri di Taiwan, Gema Takbir yang Kembali Berkumandang!Suasana salat Idul Fitri di Taipei, Taiwan (IDN Times/Vanny El Rahman)

Ketua KDEI Taipei, Iqbal Shoffan Shofwan, juga menyampaikan terima kasih karena pemerintah setempat sangat memfasilitasi umat muslim Indonesia di Taiwan untuk beribadah.

"Tidak hanya di Taipei, tapi juga di seluruh Taiwan, Taichung, Kaohsiung. Selama itu ada permohonan, apakah dari NU, Muhammadiyah, atau apapun, mereka pasti akan memfasilitasi. Bahkan Taiwan besok akan mengundang kita untuk merayakan Idul Fitri," kata Iqbal.

Lebih menggembirakan lagi, dukungan pemerintah Taiwan diberikan tanpa pertemuan-pertemuan khusus menjelang hari besar keagamaan.

"Tahun ini gak ada pertemuan ya, mungkin yang lalu ada. Saya pikir, ini sudah menjadi tradisi, sehingga tidak perlu ada pertemuan khusus dengan Taiwan," tuturnya.

Atas pertimbangan itulah Iqbal berpesan agar para PMI menjaga nama baik Indonesia di Taiwan. 

"Kami mengimbau agar PMI selalu menjaga kerukunan yang terjalin dengan baik di Taiwan, baik itu dari antara suku, ras dan agama. Sebagai tamu di negara orang, kita diharapkan untuk mempertahankan sikap sopan dan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan kerusuhan," ujar Iqbal.

Selepas salat, ribuan diaspora Indonesia pun menghabiskan waktu di taman untuk sekadar bercengkrama, melepas rindu, hingga berfoto ria. Suasana kekeluargaan sangat terasa. Saling berkomunikasi dengan bahasa daerahnya.

Baca Juga: Idul Fitri 1444 H, Kepala KDEI: Jaga Nama Baik Indonesia di Taiwan

Topik:

  • Satria Permana
  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya