TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] Dysfunctional Family: Saat Keluarga Jadi Sumber Konflik Batin

Tumbuh dewasa adakalanya tidak selalu menyenangkan

ilustrasi keluarga berjalan di tepi pantai (pexels.com/Delcho Dichev)

 

Saat berkunjung ke rumah teman atau saudara, pernahkah kalian merasa iri hanya karena melihat interaksi yang hangat dan harmonis antara temanmu dengan saudara kandung maupun dengan orangtuanya? Jika jawabannya adalah iya, barangkali artikel ini bisa membantumu menemukan alasan dibalik sikapmu tersebut.

Mengawali pembicaraan ini, tentunya perlu dijelaskan bahwa tidak semua dari kita cukup beruntung untuk tumbuh di lingkungan keluarga yang memiliki positive vibes. Namun hal ini tidak serta merta mengindikasikan bahwa kita berasal dari keluarga broken home.

Adakalanya kita tinggal bersama anggota keluarga yang secara lengkap terdiri dari ayah, ibu, kakak, serta adik. Meskipun tinggal dalam satu atap yang sama, orang-orang dalam rumah tangga tersebut minim komunikasi dan interaksi. Lambat laun, esensi dari sebuah keluarga mulai menanggalkan maknanya dan yang tersisa hanyalah bangunan besar rumah dan anggota keluarga yang sibuk dengan dunianya masing-masing.

Hal yang lebih mengkhawatirkan ialah, ketika terjadi pengabaian akan kebutuhan fisik dan emosional antar satu dengan yang lainnya atau secara khusus orangtua pada anaknya. Psikologi modern menggunakan istilah ‘dysfunctional family’ atau keluarga disfungsional untuk memotret realita dalam masyarakat di mana suatu keluarga menjadi lebih rentan terhadap konflik, ketegangan dan ciri perilaku negatif tertentu.

Menurut McGraw-Hill Concise Dictionary of Modern Medicine, keluarga disfungsional ialah keluarga yang memiliki banyak konflik ‘internal’ antar anggota keluarga atau pun konflik ‘eksternal’ yang tak tertangguhkan. Konflik internal di sini, bisa berupa perseteruan yang terjadi antar saudara kadung, konflik orangtua dengan anak, hingga terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga. Sementara itu, konflik eksternal mencakup tapi tidak terbatas pada hal-hal seperti penyalahgunaan alkohol, narkoba, dan tidak adanya mata pencaharian utama (pekerjaan) yang menjadi pokok penghidupan dalam suatu keluarga.

Meski kita tahu bahwa sulit rasanya mengatakan ada keluarga yang benar-benar sempurna, tapi penting untuk diingat pernyataan Pabala Li, MBA dalam artikelnya yang dimuat pada laman Parenting for Brain dengan tajuk “What Is A Dysfunctional Family & How To Break The Cycle” berikut:

“kehidupan dalam keluarga yang disfungsional secara emosional kacau.”

Jika umumnya banyak dari kita memimpikan harmoni, keteraturan, dan kelekatan antar anggota keluarga, yang terjadi dalam keluarga disfungsional justru sebaliknya. Sosok ayah dan ibu dalam keluarga tidak menjalankan peran sebagaimana mestinya. Misalnya, ayah tidak memiliki pekerjaan tetap, kerap bertindak kasar hingga kecanduan alhokol. Sedangkan ibu, entah bagaimana malah bersikap dingin, menjaga jarak serta tidak bisa menunjukkan kepedulian pada tumbuh kembang anak-anaknya.

Rasa hormat, kepercayaan, dukungan, dan komunikasi dua arah yang tampak sebagai sesuatu yang lumrah bagi keluaga fungsional nyatanya menjadi beberapa hal yang begitu dirindukan oleh anak-anak dari keluarga disfungsional. Efek jangka panjangnya, mereka yang terbiasa menghadapi hal tersebut akan mengalami masalah ketidakpercayaan, kecemasan, benci, dan emosi negatif lainnya sebagaimana diutarakan oleh Mahak Arora dan psikolog Dr. Rashmi Prakash dalam “Dysfuntional Family – Characteristics and Effect”, sebuah artikel yang dimuat dalam Firstcry Parenting.

Bahkan mungkin sekali bagi mereka yang kini sudah dewasa terbersit angan bahwa:

 “kedepannya, pernikahanku tidak boleh sama dengan apa yang terjadi pada orangtuaku” atau “aku akan membina keluarga kecilku dengan kasih sayang dan tidak akan membiarkan diriku mengulangi kesalahan ayah dan ibuku".

Baca Juga: [OPINI] Mencegah Radikalisme dengan Literasi Media

Verified Writer

Bintan Rah

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya