Utusan Rusia dan Pangeran Saudi Bertemu untuk Bahas Suriah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Putra mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, menerima kedatangan utusan Rusia, Alexander Lavrentiev, pada Kamis (20/1/2022) untuk membahas perkembangan terakhir di Suriah yang masih dilanda konflik. Di awal pertemuan, keduanya menyampaikan salam satu sam lain.
"Utusan Rusia menyampaikan salam dari Presiden (Rusia), Vladimir Putin, kepada Yang Mulia, Pangeran Mohammed bin Salman, Putra Mahkota (sekaligus) Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, sementara (Bin Salman) menyampaikan salamnya kepada (Putin)," ungkap Kantor Berita SPA.
1. Membahas masalah Suriah
Pertemuan kedua delegasi tersebut bertujuan untuk membahas upaya yang sedang berlangsung untuk menemukan solusi krisis di Suriah. Saat ini, Suriah telah mengalami konflik selama hampir satu dekade akibat perang saudara dan intervensi asing.
Dalam pertemuan tersebut, Bin Salman dan Lavrentiev juga membahas hubungan bilateral antara Riyadh dan Moskow. Akan tetapi, kantor berita SPA tidak merinci lebih lanjut terkait apa saja yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
2. Pertemuan dihadir beberapa pejabat lainnya
Pertemuan tersebut turut dihadir oleh beberapa pejabat lainnya dari kedua negara. Dari pihak Saudi hadir Dr Musaed bin Muhammad Al-Aiban (Menteri Negara dan Penasihat Keamanan Nasional Saudi), dan Khalid bin Ali Al-Humaidan (Kepala Intelijen Umum).
Sementara dari pihak Rusia turut hadir Utusan Khusus Kemlu Rusia dan Direktur Duta Besar Departemen Timur Tengah dan Afrika Utara, Alexander Kinschak.
Editor’s picks
Kunjungan tersebut diadakan hanya berselang sehari setelah presiden Iran, Ebrahim Raisi, bertolak ke Rusia dalam kunjungannya selama dua hari yang juga bertujuan membahas beberapa kasus terutama yang terkait dengan situasi di Suriah.
Dikutip Reuters, selama perang saudara selama 11 tahun, Iran dan Rusia telah aktif memberikan dukungan baik militer maupun politik kepada presiden Suriah, Bashar Assad. Sementara, Arab Saudi justru mendukung pihak oposisi.
Baca Juga: Iran Kembali Buka Kantor Perwakilan untuk OKI di Arab Saudi
3. Beberapa negara Arab telah memulihkan hubungan dengan Suriah
Dilansir Middle East Monitor, keterlibatan Arab Saudi dalam perang saudara Suriah dapat dikata bersifat pasif. Saudi juga diketahui sebagai salah satu negara yang memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Suriah sejak dimulainya revolusi Suriah pada 2011.
Pada tahun yang sama, anggota Liga Arab memutuskan untuk mengeluarkan Suriah dari organisasi tersebut. Sebab, perang saudara meletus yang dipicu oleh penindasan brutal terhadap protes anti-pemerintah dan telah menewaskan lebih dari 500 ribu orang serta jutaan lainnya mengungsi.
Namun, akhir-akhir ini beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab (UEA) telah menyerukan Suriah untuk kembali ke Liga Arab. Pada Desember 2018 negara tersebut menjadi negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan dengan Suriah, dan pada November 2021 UEA juga mengirim menteri luar negerinya ke Suriah untuk bertemu Bashar Assad.
Hal serupa juga dilakukan oleh Oman di mana mereka telah mengembalikan kedutaan besarnya di Suriah pada bulan Oktober 2021 lalu.
Riyadh tampaknya enggan untuk mengikuti langkah beberapa negara sahabatnya itu. Para pengamat mengatakan, mungkin Arab Saudi mewaspadai Amerika Serikat yang menentang upaya normalisasi dengan Suriah karena tindak brutal Assad yang disebut dapat membahayakan warga sipil seperti yang terjadi di masa lampau.
Baca Juga: Naas Etnis Tigray: Dideportasi di Arab Saudi, Diperbudak di Ethiopia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.