Dokter Gaza: Anak yang Saya Rawat Mungkin Sudah Mati Kekurangan Gizi

Miris dengan kondisi anak di Gaza yang alami malnutrisi

Jakarta, IDN Times – Seorang dokter asal Kanada, Yipeng Ge, menceritakan kesaksiannya tentang kondisi warga Jalur Gaza saat ini. Ia menghabiskan waktu seminggu merawat pasien di wilayah itu pada Februari lalu.

Ge mengungkap, setiap orang di wilayah tersebut telah terdampak krisis pangan, air dan perumahan yang tumpang tindih.

“Salah satu anak yang saya lihat adalah anak paling sakit yang pernah saya lihat sepanjang karier medis saya,” kata Ge kepada Al Jazeera.

“Dia digendong oleh ibunya dan tidak bisa berjalan lagi karena dia kekurangan gizi. Dan saya bisa melingkarkan jari telunjuk dan ibu jari saya seluruhnya pada lengan atas dan kaki bawah anak ini. Dan dia berusia 9 atau 10 tahun,” tambahnya.

Ge menyebut anak itu mungkin sudah meninggal. Kekurangan air dan makanan, serta terlalu padatnya orang-orang di tenda-tenda dalam kondisi yang tidak sehat, telah mengakibatkan wabah infeksi pernafasan, penyakit pencernaan dan wabah besar Hepatitis A.

“Untuk menyembuhkan hal-hal seperti itu, kita membutuhkan makanan bergizi, kita membutuhkan air bersih. Dan tanpa hal ini, kita akan melihat hal yang terburuk dari yang terburuk, tidak hanya penyakit menular dan infeksi yang sepenuhnya dapat dicegah dan juga dapat diobati. Tapi kami bahkan tidak bisa mengobatinya karena kekurangan nutrisi dan antibiotik,” katanya.

1. Bantuan tidak dapat masuk ke Gaza

Dokter Gaza: Anak yang Saya Rawat Mungkin Sudah Mati Kekurangan GiziBadan WFP PBB melakukan pengisian stok bantuan untuk wilayah Gaza. (twitter.com/@WFP)

Sudah 150 hari sejak konflik dimulai, akses kebutuhan dasar seperti air bersih dan bantuan pangan tidak dapat diakses oleh warga Gaza. Blokade ketat dilakukan oleh Israel di tengah gempuran bom yang tidak pernah berakhir.

Akses pangan terutama makanan bergizi membuat warga Gaza rentan terkena malnutrisi. Bayi dan ibu hamil kesulitan mendapatkan makanan.

Mobilisasi truk bantuan sempat mandek pekan lalu akibat insiden penembakan oleh Israel terhadap kerumunan warga Palestina yang menunggu bantuan. 

Pada Senin, Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA), Philipe Lazzarini, di hadapan Majelis Umum PBB mendesak penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan.

”Dalam kurun waktu hanya lima bulan, lebih banyak anak-anak, lebih banyak jurnalis, lebih banyak personel medis, dan lebih banyak staf PBB yang terbunuh dibandingkan di mana pun di dunia selama konflik,” ungkap Lazzarini dalam pidatonya.

Ia lantas menyoroti jumlah korban tewas di Gaza yang sangat mencengangkan. Lebih dari 30 ribu warga Palestina dilaporkan terbunuh hanya dalam 150 hari. Sekitar 5 persen dari populasi meninggal, terluka atau hilang. 

”Sulit untuk menggambarkan secara memadai penderitaan di Gaza. Kelaparan ada di mana-mana. Kelaparan akibat perbuatan manusia sedang terjadi. Lebih dari 100 orang terbunuh beberapa hari lalu saat putus asa mencari makanan,” tambahnya.

Baca Juga: Temui Anggota Kabinet Perang, Ini Permintaan Wapres AS ke Israel

2. Utusan Palestina sayangkan tindakan Israel

Dokter Gaza: Anak yang Saya Rawat Mungkin Sudah Mati Kekurangan GiziDuta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour. (twitter.com/@Palestine_UN)

Sementara itu, Utusan Khusus Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Riyad Mansour, juga mengatakan bahwa Israel telah melakukan kekejaman terhadap warga Palestina yang tak terkendali.

Ia lantas menekankan dampak buruk konflik terhadap warga sipil Palestina, terutama anak-anak, dan menuntut agar kekejaman tersebut harus dihentikan.

“Israel harus diberitahu untuk melakukan gencatan senjata sekarang juga,” tegasnya dalam pidatonya.

Ia kemudian menggambarkan kondisi anak-anak Gaza yang kehilangan nyawa, kelaparan, dan penderitaan lainnya akibat serangan Israel yang tak kunjung terhenti.

“Lihatlah Yazan. Dia adalah anak yang bersemangat. Dia dibunuh oleh Israel dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang,” katanya sembari memperlihatkan sebuah gambar Yazan al-Kafarneh, salah seorang anak Palestina yang meninggal karena kekurangan gizi.

3. Jumlah korban di Gaza terus bertambah

Dokter Gaza: Anak yang Saya Rawat Mungkin Sudah Mati Kekurangan GiziAksi protes warga AS di San Fransisco terhadap Israel dan AS dalam konflik Palestina pada 2021. (unsplash.com/Patrick Perkins)

Hingga saat ini, jumlah korban yang tewas di Gaza masih terus bertambah. Pada Selasa, laporan Middle East Eye menyebutkan bahwa jumlah tewas kini mencapai 30.534, sementara 71.920 mengalami luka-luka.

“Israel menghancurkan 155 fasilitas medis dalam 150 hari,” kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Dalam pertemuan dengan anggota kabinet perang Israel Benny Gantz pada hari Senin, Wakil Presiden AS Kamala Harris menekan Israel untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna meningkatkan aliran bantuan ke Gaza

Ia juga menekankan perlunya strategi kemanusiaan yang kredibel sebelum melakukan operasi militer di Rafah, sebagaimana yang diungkap Gedung Putih.

Baca Juga: Liga Arab Kecam DK PBB yang Gagal Setop Perang di Jalur Gaza

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya