UNICEF: Kematian Anak di Gaza Bisa Meningkat Gegara Penyakit 

Sanitasi penduduk Gaza meningkatkan penyakit menular

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Organisasi Anak-Anak PBB (UNICEF), James Elder, memperingatkan dunia terkait kerentanan penduduk Gaza terhadap penyakit menular. Ini karena sanitasi yang sangat buruk di tengah krisis yang terjadi.

“Tanpa air bersih, makanan dan sanitasi yang memadai hanya dapat dicapai melalui gencatan senjata kemanusiaan, kematian anak-anak akibat penyakit dapat melampaui angka kematian akibat dalam pengeboman,” kata Elder melalui siaran pers UNICEF, Selasa (19/12/2023).

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, jumlah korban anak-anak terus meningkat akibat pengeboman. Lebih dari 7.700 anak telah tewas sejak serangan dimulai pada 7 Oktober lalu.

1. Sanitasi buruk

UNICEF: Kematian Anak di Gaza Bisa Meningkat Gegara Penyakit Warga Gaza di tengah krisis air. (twitter.com/@wafa_Gaza)

Elder mengkhawatirkan sanitasi penduduk Gaza yang kian memburuk. Krisis kebutuhan dasar seperti air bersih membuat hal ini menjadi sangat sulit.

“Saat ini di Gaza rata-rata terdapat sekitar satu toilet untuk 700 anak dan keluarga. Relokasi keluarga ke tempat yang tidak memiliki toilet dan puluhan ribu orang terpaksa menggunakan ember atau buang air besar sembarangan,” ungkapnya.

“Jadi tanpa air dan sanitasi, atau tempat berlindung, apa yang disebut zona aman ini akan menjadi zona penyakit,” tambahnya.

Ia juga mengungkapkan, kasus diare pada anak di atas 100 ribu dan kasus penyakit pernapasan akut pada warga sipil berada di atas 150 ribu. Data tersebut merupakan angka yang terlalu rendah dari kenyataan yang menyedihkan.

Baca Juga: PBB Marah Besar atas Kehancuran Rumah Sakit di Jalur Gaza 

2. Obat-obat tidak tercukupi

UNICEF: Kematian Anak di Gaza Bisa Meningkat Gegara Penyakit Suasana Rumah Sakit di Gaza. (twitter.com/@ICRC)

Lebih dari 50 ribu warga Palestina yang terluka akibat serangan militer Israel di Gaza berjuang mendapatkan pengobatan atau perawatan dasar. Sementara, para dokter memperingatkan bahwa sistem kesehatan di wilayah tersebut akan menghadapi kehancuran total.

“Warga Palestina di Gaza tidak mendapatkan perawatan dasar,” kata Ahmed al-Farra, kepala bagian pediatri di Rumah Sakit Nasser Gaza, kepada Al Jazeera.

“Selama lebih dari dua bulan, kami belum menerima satu pun pil atau botol obat sirup, apalagi obat pereda nyeri atau pengobatan penyakit kronis,” tambahnya.

Abdul Majid Arafa, seorang warga Gaza yang putranya yang sakit tidak mendapatkan obat, mulai putus asa.

“Jika pemboman tidak membunuh kami, kami akan mati karena tidak adanya obat,” tuturnya.

3. Tekanan internasional

UNICEF: Kematian Anak di Gaza Bisa Meningkat Gegara Penyakit Rapat DK PBB pada Jumat 8 Desember 2023 (twitter.com/@antonioguterres)

Pemerintah Israel mendapat tekanan yang semakin besar dari komunitas internasional untuk menghentikan pertempuran. Mereka didorong untuk melindungi warga sipil.

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menyerukan gencatan senjata segera pada kunjungannya ke Israel pada Minggu. Hal yang sama juga disuarakan oleh Inggris dan Jerman.

Perang kedua pihak terus berlanjut. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut setidaknya 19.667 orang telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak dimulainya perang. Jumlah orang yang terluka juga meningkat menjadi 52.586.

Baca Juga: Pasokan Medis Terbatas, Nyawa Pasien Ginjal di Gaza Terancam

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya