Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Yaman (pixabay.com/Chickenonline)
bendera Yaman (pixabay.com/Chickenonline)

Intinya sih...

  • AS bombardir pelabuhan minyak di Yaman, mengganggu pasokan bahan bakar dan menyebabkan kerusakan signifikan.
  • Pelabuhan Ras Isa berfungsi sebagai pusat ekspor bahan bakar dari provinsi Marib yang kaya minyak, kini digunakan oleh Houthi untuk mengimpor bensin, solar, dan gas petroleum cair.
  • Para ahli sepakat tidak ada pembenaran militer atas serangan terhadap infrastruktur sipil seperti pelabuhan Ras Isa, yang berpotensi melanggar hukum internasional dan merugikan warga sipil Yaman.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Yaman disebut berisiko mengalami krisis energi setelah Amerika Serikat (AS) membombardir pelabuhan minyak penting di negara itu pekan lalu. Serangan tersebut mengakibatkan terganggunya pasokan bahan bakar ke seluruh negeri.

Sedikitnya 80 orang dilaporkan tewas dan 150 lainnya terluka akibat serangan udara AS di pelabuhan Ras Isa pada Kamis (17/4/2025). Para korban termasuk pekerja pelabuhan dan paramedis. Serangan tersebut menjadi yang paling mematikan yang pernah dilancarkan AS di Yaman.

Perusahaan Pelabuhan Laut Merah mengatakan, serangan tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada pelabuhan dan mengganggu pasokan bahan bakar. 

"Kehancuran tersebut akan menambah penderitaan rakyat Yaman, yang telah diperburuk oleh blokade selama satu dekade,” tambahnya, dilansir dari The New Arab.

1. AS dituduh berusaha memicu krisis bahan bakar di Yaman

AS sebelumnya mengatakan, serangan udara pada Kamis bertujuan memutus sumber bahan bakar dan pendapatan Houthi. Pelabuhan Ras Isa, yang terletak di utara Hodeida di pesisir Laut Merah Yaman, memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 3 juta barel minyak.

Sebelum pecahnya perang saudara pada 2014, pelabuhan ini berfungsi sebagai pusat ekspor bahan bakar dari provinsi Marib yang kaya minyak. Saat ini, pelabuhan tersebut digunakan oleh Houthi untuk mengimpor bensin, solar, dan gas petroleum cair (LPG).

Ekonom Yaman, Rashid Al-Haddad, menilai keputusan AS untuk menyerang fasilitas tersebut bertujuan memicu krisis bahan bakar di Yaman.

"Pengeboman ini merupakan indikasi jelas gagalnya sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS terhadap kelompok Houthi," katanya kepada Al Araby Al Jadeed.

Dalam beberapa bulan terakhir, Washington telah menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi terhadap individu dan lembaga yang terkait dengan Houthi sebagai upaya untuk memutus aliran dana dan senjata ke Yaman. AS menuduh kelompok tersebut dan sekutunya di Iran memanfaatkan keuntungan dari penjualan bahan bakar untuk mendanai aktivitas militer mereka.

2. Serangan AS dapat melanggar hukum internasional

Sementara itu, para ahli sepakat bahwa tidak ada pembenaran militer atas serangan terhadap infrastruktur sipil seperti seperti pelabuhan Ras Isa.

“Jika AS memang ingin menghukum Houthi seperti yang mereka klaim, ada cara lain, misalnya dengan mengalihkan kapal-kapal pengangkut bahan bakar impor ke pelabuhan yang dikuasai pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, alih-alih menghancurkan fasilitas ekonomi publik milik rakyat Yaman,” kata pakar pelayaran, Ahmed Marei.

Peneliti ekonomi, Essam Moqbel, juga menyebut serangan itu berpotensi melanggar hukum internasional karena berdampak langsung terhadap warga sipil Yaman. Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), lebih dari 80 persen penduduk Yaman hidup di bawah garis kemiskinan, dengan18,2 juta orang kini membutuhkan bantuan kemanusiaan.

3. Houthi bersumpah akan terus lawan Israel dan AS

Sejak Maret 2025, AS telah meningkatkan serangan terhadap Houthi di Yaman, menargetkan kilang minyak, bandara, dan lokasi rudal. Presiden AS, Donald Trump, telah berjanji akan menggunakan kekuatan besar-besaran sampai kelompok pemberontak itu menghentikan serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

Dilansir dari Al Jazeera, Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal-kapal yang mereka klaim berkaitan dengan Israel sejak November 2023. Mereka mengatakan bahwa tindakan tersebut bertujuan menekan Israel agar menghentikan agresi militer di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 51 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023.

Meskipun terus mendapat serangan bertubi-tubi, Houthi berjanji akan terus melanjutkan operasi militer melawan Israel dan AS di kawasan tersebut.

"Yaman tidak akan mundur dari melanjutkan operasi dukungannya untuk rakyat Palestina sampai agresi Israel di Gaza dihentikan dan pengepungan dicabut,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan pada Jumat (18/4/2025), dikutip dari CNN.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah