Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Matthias Götzke)
ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Matthias Götzke)

Intinya sih...

  • Ular merasakan getaran melalui tanah untuk mendeteksi pergerakan mangsa atau ancaman di sekitarnya.

  • Semut menggunakan reseptor khusus di kaki dan antenanya untuk menangkap getaran dari tanah atau udara.

  • Cacing tanah sangat peka terhadap getaran di tanah yang mungkin dihasilkan oleh langkah kaki, gerakan hewan lain, atau tetesan hujan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kemampuan pendengaran merupakan salah satu indra penting untuk kebanyakan hewan dalam mendeteksi adanya bahaya, mencari makanan, hingga berkomunikasi dengan sesamanya. Namun, ternyata tidak semua hewan memiliki kemampuan pendengaran seperti manusia atau hewan lain pada umumnya.

Hewan-hewan yang tidak memiliki indra pendengaran akan mengandalkan indra lain, seperti penglihatan, getaran, atau penciuman untuk memahami lingkungannya. Berikut ini merupakan beberapa hewan yang tidak bisa mendengar, namun tetap bisa bertahan hidup di alam liar.

1. Ular

ilustrasi ular (pexels.com/Ruben Christen)

Ular merupakan hewan yang tidak memiliki telinga eksternal atau bahkan gendang telinga, sehingga wajar apabila mereka tidak bisa mendengar suara di udara seperti halnya manusia. Sebagai gantinya, ular merasakan getaran melalui tanah yang berasal dari rahang sensitifnya, sehingga membantu mereka untuk mendeteksi adanya pergerakan mangsa atau bahkan ancaman di sekitarnya.

Penelitian menunjukkan bahwa tulang rahang bawah yang dimiliki ular berfungsi sebagai penghubung getaran ke otak, sehingga menggantikan fungsi dari telinga bagian dalam. Melalui kemampuan tersebut, maka ular dapat merasakan suara dalam bentuk getaran tanpa perlu benar-benar mendengarkannya.

2. Semut

ilustrasi semut (pexels.com/Kumar Kranti Prasad)

Semut termasuk ke dalam serangga yang memang tidak memiliki telinga sama sekali, sehingga mereka tidak bisa mendengar adanya suara yang berasal dari udara. Namun, semut memiliki adanya reseptor khusus di bagian kaki dan antenanya yang mampu menangkap getaran dari tanah atau udara di sekitarnya.

Melalui antena pada semut, maka hewan tersebut dapat mengenali apabila ada bahaya, termasuk untuk berkomunikasi atau menemukan arah koloni dengan sangat akurat. Mereka menggunakan adanya sistem kimia dan getaran untuk mengirimkan sinyal antar individu dalam satu koloninya.

3. Cacing tanah

ilustrasi cacing (pixabay.com/Natfot)

Cacing tanah merupakan hewan tanpa organ pendengaran dan tidak memiliki mata yang mampu berfungsi dengan penuh. Walau demikian, ternyata cacing tanah sangatlah peka terhadap adanya getaran di tanah yang mungkin dihasilkan oleh langkah kaki, gerakan hewan lain, atau pun tetesan hujan.

Kepekaan terhadap getaran membentuk cacing tanah untuk bisa mengetahui apabila ada predator yang mendekat atau perubahan dari kondisi tanah. Sistem saraf sederhana yang mereka miliki dapat mengubah sinyal getaran menjadi respon yang cepat.

4. Ubur-ubur

ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Irina Iriser)

Ubur-ubur tidak memiliki adanya telinga, otak, atau bahkan sistem saraf pusat seperti halnya hewan lain, namun mereka memiliki sensor yang sangat peka terhadap adanya cahaya hingga gerakan. Organ kecil bernama statocyst bisa membantu ubur-ubur untuk menjaga keseimbangan dan juga mengenali arah pergerakan pada saat berada di dalam air.

Sebagai gantinya, ubur-ubur akan mengandalkan sinyal lingkungan, seperti arus laut dan juga perubahan tekanan air untuk bisa menavigasi atau pun berusaha mencari makanan. Meski memang tidak bisa mendengar, namun kemampuan sensorik yang dimiliki ubur-ubur sangatlah efisien untuk bisa bertahan hidup di kondisi habitat laut yang sangatlah luas.

Ketiadaan kemampuan mendengar ternyata tidak membuat hewan-hewan di atas jadi lemah atau pun terpinggirkan di habitatnya. Mereka justru menunjukkan adanya bentuk adaptasi luar biasa melalui penggunaan indra lain. Semuanya membuktikan bahwa evolusi selalu menemukan cara untuk bisa bertahan hidup dan menjaga keseimbangan di lingkungannya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team