Putra Muammar Gaddafi Resmi Jadi Calon Presiden Libya

Menimbulkan penolakan di beberapa pihak

Jakarta, IDN Times - Putra mendiang diktator Libya, Muammar Ghaddafi, muncul untuk kali pertamanya dalam satu dekade pada hari Minggu (14/11/2021). Kemunculannya itu bertujuan untuk mendaftar sebagai calon presiden pada pemilihan bulan Desember mendatang.

Saif Al-Islam Al-Gaddafi muncul dalam sebuah video Komisi Pemilihan dengan mengenakan jubah dan sorban coklat tradisional. Dia menandatangani dokumen di pusat pemilihan di kota Sebha, kata Komisi Pemilihan Nasional, dilansir Al Jazeera.

1. Menimbulkan penolakan di beberapa pihak

Masuknya Saif sebagai calon presiden pada pemilihan mendatang dinilai banyak pihak sebagai sebuah hal yang tidak dapat diterima.  Hal ini disinyalir lantaran keterlibatannya dalam era otokrasi Gaddafi sebelumnya.

Jaksa militer Libya yang bertanggung jawab kepada kementerian pertahanan pemerintah persatuan di Tripoli, menegaskan telah menulis kepada komisi pemilihan untuk menuntut penundaan pencalonan Gaddafi.

Kendati mendapat penolakan, Saif Gaddafi tetap mendaftar sebagai calon presiden untuk mengakhiri masa-masa kekacauan sejak ayahnya digulingkan, sebagaimana yang dilansir dari Reuters.

Ibrahim Fraihat, seorang profesor resolusi konflik di Doha Institute, mengatakan bahwa Saif memiliki peluang karena punya dukungan di antara mantan loyalis rezim Gaddafi dan juga pada suku tertentu.

2.  Salah satu calon yang menonjol

Putra Muammar Gaddafi Resmi Jadi Calon Presiden LibyaSaif Al-Islam Al-Gaddafi, putra Muammar Gaddafi saat mencalonkan diri di Komisi Pemilihan. (twitter.com/KRS intel)

Baca Juga: Diduga Terima Uang Dari Gaddafi, Mantan Presiden Prancis Ditahan

Melansir Al Jazeera, Gaddafi adalah salah satu calon yang menonjol dan kontroversial dalam pemilihan presiden pada bulan Desember mendatang. Beberapa daftar calon lainnya mencakup komandan pemberontak timur Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah, dan Ketua parlemen Aguila Saleh.

Era kepemimpinan Gaddafi masih dikenang oleh banyak orang libya sebagai otokrasi yang keras. Sementara Saif Al-Islam Gaddafi dan tokoh-tokoh rezim sebelumnya telah keluar dari kekuasaan begitu lama, mereka mungkin akan merasa sulit untuk memobilisasi dukungan sebanyak saingan utama.

Dia pernah terlibat dalam pengambil kebijakan era ayahnya sebelum akhirnya digulingkan oleh pasukan NATO pada 2011 silam. Sejak saat itu, dia tidak pernah terlihat lagi, pada 2011 dia sempat terlihat dalam sebuah video yang menampilkan dirinya di sebuah pengadilan tinggi Tripoli ketika dijatuhi hukuman mati.

3. Pemilihan mendatang masih diragukan

Dikutip dari Sahara Reporters, terlepas dari dukungan publik dari sebagian besar faksi Libya dan kekuatan asing untuk pemilihan pada 24 Desember, pemungutan suara masih diragukan karena entitas yang bersaing memperebutkan aturan dan jadwal.

Sebuah konferensi besar di Paris, Prancis pada hari Jumat sepakat untuk memberikan sanksi kepada mereka yang mengganggu atau mencegah pemungutan suara, dan masih belum ada kesepakatan tentang aturan untuk mengatur siapa yang harus dapat mencalonkan diri.

Pemilihan itu dianggap sebagai momen penting dalam proses perdamaian yang didukung PBB untuk mengakhiri satu dekade kekacauan yang telah menarik kekuatan regional dan merusak stabilitas Mediterania sejak pemberontakan yang didukung NATO terhadap Muammar Gaddafi pada 2011.

Baca Juga: Kelompok HAM Pertanyakan Rencana Pemilu yang Adil di Libya

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya