Pencari Kerja Waspada, Ancaman Perdagangan Manusia Mengintai

Interpol rilis peringatan kasus perdagangan orang

Jakarta, IDN Times – Organisasi polisi kriminal dunia atau Interpol mengeluarkan peringatan terkait maraknya kasus perdagangan manusia. Peringatan itu disampaikan pada Rabu (7/6/2023), terhadap 195 negara anggota karena dianggap mengancam keselamatan publik.

Dalam banyak kasus, menurut Interpol, korban seringkali dibujuk dengan iklan lowongan pekerjaan palsu dan kemudian dipaksa untuk melakukan kejahatan keuangan yang didukung dunia maya dalam skala industri.

“Tren kejahatan yang telah menyebabkan puluhan ribu orang diperdagangkan di Asia Tenggara dan banyak lagi yang ditipu di seluruh dunia telah menarik perhatian media dan mendorong tanggapan pemerintah serta masyarakat sipil,” ungkap Interpol dalam laman resminya.

Banyak dari korban kasus perdagangan manusia dipaksa melakukan aktivitas kriminal termasuk penipuan investasi, penipuan cinta, dan penipuan yang terkait dengan investasi cryptocurrency dan perjudian online.

Baca Juga: Jokowi: Perdagangan Orang Harus Diberantas dari Hulu ke Hilir!

1. Siapa pun bisa jadi korban

Pencari Kerja Waspada, Ancaman Perdagangan Manusia MengintaiIlustrasi Perdagangan Perempuan (IDN Times/Mardya Shakti)

Penjabat koordinator unit Perdagangan Manusia dan Penyelundupan Migran Interpol, Isaac Espinoza, mengatakan kepada The Straits Times, kelompok pelaku mengeksploitasi orang-orang yang kehilangan pekerjaan dakibat pandemi COVID-19.

“Ini menantang banyak prasangka perdagangan manusia bahwa korban adalah orang-orang yang berada dalam situasi yang sangat rentan,” kata Espinoza.

“Kelompok kriminal ini sekarang menargetkan orang-orang yang benar-benar berkualifikasi tinggi, orang-orang yang memiliki gelar universitas, yang terlatih dalam bidang IT dan siapa pun yang paham teknologi, ”tambahnya, seraya mengatakan bahwa siapa pun bisa menjadi korban.

Espinoza juga mengatakan bahwa para pelaku seringkali berpindah negara apabila gerak-geriknya sudah mulai diketahui aparat berwenang.

“Ketika pihak berwenang mulai mengambil tindakan dan menyerbu pusat-pusat dan mengganggu bisnis, mereka langsung beradaptasi dan mulai pindah ke negara tetangga lainnya, dari Myanmar ke Laos,” katanya.

Baca Juga: Bareskrim Polri Buru 5 Bandar Besar Sindikat TPPO di Indonesia

2. Berawal dari kawasan Asia Tenggara 

Pencari Kerja Waspada, Ancaman Perdagangan Manusia MengintaiIlustrasi benderan negara anggota ASEAN. (pixabay.com/Thuận Tiện Nguyễn )

Pengamatan Interpol terhadap kasus perdagangan manusia dimulai pada 2021 lalu, ketika muncul laporan terkait perdagangan manusia untuk industri dunia maya. Pada tahap awal, para korban berbahasa Mandarin dari China, Malaysia, Thailand atau Singapura, yang tergoda untuk bepergian ke negara lain di wilayah tersebut untuk bekerja.

Pusat penipuan online awalnya terkonsentrasi di Kamboja tetapi kemudian diidentifikasi di Laos dan Myanmar. Hub telah diidentifikasi di setidaknya empat negara Asia lainnya.

Bukan hanya warga Asia, menurut Espinoza, para korban berbahasa Inggris kini telah menjadi sasaran juga. Ada juga bukti bahwa modus operandi tersebut direplikasi di wilayah lain seperti Afrika Barat, kata Interpol.

Sekretaris jenderal Interpol Jurgen Stock mengatakan apa yang dimulai sebagai ancaman kejahatan regional telah menjadi krisis perdagangan manusia global.

“Hampir semua orang di dunia bisa menjadi korban perdagangan manusia atau penipuan online yang dilakukan melalui jaringan kriminal ini. Kerja sama polisi internasional yang lebih kuat diperlukan untuk menghentikan tren kejahatan ini menyebar lebih jauh,” tambahnya.

Baca Juga: Jokowi Bertemu PM Laos, Bahas Pemberantasan Perdagangan Manusia

3. Pencari kerja diminta waspada

Pencari Kerja Waspada, Ancaman Perdagangan Manusia MengintaiIlustrasi ilegal migran para pencari suaka. (Instagram.com/we_are_not_numbers)

Espinoza mengatakan pencari kerja harus ekstra hati-hati saat ini. Mereka wajib memeriksa apakah perekrut memang berada di negara tempat pekerjaan tersebut ditawarkan.

Masyarakat juga diimbau agar harus memperhatikan tanda bahaya seperti ketika calon pemberi kerja meminta wawancara kerja di negara yang berbeda dari tempat pekerjaan dijanjikan.

“Ada inkoherensi halus tertentu yang merupakan kunci untuk mengetahui bahwa pekerjaan itu tidak sah seperti kelihatannya,” katanya, seraya menambahkan bahwa penipu mungkin menggunakan nama perusahaan yang berbeda di situs yang berbeda.

Mereka juga dapat menggunakan nomor telepon kontak dengan kode area di mana bukan lokasi perusahaan.

Selain itu, Interpol menyerukan pertukaran intelijen yang lebih besar antara penegak hukum, lembaga swadaya masyarakat, unit intelijen keuangan dan perusahaan sektor swasta terkait untuk mendukung penyelamatan korban perdagangan manusia serta membongkar kegiatan pencucian uang yang memfasilitasi kegiatan ini.

“Dalam satu tahun terakhir, Interpol telah mendukung negara-negara anggota dalam kasus yang berkaitan dengan ratusan korban perdagangan manusia,” kata Espinoza.

“Ribuan orang di seluruh dunia terus menjadi korban kelompok kejahatan terorganisir ini dan sebuah intelijen baru dapat mencegah seseorang kehilangan tabungan hidupnya atau menyelamatkan orang lain dari eksploitasi yang mengerikan,” ujarnya.

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya