10 Peristiwa Tak Terlupakan yang Terjadi Selama Revolusi Industri

Pekerja pabrik selama Revolusi Industri mempertaruhkan nyawa mereka setiap harinya. Saat mereka mengalami cedera atau bahkan terbunuh karena pekerjaan, sebagian besar bos mereka justru gak peduli dan mempekerjakan orang lain untuk menggantikan mereka jika mereka mengalami kecelakaan.

Minimnya pertanggungjawaban dan kurangnya standar keselamatan ada hubungannya dengan tingginya angka kecelakaan di tempat kerja. Bahkan surat kabar pun malah menyalahkan korban di laporan beritanya. Menurut sejarawan AllenCornwell, ada seorang pekerja pabrik bernama MichaelMarkham yang terbunuh karena mesin pemotong di pabrik. Berita di koran-koran justru menuduh kalau itu adalah kecerobohan Markham sendiri.

Pabrik mengutamakan akuntabilitas, agar mendapatkan keuntungan yang tinggi. Baginya, keselamatan pekerja terlalu mahal harganya. Lagi pula, mereka dengan mudahnya mengganti karyawan. Selama publik gak bertindak dan mengajukan tuntutan, mereka akan terus memberlakukan sistem gak manusiawi itu.

Sekarang ini, terjadinya kecelakaan di pabrik pasti akan menjadi berita utama dan berakhir dengan panggilan untuk dilakukannya penyelidikan dan menerapkan standar peraturan keselamatan baru. Selama 40 tahun Revolusi Industri ada lebih dari 10.000 ledakan serius di pabrik-pabrik Amerika dan itu dipandang sebagai bahaya pekerjaan.

Anak-anak zaman sekarang pasti mudah banget mengeluh kalau gak bisa memiliki sesuatu yang diinginkan. Namun tahukah kalian, selama Revolusi Industri, anak-anak di bawah umur sudah bekerja, lho. Bahkan yang paling kecil biasanya mendapatkan pekerjaan yang paling mengerikan dan berbahaya. Orangtua mereka pun gak ada yang terlalu cemas jika keselamatan anaknya terancam saat bekerja, asalkan anak-anak mereka bisa menghasilkan uang.

Menurut Eastern Illinois University, mereka dipaksa bekerja selama 10 hingga 14 jam sehari dengan mesin-mesin berbahaya di pabrik yang berventilasi buruk dan penuh dengan asap beracun. Di tambang batu bara, anak-anak harus merangkak di bawah mesin untuk membersihkan puing-puing dan dipaksa masuk melalui celah dan terowongan yang sempit, karena pekerja dewasa gak bisa menjangkaunya akibat bobot tubuh mereka yang lebih besar. Karena hampir setiap hari menghabiskan waktu di tempat kerja, mereka gak memiliki waktu untuk sekolah. Jadi mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang hanya memenuhi syarat untuk terus melakukan pekerjaan yang berbahaya.

Namun, para advokat akhirnya memperjuangkan pembatasan usia dan reformasi pekerja anak di bawah umur. Dan sekarang ini kita patut bersyukur karena gak mengalami hal yang serupa seperti mereka.

Pada 1850, tambang batu bara Inggris memproduksi lebih dari 10 kali jumlah batu bara yang mereka hasilkan pada abad sebelumnya, yang berarti mereka membutuhkan pekerja yang lebih banyak dan permintaan keselamatan yang lebih diutamakan.

Batubara adalah sumber daya yang terbatas, pekerjaannya pun sangat berisiko tinggi karena harus menggali di tempat yang berbahaya. Menurut Letters and the Lamp, terowongan pertambangan yang sempit, mudah runtuh, panas, dan gelap, mengharuskan para penambang bekerja dengan menggunakan cahaya lilin, tetapi masalahnya, gas yang terperangkap terkadang bisa muncul di dalam terowongan, yang artinya mudah terbakar. Ledakan bawah tanah ternyata merupakan hal biasa yang menewaskan banyak penambang.

