Menu buka puasa saat Nyepi (IDN Times/Dewi Suci Rahayu)
Ternyata ada irisan kesamaan antara makna Nyepi dan Idulfitri. Pada Nyepi tahun ini, umat muslim masih berpuasa Ramadan. Saya sendiri mengisi waktu dengan beristirahat total saat Nyepi, setelah malam sebelumnya menyaksikan pawai ogoh-ogoh di Lapangan Puputan, Denpasar.
Tidak ada aktivitas lain saat Nyepi. Saya hanya istirahat hingga hampir menjelang waktu berbuka puasa, lalu berbuka puasa, beribadah lainnya, kemudian beristirahat kembali. Karena saya menginap di hotel, saya baru tahu bahwa restoran hotel masih melayani tamu. Mereka masih memasak untuk para tamu hingga pukul 19.00 WITA.
Tentu saja saya merasa sangat terbantu dengan hal ini, meskipun saya sudah stok beberapa jenis snack dan beras instan yang siap seduh sebagai menu buka puasa.
Akhirnya saya bisa berbuka puasa dengan sepiring nasi goreng lengkap dengan ayam suwir dan sayurannya. Meski aturannya tidak diperbolehkan memasak saat Nyepi untuk umat Hindu, tetapi turis atau selain agama Hindu tetap diperbolehkan, asalkan tidak berisik, tidak menggunakan cahaya atau lampu, dan tidak mengganggu kepentingan orang lain (terutama yang sedang merayakan Nyepi).
Selang satu hari, giliran umat Islam yang merayakan Lebaran. Saya Salat Ied di masjid utama di Canggu. Mungkin bagi kita yang terbiasa tinggal di Jawa atau wilayah lainnya yang mayoritas warga lokal sekaligus muslim, akan terkejut dengan pemandangan ini.
Sebagian orang menganggap kebanyakan turis asing alias bule beragama non-Islam, tetapi di Canggu, kita akan menjumpai banyak bule muslim. Alhasil, beberapa orang merekam pemandangan ini dan mengunggahnya di media sosial, para bule muslim tersebut pun viral saat Lebaran.
Potret open house Lebaran di Bali (IDN Times/Dewi Suci Rahayu)
Setelah Salat Ied, saya menuju ke rumah mantan ibu kos saya, namanya Ibu Diana. Dia dan keluarganya menggelar open house Lebaran. Bagi anak-anak rantau seperti kami, dapat menikmati seporsi rendang, opor ayam, dendeng sambal ijo, beserta kue-kue kering khas Lebaran adalah surga. Barakallah, Ibu Diana sekeluarga!
Satu hal yang menggelitik bagi saya, beberapa bule yang viral di media sosial karena direkam diam-diam oleh netizen pun mengunjungi rumah Ibu Diana. Memang, open house yang digelar setiap tahunnya ini tak terkhusus warga lokal saja, tetapi siapa pun boleh datang, termasuk para bule dan kaum non-Islam sekali pun.
Setelah puas makan opor, saya menuju ke studio yoga, agar tetap zen di hari nan fitri. Hahaha... Sekitar 90 menit beryoga, kami kembali ke rumah Ibu Diana untuk makan siang, tentunya dengan menu opor dan rendang lagi!
Sore harinya, kami main ke pantai. Menikmati pasir-pasir pantai yang halus, ombak-ombak kecil yang menyapu kaki, serta jingga matahari terbenam yang syahdu. Alhamdulillah cuaca Bali sedang sangat cerah dan ceria. What a life!
Lebaran kali ini benar-benar menyenangkan. Saya tak henti-hentinya mengucap syukur. Bisa merasakan pengalaman puasa, Nyepi, dan Lebaran di Bali, sekaligus menemui kembali kawan-kawan lama. Hati saya sungguh penuh.
Pengalaman ini juga menjadi isi ulang spiritual saya. Terbiasa tinggal di lingkungan mayoritas muslim terkadang dapat membuat kita merasa superior dan tak mau kalah. Dengan bergantian menjadi "minoritas," tetapi tetap dapat melaksanakan ibadah kita dengan baik, adalah pengalaman luar biasa indah.
Karena perbedaan bukanlah pemecah belah umat, tetapi justru akan membuat kita semakin erat dan kuat. Diversity tidak akan melukai iman kita, tetapi justru akan menguatkannya. Sebenar-benarnya iman hanya kita dan Tuhan yang tahu, tak perlu merasa insecure dengan perayaan umat lain.
Alhamdulillah, Ramadan tahun ini benar-benar menyenangkan bagi saya, dari awal sampai akhir. Saya benar-benar bersyukur. Semoga kita semua dapat kembali dipertemukan dengan Ramadan-Ramadan berikutnya, ya!