TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] Mengenal Berbagai Ideologi dari Cara Mereka Membagi Sawah

Dari perbandingan ideologi ini dalam menuntaskan masalah ekonomi, mana yang lebih adil menurutmu?

pendidikanindo

Masalah pokok ekonomi di Indonesia, bahkan di dunia adalah soal kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Lalu para pemikir di dunia pun berlomba-lomba menciptakan gagasan sebagai solusi, akhirnya muncullah ideologi. Sayangnya, para pemikir tersebut tidak satu pemahaman dalam merumuskan solusinya, maka berkembanglah berbagai macam cara pandang yang disebut aliran, di bawah fondasi ideologi yang berbeda-beda.

Masing-masing ideologi merasa sudut  pandangnyalah yang paling benar. Tak bisa dipungkiri bahwa antar ideologi cenderung saling bertentangan. Para penganutnya bahkan rela membunuh untuk saling meniadakan. Hasilnya, perang dunia menjadi saksi sejarah tentang pergesekan idelogi dan berlanjut hingga sekarang dengan sebutan perang pemikiran. Ideologi mana pun itu, semua beranggapan bahwa tujuannya adalah untuk menyejahterakan rakyat.

Bila kemiskinan dan ketimpangan pendapatan dapat dipecahkan dengan sebuah ideologi, mari kita lihat idoelogi mana yang paling benar. Saya menganalogikannya secara sederhana dengan beberapa variabel; diri saya sendiri, sawah, beras, dan pemerintah.

1. Liberal: Dua hektar sawah, satu hektarnya saya jual kepada orang lain.

chitalnya.ru

Ada yang salah dari liberalis? Tindakannya sudah benar, ia berhak menjual sawahnya kepada orang lain, mengingat sawah tersebut adalah hasil dari jerih payahnya sendiri. Namun, liberalis menjadi mahkluk yang individualistik. Akhirnya ia lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang lain.

2. Kapitalis: Dua hektar sawah, saya kelola dengan mempekerjakan orang lain.

http://www.ampera.co

Tindakan kaum kapitalis juga sudah benar. Ia mengelola sawahnya secara cerdas dengan mempekejakan orang lain. Orang yang dipekerjakan pun bersedia dan sudah bersepakat dengan tingkatan upah tertentu. Namun, orang kapitalis cenderung serakah dalam menguasai pasar, karena ia takut apabila orang yang dipekerjakannya akhirnya mempunyai sawah sendiri, ia akan tersaingi. Kapitalis cenderung ingin mengeksekusi persaingan dengan cara-cara yang licik.

3. Sosialis: Dua hektar sawah, saya beri satu hektar kepada orang lain.

rmol.co

Sosialis adalah orang yang peduli terhadap lingkungan sosialnya. Ia dengan senang hati berbagi kepada orang lain. Tapi siapa dari kita yang rela, bila mempunyai sawah yang kita beli atau warisan dari orang tua, kemudian kita berikan kepada orang lain secara cuma-cuma? Mungkin iya, bila kita mempunyai puluhan hektar sawah. Tapi apakah adil, bila orang yang akan kita beri adalah orang yang tidak memiliki sawah karena kemalasannya bekerja?

4. Komunis: Dua hektar sawah, negara mengambilnya dan memberi saya beras.

sapiens.ca

Jika kita tidak memiliki sawah, kita sangat beruntung dengan pemahaman ini. Negara akan mengayomi kita dengan memberikan kebutuhan kita berupa beras. Namun tidak bisa dipungkiri, sekarang banyak orang sudah memiliki sawah, dari yang hanya beberapa hektar hingga yang berhektar-hektar. Pertanyaannya, apakah kepemilikan sawah yang ada, begitu saja langsung diakui sebagai hak pemerintah? Padahal beberapa orang mendapatkan lahan sawah dengan usaha dan kerja keras.

Apakah pemerintah tidak memperdulikan usaha dan kerja keras mereka? Seketika langsung mengambil alih lahan mereka, kemudian dikelola oleh negara sehingga mereka mendapatkan jatah beras yang sama dengan orang yang bahkan sebelumnya tidak memiliki sepetak sawah pun.

Writer

Muadz Al Banna

Mahasiswa ekonomi semester akhir, aktivis pers mahasiswa, pegiat komunitas baca, dan blogger.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya