4 Alasan Ilmiah Mengapa Darah Gurita Berwarna Biru

Intinya sih...
Kehadiran hemosianin sebagai pengganti hemoglobin
Efisiensi mengangkut oksigen di suhu dingin
Adaptasi evolusioner terhadap habitat laut dalam
Jika darah manusia pada umumnya berwarna merah karena kandungan hemoglobin, maka darah gurita justru berwarna biru dan fenomena ini mungkin sering membuat banyak orang merasa penasaran. Warna darah biru sebetulnya bukan hanya sekadar keunikan semata, namun sangat berkaitan erat dengan sistem pernapasan dan juga adaptasi biologis gurita yang ada di habitat laut dalam.
Gurita merupakan hewan laut yang hidup di lingkungan dengan kadar oksigen cukup rendah dan juga suhu yang dingin, sehingga tubuhnya memerlukan sirkulasi yang efisien untuk tetap bertahan hidup dengan baik. Oleh sebab itu, perhatikan beberapa alasan ilmiah berikut ini yang turut menjelaskan mengapa darah gurita bisa berwarna biru, sehingga bisa mengupas hal tersebut melalui penjelasan biologis yang dapat dipahami.
1. Kehadiran hemosianin sebagai pengganti hemoglobin
Darah gurita pada umumnya berwarna biru karena mengandung hemosianin, yaitu protein pengikat oksigen yang berbasis tembaga, bukan besi seperti pada hemoglobin yang terdapat di darah manusia. Pada saat hemosiana terikat dengan oksigen, maka warnanya berubah menjadi biru, sehingga inilah yang menjadi warna khas pada darah gurita.
Hemosianin larut dalam plasma darah dan bekerja secara aktif di kondisi lingkungan dengan suhu rendah dan juga kadar oksigen yang relatif rendah seperti dasar laut. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa hemosianin menjadi pilihan evolusioner yang cukup ideal untuk bisa membantu gurita dalam bertahan di kondisi habitat yang ekstrem.
2. Efisiensi mengangkut oksigen di suhu dingin
Hemosianin memiliki keunggulan tersendiri dalam mengangkut oksigen pada suhu rendah, yaitu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi gurita karena pada umumnya hidup di laut dalam. Hemoglobin yang digunakan oleh manusia dan mamalia lain dianggap kurang efisien pada suhu ekstrem seperti ini.
Sifat hemosianin memungkinkan oksigen untuk tetap bisa terikat dengan baik dan terdistribusi secara merata ke seluruh bagian tubuh gurita. Inilah yang menjadi alasan mengapa sistem pernapasan gurita ternyata bisa lebih optimal, meski berada di air yang kondisinya sangat dingin dan juga minim pasokan oksigen.
3. Adaptasi evolusioner terhadap habitat laut dalam
Gurita telah berevolusi selama jutaan tahun untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ekstrem dan tidak bersahabat. Darah birunya sebetulnya merupakan hasil dari adaptasi jangka panjang agar mereka bisa bertahan di kondisi dasar laut yang dingin, gelap, dan memiliki tekanan tinggi.
Evolusi ini seolah menjadikan hemosianin sebagai sistem pernapasan yang jauh lebih andal jika dibandingkan hemoglobin dalam kondisi tersebut. Darah biru bukan hanya soal warna, namun juga terkait pada penyesuaian biologis agar gurita tetap bisa hidup secara efisien.
4. Sistem sirkulasi tertutup dengan tiga jantung
Selain darahnya yang biru, gurita juga memiliki tiga jantung yang bekerja secara unik untuk mengalirkan hemosianin ke seluruh tubuhnya. Dua jantung memompa darah ke insang, sedangkan satu jantung utamanya memompa darah ke seluruh tubuh setelah darah tersebut teroksigenasi.
Dengan kombinasi tiga jantung dan hemosianin, maka gurita mampu mempertahankan aliran oksigen yang stabil dalam kondisi laut yang dipenuhi dengan tekanan dan juga fluktuasi suhu. Sistem ini menunjukkan bahwa betapa kompleks dan efisiennya tubuh gurita dalam mendukung adanya fungsi vital yang dimiliki.
Darah biru gurita bukan hanya sekadar keunikan visual, melainkan hasil dari adaptasi biologis yang cukup kompleks. Dengan memahami alasan ilmiah di balik warna darah gulita, maka bisa memberikan wawasan yang lebih luas terkait kehidupan evolusi hewan tersebut untuk bisa bertahan di kondisi habitat yang ekstrem. Gurita merupakan bukti nyata bahwa alam selalu memiliki cara unik untuk menyesuaikan diri!