Pada 25 Mei 1812, 121 penambang berada di dalam tambang Felling Colliery di pantai timur laut Inggris ketika insiden ledakan terjadi. Sembilan puluh dua orang tewas, termasuk beberapa anak laki-laki berusia 8 dan 9 tahun.

Banyak jasad yang gak ditemukan selama lebih dari sebulan karena masih terlalu berbahaya untuk masuk ke tambang dan mencari mereka. Tragedi itu akhirnya menginspirasi seseorang untuk menciptakan lampu penambang yang gak mudah terbakar.

Pernahkah kamu membayangkan ingin pergi ke tempat, kota atau negara baru agar bisa hidup lebih baik, namun justru keadaanmu jauh lebih buruk dari pada di tempat asalmu. Selama Revolusi Industri, jutaan orang pedesaan meninggalkan pertanian dan industri rumahan di desa mereka, dengan alasan ingin mencari pekerjaan yang lebih baik dan upah yang lebih tinggi.

Menurut History Future Now pabrik-pabrik yang mempekerjakan migran membayar mereka dengan upah yang kecil dan memperlakukan pekerja seperti komoditas. Namun hal itu gak menjadi masalah bagi mereka, karena para pekerja itu sudah gak memiliki harapan lagi untuk kembali ke kampung halaman dan industri rumahan yang sudah gak bisa beroperasi lagi.

Selama Revolusi Industri, semua pabrik memiliki boiler, yakni mesin industri yang memiliki efek samping seperti menghasilkan uap air. Pada masa Revolusi Industri, alat itu gak secanggih saat ini, jadi wajar jika gak memiliki fitur keselamatan dasar, seperti prosedur cara mematikan mesin jika terjadi kerusakan, akibatnya mesin itu akan meledak jika terjadi kerusakan. Selama akhir abad ke-19 diperkirakan ada satu ledakan boiler setiap empat harinya, dan sekitar 50.000 orang per tahun harus tewas atas insiden serupa.

Pada bulan Maret 1905, boiler di dalam Pabrik Sepatu Grover meledak dengan kekuatan yang sangat besar, meledakan tiga lantai dan meruntuhkan hampir seluruh bangunan. Parahnya lagi, batu bara panas di lubang api boiler terbang ke mana-mana dan mulai membakar sekitarnya karena adanya saluran gas yang putus.

Banyak pekerja yang terperangkap di bawah puing-puing dan gak bisa meloloskan diri dari kobaran api. Surat kabar lokal melaporkan sebanyak 60 orang tewas, dan beberapa bangunan di dekatnya juga hancur.

Sejumlah besar orang yang pindah ke daerah perkotaan yang relatif sempit bukan saja menimbulkan masalah sumber daya, tapi juga masalah sanitasi. Ketika banyak orang pindah ke kota-kota yang penuh sesak, mereka harus terbiasa dengan kehidupan yang jauh dari kata layak seperti berbagi jatah, ruangan yang terbatas, dan air yang tercemar kotoran.

Pada musim panas 1832 kolera menyebar dari Eropa ke New York. Banyak keluarga yang gak mau mengambil risiko, jadi mereka pergi dan melakukan perjalanan menyusuri sungai Hudson untuk menemukan desa untuk ditinggali.

Pada akhir musim panas, hampir setengah dari populasi New York atau sekitar 100.000 orang dari 250.000 meninggalkan kota. Sebanyak 3.000 warga New York meninggal dalam epidemi tersebut, dan sebagian besar korbannya adalah orang miskin.

Selama Revolusi Industri di Inggris, akan menjadi suatu yang ilegal jika membentuk serikat pekerja untuk meminta majikan berhenti memperlakukan mereka seperti sampah. Dilansir dari A Web of English History, Undang-undang Gabungan tahun 1799 dan 1800 dimaksudkan untuk menghentikan masyarakat Inggris yang melakukan demo berbahaya untuk kesejahteraan para pekerja yang ingin diperlakukan seperti manusia.

