Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perjuangan Ibu Hamil dan Menyusui di Bulan Ramadan

Ilustrasi Ibu Hamil (pexels.com/Leah Newhouse)

Bulan Ramadan menjadi momen seseorang untuk dapat mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Serta menjadi momen bagi kita merasakan perjuangan menahan lapar dan haus, yang selalu dirasakan mereka yang tidak mampu membeli makan dan minum setiap harinya. Semua itu dilakukan agar kita mendapat hikmah untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki.

Namun, bagaimana jika bulan Ramadan harus dilalui dengan kondisi hamil atau menyusui? Apakah Islam tetap mewajibkan umatnya menahan lapar dan haus di tengah kondisi hamil atau menyusui? Itulah yang saya alami di bulan Ramadan tahun 2021 hingga 2023. Di mana pengalaman pertama menjadi ibu hamil dan menyusui saya lalui selama tiga tahun belakang ini.

Berpuasa sekaligus menjadi ibu hamil ternyata tidaklah mudah. Ada beberapa orang yang kuat menjalaninya, namun ada beberapa orang pula yang tidak bisa dipaksakan melakukannya. Beruntungnya saya memegang teguh ajaran agama Islam, sebab Allah SWT tidak mempersulit umatnya untuk harus menjalani ibadah puasa dalam kondisi tertentu. Salah satunya dalam kondisi hamil dan menyusui, sebab jika dipaksakan tidak hanya membahayakan kesehatan dan keselamatan sang ibu, tetapi juga membahayakan nyawa lain yaitu, janin atau bayi di kandungan.

Pada akhir April 2021, bertepatan dengan bulan Ramadan saya mencoba untuk berpuasa. Saat itu, kondisi kehamilan saya baru memasuki trimester satu. Di mana menurut dokter kandungan, pada trimester satu terjadi beberapa hal penting di kehamilan yaitu, mulai terbentuknya beberapa organ penting seperti mata, mulut, rahang bawah, dan juga tenggorokan. Bahkan sel-sel darah janin juga mulai terbentuk, lalu sirkulasi darah pun mulai berjalan.

Karena banyaknya hal penting yang terjadi di trimester pertama itu pula saya diharuskan mengonsumsi banyak makanan bergizi yang mengandung asam folat dan kalsium. Bahkan untuk menambah kebutuhan zat-zat tersebut, harus ditambah dengan mengonsumsi vitamin dengan kandungan zat-zat tersebut. Karena tetap ingin merasakan puasa di bulan Ramadan, saya pun membuat jadwal makan teratur serta mengonsumsi vitamin-vitamin yang dianjurkan.

Sayangnya manusia hanya bisa berencana, meskipun telah berusaha rutin mengonsumsi vitamin dan makanan bergizi, kondisi fisik saya tidak kuat menjalani puasa dalam kondisi hamil di trimester satu. Belum lagi saya harus bertarung dengan rasa mual, karena meningkatnya kadar hormon HCG dalam tubuh. Kondisi ini akhirnya membuat saya semakin sering muntah, bahkan sampai muntah berwarna hijau. Akhirnya dokter pun tidak menganjurkan lagi untuk saya tetap berpuasa di bulan Ramadan.

Rasa sedih jelas menyelimuti kondisi saat itu, karena tidak bisa melaksanakan ibadah wajib yang hanya setahun sekali ini. Beruntungnya Islam pun tidak memaksakan berpuasa di kondisi tertentu, namun tetap harus menggantinnya dengan berpuasa di bulan lain serta membayar Fidyah.

Perjuangan saya tidak berhenti selama hamil saja, namun setelah melahirkan pun. Bulan puasa di tahun selanjutnya jatuh pada bulan April 2022. Saat itu anak saya memasuki usia 7 bulan, di mana sejak lahir ia terbiasa untuk DBF atau direct breastfeeding. Meskipun sudah memasuki usia mengonsumsi MPASI (Makanan Pengganti ASI), namun konsumsi ASI juga masih terbilang banyak dan intens. Karena merasa sudah di tahap mengonsumsi MPASI, saya pun memberanikan diri untuk ikut berpuasa di bulan Ramadan.

Namun ternyata manusia kembali hanya bisa berencana, yang awalnya saya yakin bisa kuat menjalani puasa Ramadan ternyata kembali mendapat tantangan. Saat waktu DBF tiba, saya kerap kali merasa pusing dan pening bahkan sampai merasa lemas dan mata berkunang-kunang. Setelah mencoba konsultasi ke dokter, ternyata saya mengalami gejala darah rendah dan itu akan kambuh setelah saya melakukan DBF tanpa mengonsumsi makanan apapun.

Alhasil dokter kembali menganjurkan saya untuk tidak berpuasa kembali di bulan Ramadan. Ternyata sungguh besar pengorbanan seorang ibu saat hamil dan menyusui. Salah satunya tidak bisa beribadah berpuasa di Bulan Ramadan. Namun, hikmah yang saya ambil Islam tetap memberikan saya pahala besar lewat pengalaman pertama menjadi seorang ibu hamil dan diizinkan untuk memberikan ASI eksklusif hingga usia dua tahun. Dan tetap memberikan kesempatan untuk mengganti puasa di lain hari, serta membayarkan Fidya, MasyaAllah!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
Diana Hasna
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us