TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] Filosofi Diam dalam Film Where The Crawdads Sing

Bisakah diam mengatasi berbagai masalah?

Salah satu cuplikan di film Where the Crawdads Sing (dok. Sony Pictures Releasing/Where the Crawdads Sing)

Daisi Edgar nampaknya telah berhasil mencuri perhatian segelintir penikmat film bergenre drama dan misteri. Lakonnya sebagai Kya Clark dalam film Where The Crawdads Sing mampu mengutak-atik perasaan secara berkesinambungan. Adaptasi novel anyar karya Delia Owens ini berhasil divisualisaikan dalam sebuah film dengan alur cerita yang penuh intrik dan begitu kompleks.

Kya clark, the mash girl. Hidupnya benar-benar tak berjeda untuk sekedar menghela nafas, bak dikerumuni oleh lelar-lelar masalah. Sejak belia ia tumbuh berkembang di lingkungan keluarga yang penuh ruah akan kebrutalan ayahnya, lalu ditinggalkan dan hidup sendiri dalam kesunyian rawa. Manakala tak ada jalan lain, nyonya Mabel dan tuan Jumpin hadir memenuhi setiap kebutuhannya. Beranjak dewasa, bertubi-tubi deraian masalah roman menghantam hidupnya, dua orang lelaki berebut kursi di samping Kya, harapan, kesedihan, gundah, dan masalah besar justru lahir dari cinta itu.

Bagi kebanyakan orang, dikucilkan, disakiti, ditinggalkan, dan disia-siakan itu adalah sebuah petaka yang sangat kejam, kesialan yang niscaya. Namun, tidak dengan Kya, ia mampu menerima dan melalui setiap masalah yang ada hanya dengan diam. Secara implisit, diam kadang menjadi jalan terbaik dalam menghadapi sekelumit masalah yang ada.

Diam dapat menjadi pilihan yang terbaik

Salah satu cuplikan di film Where the Crawdads Sing (dok. Sony Pictures Releasing/Where the Crawdads Sing)

Diam dalam artian bukan tak bergerak, konstan maupun apatis, melainkan sebuah teknis untuk dapat mengobservasi berbagai kejadian yang terjadi disekitar dengan sabar. Respon temperamental, rusuh, marah yang berkontradiksi dengan problem solving lebih baik diredam dengan diam. Pengaruh diam juga dapat menghambat timbulnya zat sitokin yang berlebihan dalam kepala, sebagai awal pemicu stres.

Dipandang dari ilmu meditasi, bersikap diam merupakan sekumpulan praktik untuk dapat membatasi pikiran dan perhatian.  Pemikiran yang tak terbatas dapat menyulutkan seseorang terjerumus ke dalam lubang over thinking, yang pada akhirnya berimplikasi terhadap kesehatan dan kesadaran mental, psikofisio.

Dari aspek psikologis, ada dua tujuan mutlak yang akan dicapai melalui diam. Pertama, agar seseorang dapat memiliki perkembangan insight yang paling dalam tentang proses mental di dalam dirinya, insight tentang kesadaran, identitas dan realitas, kedua agar seseorang memperoleh kesejahteraan logis dan kesadaran yang optimal.

Baca Juga: [OPINI] Ketika Media Memberi Statistik dan Masyarakat Sulit Berempati

Writer

Nur Danil Kaimuddin

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya