Penyelidikan Ledakan Beirut Kembali Ditangguhkan

Para politisi menolak untuk dimintai keterangan

Jakarta, IDN Times – Hakim yang menyelidiki ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut tahun lalu harus menangguhkan penyelidikannya pada Senin (27/09/2021), kata seorang pejabat pengadilan yang dilansir dari France24. Penyelidikan itu ditunda setelah seorang mantan menteri yang dicari untuk diinterogasi mengeluhkan ketidakberpihakan hakim utama.

Sumber peradilan mengatakan bahwa hakim, Tarek Bitar akan menghentikan penyelidikan sampai pengadilan memutuskan kasus Nohad Machnouk. Hakim telah berjuang untuk mendatangkan Machnouk untuk bersaksi.

Lebih lanjut, hakim Bitar berusaha untuk disingkirkan dari penyelidikan itu. Jika disingkirkan, Bitar akan menjadi penyelidik kedua yang dipecat sejak ledakan di tengah meluasnya tuduhan yang menghalangi oleh para penguasa politik Lebanon yang sebagian besar menghindari interogasi. Pendahulunya dicopot dengan alasan yang sama pada Februari setelah dia menuduh mantan menteri melakukan kelalaian.

1. Keluarga korban protes

Melansir Aljazeera, keluarga korban ledakan Pelabuhan Beirut memprotes penangguhan penyelidikan atas ledakan dahsyat itu dengan mengatakan bahwa penyelidikan itu adalah bentuk kesempatan terakhir untuk meminta pertanggungjawaban di Lebanon.

Sekitar 300 pengunjuk rasa berkumpul di Istana Kehakiman di Beirut pada hari Rabu (29/09/2021) untuk mengecam pejabat tinggi politik karena berusaha untuk mengeluarkan kepala penyelidik Hakim Tarek Bitar dari penyelidikan setelah ditangguhkan pada hari Senin.

Para pengunjuk rasa mengangkat poster anggota keluarga yang hilang dalam ledakan itu. Di antara mereka adalah Christelle Merhi yang berusia 17 tahun, yang ayahnya, Joseph bekerja di Pelabuhan Beirut dan tewas dalam ledakan itu.

“Jika kita tidak menuntut kebenaran maka kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi pada para korban,” kata Merhi yang dilansir dari Aljazeera. "Kami mendukung Hakim Bitar dan ingin dia terus memimpin penyelidikan."

Adapun Ibrahim Hoteit, yang saudaranya tewas dalam ledakan itu, menuduh pemerintah "sengaja membuang-buang waktu" untuk menggagalkan upaya pertanggungjawaban.

"Jika Bitar disingkirkan... kami akan membakar negara dan kami akan beralih ke kekerasan," dia memperingatkan.

2. Parlemen menolak permintaan penyelidikan

Baca Juga: Pejabat Lebanon Terlibat Korupsi, Parlemen UE Ancam Sanksi

Melansir France24, Bitar pada Juli lalu menuntut parlemen mencabut kekebalan hukum bagi Machnouk, mantan menteri keuangan Ali Hassan Khalil dan mantan menteri pekerjaan umum Ghazi Zaiter agar mereka bisa dimintai keterangan. Dia juga meminta kepala keamanan nasional dan mantan komandan tentara, Jean Kahwagi untuk diselidiki.

Namun parlemen dan pimpinan puncak telah menolak permintaannya itu. Hizbullah sebagai partai Syiah yang dominan di negara itu juga menolak dan menuduh Bitar bias politik. Hizbullah dilaporkan telah mengancam Bitar, menurut media lokal.

Amnesty International mengatakan penangguhan pada hari Senin adalah bentuk dari "pengabaian yang tidak berperasaan" oleh kepemimpinan politik terhadap hak-hak para korban, dan Dewan Keamanan PBB menyerukan untuk dilakukan penyelidikan secara transparan.

3. Presiden mendukung agar penyelidikan tetap berlanjut

Presiden Lebanon, Michel Aoun yang sebelumnya mengakui bahwa dia tahu tentang persediaan amonium nitrat yang berbahaya itu mengeluarkan pernyataan pada Rabu yang mendukung kelanjutan upaya penyelidikan.

"Penyelidikan harus dilanjutkan agar yang bersalah dihukum dan yang tidak bersalah dibebaskan," kata Aoun, yang dilansir dari Aljazeera.

Bitar sejauh ini belum memanggil presiden. Tetapi para pejabat politik dan keamanan di berbagai partai politik berbasis sekte di negara itu telah mengkritik Hakim Bitar.

Perdana Menteri, Najib Mikati tidak terlalu kritis terhadap Bitar seperti yang lain, meskipun dia mengatakan kepada penyiar lokal LBCI bahwa dia tidak berpikir Lebanon dapat menahan pencopotan hakim kedua itu.

Lebih dari setahun setelah ledakan dahsyat itu terjadi, penyelidikan belum mengidentifikasi satu pun pelakunya. Ledakan itu disebabkan oleh ratusan ton amonium nitrat yang ditebar sembarangan. Dan hingga kini pemantik ledakannya masih belum diketahui secara jelas.

Baca Juga: Tiongkok, Jerman, Rusia, Prancis Berebut Ingin Bangun Pelabuhan Beirut

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya