[OPINI] Mengapa Kasus Audrey Sebenarnya Bukan Kasus Biasa Saja
#JusticeForAudrey
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kekerasan terhadap anak semakin sering terjadi akhir-akhir ini, kekerasan yang dilakukan meliputi kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan akibat faktor emosional, dan bahkan pengabaian.
Baru-baru ini media diramaikan oleh tagar #JusticeForAudrey di mana Ay (14) merupakan siswi SMP yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh beberapa siswi SMA hingga menyebabkan Audrey harus dirawat atas trauma yang dialaminya. Apa saja fakta yang perlu diketahui atas kasus yang menimpa Ay namun perlu dikaji ulang?
1. "Kekerasan anak bukan hanya bersifat vertikal, tapi juga horizontal"
Praktik kekerasan dekat dengan konflik. Menurut Thomas Hobbes, terdapat tiga hal yang membuat manusia terseret ke dalam suatu konflik.
Pertama, kekerasan yang dilakukan akibat adanya suatu keuntungan di baliknya. Kedua kekerasan sebagai wujud antisipasi terhadap adanya serangan, dan yang terakhir kekerasan akibat adanya motif balas dendam. Dalam kasus Ay, motif kuat yang diduga dilakukan pelaku adalah motif balas dendam. Ay menjadi korban pengeroyokan 12 siswi SMA. Pemicunya, diduga persoalan cowok.
Ditambah lagi, kasus ini bukan termasuk kasus kekerasan vertikal seperti antara orang tua dan anak-anak. Namun lebih kepada sesama anak-anak. Oleh karenanya, kasus ini tergolong kekerasan horizontal yang didasarkan pada motif balas dendam.
Baca Juga: 11 Artis Indonesia & Internasional yang Tunjukan Dukungan untuk Audrey
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.