Tren itu dianggap ilegal karena membentuk masyarakat atau komunitas untuk tujuan "reformasi politik" atau serikat pekerja, yang berani meminta kenaikan upah karena kenaikan biaya hidup.

The Combination Acts adalah ekspresi dari ketakutan aristokrasi Inggris untuk memberikan kekuatan kepada kelas bawah. Ada juga kekhawatiran bahwa pekerja berserikat dapat mencegah industri menjadi mesin perang. Karena Inggris ditendang oleh koloni-koloni Amerika dan sedang berperang dengan Prancis, sehingga mereka gak akan membiarkan hal kecil menghalangi jalan kemenangan mereka.

Untungnya, The Combination Acts hanya berdiri sampai 1824, ketika pemerintah mengakui kesalahan mereka atas ketidakpercayaan antara pengusaha dan karyawan.

Istilah "Luddite" berakar pada Revolusi Industri, ketika itu digunakan untuk menggambarkan sekelompok penenun Inggris yang terganggu karena hadirnya penemuan mesin tenun yang lebih cepat dan canggih, serta munculnya para penenun yang lebih murah daripada mereka. Orang-orang Ludd merespons dengan mengorganisir kelompok mereka untuk menghancurkan mesin tenun yang membuat mereka kehilangan pekerjaan.

Pemerintah Inggris gak bisa membiarkan itu terus terjadi, jadi mereka mengeluarkan undang-undang pada tahun 1812 yang gak saja melarang penghancuran mesin industri, tapi juga akan dieksekusi jika ada yang berani menghancurkan mesin industri. Dan itu nyatanya bukan saja ancaman kosong, di akhir tahun yang sama, 14 Luddite digantung karena "frame breaking," dan setelah itu gerakan Luddite mereda dan memudar.

Pada tahun 1817, New York memutuskan untuk melakukan proyek pemindahan, yaitu sebuah kanal yang akan menempuh jarak 363 mil dari Sungai Hudson ke Danau Erie. Dikutip dari Oswego County News Now, butuh waktu delapan tahun bagi 50.000 pekerja untuk memindahkan 11 juta yard kubik batu yang diperlukan untuk membangun Kanal Erie. Sekitar 1.000 pekerja itu meninggal, atau sekitar 1 banding 50.

Kanal Erie adalah lokasi kerja yang cukup berbahaya, tetapi itu bukan proyek konstruksi paling berbahaya yang pernah ada, tapi ada sebuah kanal yang paling berbahaya, yakni Kanal Panama yang memiliki tingkat kematian 1 pekerja dari setiap 2,5.

Pada tahun 1877 sekelompok pekerja kereta api di Virginia Barat mengalami kekecewaan karena upah mereka dipotong, yang akhirnya mereka keluar dari pekerjaannya. Kereta api menjadi komoditas yang vital pada tahun 1877, jadi pekerja kereta api sangat dibutuhkan. Dan itu menjadi masalah yang cukup serius dalam kehidupan sehari-hari dan dalam distribusi barang dari bagian timur Amerika Serikat ke midwest.

Dilansir dari ThoughtCo, terjadinya pemogokan kerja menyebar dari Virginia Barat ke negara bagian lain, dan membuat pejabat setempat meminta bantuan pemerintah federal dengan dibentuknya "pemberontakan". Di Pittsburgh, pasukan dikirim, dan menewaskan 26 orang. Peristiwa itu berubah menjadi kerusuhan, dan memicu banyak orang yang membakar kereta api dan bangunan sebagai pembalasan. Pada akhir pemogokan dua minggu kemudian, 100 pekerja tewas dan industri kereta api membuat semua orang menandatangani kontrak "yellow dog" yang melarang serikat pekerja.

Jadi tahu kan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama Revolusi Industri sebelum kita bisa hidup seperti sekarang ini?