Taliban Pisahkan Perempuan Afghanistan dari Laki-laki di Ruang Kuliah

Mahasiswi harus diajar dosen perempuan

Jakarta, IDN Times - Taliban memerintahkan agar perempuan Afghanistan mengenakan niqab saat kuliah. Selain itu, kegiatan pembelajaran di universitas juga harus memisahkan antara mahasiswa dengan mahasiswi, atau setidaknya mereka dipisahkan dengan tirai.

Melalui dokumen panjang yang dirilis otoritas pendidikan Taliban, disebutkan juga mahasiswi hanya boleh diajar dosen perempuan. Jika tidak memungkinkan, maka lelaki tua dengan karakter baik diizinkan mengajar.

Dilansir dari AFP, dekrit itu berlaku untuk perguruan tinggi negeri dan universitas swasta, yang mulai menjamur sejak 2001.

Baca Juga: Wali Kota Perempuan Pertama Afghanistan Lari ke Jerman, Ini Alasannya

1. Perguruan tinggi swasta berencana memulai kembali aktivitas perkuliahan

Taliban Pisahkan Perempuan Afghanistan dari Laki-laki di Ruang KuliahIlustrasi wanita memakai niqab atau cadar (Pixabay)

Selama Taliban berkuasa pada 1996-2001, banyak siswi dan mahasiswi yang terpaksa berhenti sekolah karena aturan ketat soal pembagian kelas berdasarkan jenis kelamin. Di sisi lain, mereka juga harus ditemani kerabat laki-lakinya setiap kali meninggalkan rumah.

Sejauh ini, belum ada perintah bagi perempuan mengenakan burka dalam peraturan baru yang dikeluarkan pada Sabtu (4/9/2021). Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya pada fase transisi demokrasi, sebagian besar perempuan di ruang publik tidak lagi mengenakan burkak atau niqab.

Kewajiban penggunaan niqab di lingkungan universitas muncul saat sejumlah perguruan tinggi swasta bersiap membuka kembali kegiatan pembelajaran pada Senin (6/9/2021).

Sekadar informasi, burka merupakan kain tembus pandang yang digunakan untuk menutupi seluruh wajah. Sementara, niqab hanya kain yang menutupi hampir seluruh bagian wajah kecuali bagian mata.

2. Ini sejumlah aturan detail lainnya

Taliban Pisahkan Perempuan Afghanistan dari Laki-laki di Ruang KuliahPejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Pihak universitas juga dituntut merekrut guru atau dosen perempuan. Taliban bahkan mengatur hingga pintu keluar-masuk yang harus terpisah antara laki-laki dan perempuan.

“Jika tidak mungkin mempekerjakan guru perempuan, maka perguruan tinggi harus mencoba mempekerjakan guru laki-laki tua yang memiliki catatan perilaku yang baik,” demikian tertulis dalam dokumen Taliban.

Kemudian, kelas perempuan juga harus dibubarkan lima menit lebih cepat dari pada kelas laki-laki, mencegah mereka berbaur atau berinteraksi di luar kampus. Perempuan yang masih ada kegiatan di kampus harus menunggu di ruang khusus hingga mahasiswa laki-laki meninggalkan gedung.

"Ini adalah rencana yang sulit dipraktikkan. Kami tidak memiliki cukup instruktur atau kelas perempuan untuk memisahkan para gadis," kata seorang profesor universitas, yang meminta tidak disebutkan namanya.

"Tetapi fakta bahwa mereka mengizinkan anak perempuan bersekolah dan universitas adalah langkah positif yang besar," tambah dia.

3. Dalam 20 tahun terakhir perempuan yang ingin kuliah meningkat di Afghanistan

Taliban Pisahkan Perempuan Afghanistan dari Laki-laki di Ruang KuliahIlustrasi Cadar (IDN Times/Arief Rahmat)

Beberapa hari setelah Taliban menguasai Kabul pada Minggu (15/8/2021), mereka menggelar konferensi pers untuk menyampaikan sejumlah janji reformasi. Salah dua janji Taliban terkait perempuan yang diperbolehkan bekerja dan berkuliah atau beraktivitas di ruang publik, serta mewajibkan perempuan mengenakan kerudung.

Pada saat yang sama, Taliban belum merinci soal aturan niqab atau burka sebagai kain penutup wajah yang diwajibkan kepada perempuan, dilansir dari Al Jazeera.

Selama 20 tahun terakhir, tingkat penerimaan universitas meningkat drastis, terutama di kalangan perempuan. Sebelum Taliban melengserkan pemerintahan Ashraf Ghani, perempuan dan laki-laki belajar bersama dan mereka juga menghadiri seminar yang diisi dosen laki-laki.

Tetapi, serentetan teror di pusat-pusat pendidikan dalam beberapa tahun terakhir di Afghanistan memicu kepanikan. Taliban membantah berada di balik serangan itu. Ada pula beberapa teror yang diklaim ISIS-K, cabang lokal ISIS.

Baca Juga: Qatar Akan Operasikan Penerbangan, Angkut Bantuan ke Afghanistan 

Topik:

  • Rochmanudin
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya