Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
jenazah di tempat pembakaran (dok.pribadi/Ari Budiadnyana)

Tradisi Ngagah merupakan salah satu tradisi unik di Bali. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum upacara Ngaben baik Ngaben perorangan maupun Ngaben massal. Ngagah dilakukan untuk jenazah yang sudah dikubur sebelum upacara Ngaben dilaksanakan.

Saat prosesi Ngagah ini, warga banjar adat secara bergotong-royong menggali kuburan yang jenazahnya akan dilakukan upacara Ngaben. Pemandangan yang unik bisa dijumpai saat prosesi Ngagah ini.

Biasanya, berdasarkan musyawarah antara tetua dan warga banjar adat, prosesi Ngagah dilakukan sebelum hari Upacara Ngaben. Hal ini agar warga Banjar Adat bisa lebih fokus untuk melaksanakan Upacara Ngaben dan mempersingkat waktu pelaksanaannya.

Karena dilakukan sebelum hari Upacara Ngaben, dalam prosesi Ngagah akan dilakukan pembakaran jenazah setelah diangkat dari liang kuburnya. Hal ini karena faktor kesehatan semata, agar terhindar dari penyebaran penyakit atau bakteri yang berasal dari jenazah yang telah lama dikubur.

1. Prosesi penggalian kuburan yang dilakukan secara bergotong-royong

proses penggalian kuburan (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

2. Warga banjar adat secara bergotong-royong mengangkat jenazah dari liang kubur

mengangkat jenazah dari liang kubur (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

3. Warga banjar adat bergotong-royong memindahkan jenazah ke tempat pembakaran

Warga Banjar Adat bergotong-royong memindahkan jenazah. (dok.pribadi/Ari Budiadnyana)

4. Beberapa jenazah yang sudah ditaruh di tempat pembakaran

jenazah di tempat pembakaran (dok.pribadi/Ari Budiadnyana)

5. Salah satu tulang tengkorak jenazah yang akan dibakar

salah satu tulang tengkorak jenazah yang akan dibakar (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

6. Setelah dilakukan penggangkatan jenazah, dilakukan upacara menggunakan sarana itik hitam sebelum liang kubur diuruk kembali

upacara menutup liang kubur (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

7. Jika semua jenazah sudah diangkat dari liang kubur, maka dilanjutkan dengan pembakaran jenazah tersebut

pembakaran jenazah (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

8. Petugas yang membakar jenazah, di Bali sering disebut 'tukang kompor mayat'

petugas yang membakar jenazah (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

9. Setelah pembakaran selesai, dilanjutkan dengan mengumpulkan tulang-tulang sisa pembakaran

mengumpulkan tulang sisa pembakaran (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

10. Tulang-tulang ini dibentuk menyerupai wujud manusia yang kemudian dibungkus dengan kain kasa

tulang dibentuk menyerupai wujud manusia (dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

11. Petulangan, tempat untuk menaruh tulang yang sudah dibungkus kain kasa pada prosesi sebelumnya

petulangan, tempat menaruh tulang yang sudah dibungkus kain kasa (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Setelah semua tulang ditempatkan pada petulangan, barulah petulangan ini ditutup. Pada malam harinya dilakukan penjagaan oleh pihak keluarga dan warga banjar adat secara bergantian, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saat hari Upacara Ngaben, tulang-tulang ini akan dibakar lagi sesuai dengan rangkaian Upacara Ngaben.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team