TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Selamat Datang Era Dimana Perang Ditayangkan Langsung di Youtube dan Facebook Live

Media sudah sangat keterlaluan karena melakukan ini

Hadi Mizban / AP via nbcnews.com

Kemarin (17/10/2016) media-media internasional ramai membahas serangan militer dari pasukan Irak dan pejuang Kurdistan terhadap ISIS di Mosul. Ini adalah kota terbesar kedua di Irak yang berada di bawah kekuasaan ISIS selama dua tahun.

Serbuan tersebut adalah yang terbesar sejak pasukan Amerika Serikat meninggalkan Irak lima tahun lalu.

REUTERS/Azad Lashkari

Berdasarkan pernyataan Brigadir Jenderal Haider Fadhil dari Irak, ada lebih dari 25.000 pasukan, termasuk paramiliter yang terdiri dari pejuang Sunni dan milisi Syiah yang ikut serta dalam serangan yang didukung oleh Amerika Serikat ini.

Perang terhadap ISIS tersebut adalah yang terbesar sejak pasukan Amerika Serikat meninggalkan Irak lima tahun lalu. Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, mengumumkan gempuran ini pada Senin dini hari waktu setempat (17/10/2016) di TV milik negara. Salah seorang utusan Amerika Serikat untuk pasukan koalisi menyebut ini adalah operasi bersejarah.

Baca Juga: Relawan Suriah Ini Menangis Setelah Berhasil Menyelamatkan Seorang Bayi dari Reruntuhan

Selama berjam-jam, perang melawan ISIS tersebut disiarkan langsung melalui Youtube dan Facebook Live.

twitter.com/RT_com

Jika biasanya, menurut etika, media melaporkan kondisi perang di jam-jam tertentu dan melalui proses penyuntingan, kali ini penonton diberi kesempatan untuk menyaksikan secara langsung serangan militer tersebut melalui Youtube dan Facebook Live.

Beberapa media raksasa seperti Al-Jazeera, Channel 4 News, dan RT memilih untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam "memberitakan" serangan di Mosul. Setiap orang bisa langsung mengunjungi kanal Youtube maupun akun Facebook mereka dan menonton detik demi detik dari perang yang terjadi.

Anda bisa melihat jelas bagaimana pasukan gabungan itu meringsek masuk ke Mosul dimana kemudian mereka beradu serangan bom mana yang paling kuat untuk menghancurkan satu sama lain. Anda pun bisa bereaksi dengan memberikan emoji.

Media telah melewati sebuah batas antara penyajian informasi dan kapitalisasi perang tanpa memperhatikan konsekuensinya bagi kemanusiaan.

REUTERS/Azad Lashkari

Saya tidak memahami mengapa media-media yang dihormati itu berpikir bahwa menyiarkan perang secara langsung lewat Youtube dan Facebook Live adalah sebuah keputusan yang tepat dan bertanggungjawab.

Media memang bertugas untuk menyajikan fakta dan informasi yang obyektif, namun dimana rasa kemanusiaan mereka sehingga bisa memutuskan memperlihatkan secara langsung serangan militer selama berjam-jam merupakan tindakan yang bijaksana?

Al-Jazeera dan teman-temannya itu pasti meraup banyak keuntungan dari membludaknya jumlah pengunjung ke laman Youtube dan Facebook mereka. Bagi orang-orang yang menilai militerisasi adalah sebuah proses kegagahan, tentu adrenaline akan naik dan mereka betah menyaksikannya.

Beberapa kali juga terlihat ada yang memberi emoji jempol ke atas maupun tertawa. Apakah kita sudah berada di titik separah itu? Perang bukanlah hiburan dan emoji tidak akan pernah cukup untuk mewakili betapa mengerikannya situasi tersebut.

Penonton disuguhkan sebuah video tanpa interupsi atau disertai konteks yang jelas. Ini membahayakan bagi orang-orang awam yang tidak paham bagaimana proses radikalisasi terjadi. Dengan memilih jalan ini, media berkontribusi dalam mereduksi konflik dan perang menjadi suatu hal yang wajar terjadi.

Saat penonton menyaksikan bom berjatuhan melalui layar dari sofa empuk di rumah, ketika itu juga lebih dari satu juta warga Mosul menangis dan memohon agar selamat. Ini yang tidak bisa dilihat melalui siaran langsung tersebut. Penonton bisa menderita "rabun jauh" karena hanya melihat serangan itu saja, tanpa memikirkan akibatnya.

Baca Juga: Gadis Kecil Ini Menangis Mencari Ayahnya Setelah Terluka Akibat Serangan Udara di Suriah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya