Ilustrasi kapal buccaneer di perairan Karibia (commons.wikimedia.org)
Pada abad ke-17, Laut Karibia menjadi arena aktivitas para Buccaneers, sekelompok pemburu dan bajak laut yang awalnya berburu hewan untuk dijual daging asapnya, namun kemudian beralih menjadi perompak laut yang menargetkan kapal-kapal Spanyol.
Dilansir dari laman The Way of the Pirates, era Buccaneers ini ditandai dengan kebebasan dan keberanian para perompak yang memanfaatkan kekacauan politik dan persaingan antar kekuatan kolonial di kawasan tersebut. Pulau Tortuga kemudian menjadi salah satu markas utama mereka, tempat berkumpul dan beroperasi secara semi-otonom di bawah perlindungan Prancis dan Inggris.
Pulau Tortuga sendiri dikenal sebagai benteng bajak laut dengan benteng “Fort de Rocher” yang mengawasi pelabuhan dan melindungi para perompak dari serangan musuh. Menurut laman Smithsonian Magazine, Tortuga bahkan dijuluki “Pirate Republic” karena otonomi dan kebebasan yang dinikmati para bajak laut di sana.
Tokoh-tokoh terkenal seperti Henry Morgan dan Francois L’Ollonais melancarkan serangan dari pulau ini, menjadikannya pusat pembajakan yang sangat berpengaruh hingga era Buccaneers berakhir setelah Perjanjian Ratisbon pada 1684.
Meski identik dengan kekacauan dan kejahatan di laut, para bajak laut dalam daftar tadi pernah memegang kendali atas wilayah tertentu dan membentuk sistem kepemimpinan mereka sendiri. Walau sebagian hanya bertahan sementara, jejak kekuasaan mereka masih dikenang sebagai bagian menarik dari sejarah dunia.