ilustrasi penangkapan (unsplash.com/Wesley Mc Lachlan)
Meskipun membantu memecahkan banyak kasus, ada beberapa contoh informasi yang semata-mata hanya untuk mendapatkan uang. Seperti yang terjadi pada tahun 2014 ketika seorang laki-laki ditangkap karena kejahatan yang tidak dilakukannya.
Seorang individu tak dikenal terekam dalam video CCTV sedang menyelinap ke ruang ganti laki-laki di sebuah resor dan fasilitas spa di California, ia mencuri sebuah jam tangan senilai 60.000 dolar AS atau setara Rp859 juta.
Seorang laki-laki bernama Aaron Calcagno ditangkap di depan anak-anaknya oleh pihak kepolisian, seperti yang dilansir San Diego Reader. Dia dianggap memiliki beberapa kesamaan dengan pelaku pencurian tersebut, seperti cambang dan rentang usianya, tetapi selain itu, tidak ada detail lain yang mengaitkannya dengan pencurian.
Setelah detektif memeriksa Calcagno, mereka tidak menemukan bukti bahwa dia adalah pelakunya. Calcagno mengatakan bahwa secara fisik dia tidak mirip dengan pencuri tersebut, apalagi kendaraan yang ia dan istrinya miliki tidak sama dengan yang digunakan perampok.
Usut punya usut, ternyata seorang informan menelepon hotline San Diego Crime Stoppers dan menyebut Calcagno sebagai laki-laki pencuri yang terekam dalam video CCTV. Aaron Calcagno kemudian mengajukan gugatan terhadap county dan detektif atas penangkapannya yang salah.
Wah, Crime Stoppers menjadi sebuah gagasan yang brilian di tengah maraknya aksi kejahatan, tetapi, pihak berwenang juga harus menyelidiki lebih mendalam terkait informasi yang mereka dapatkan, karena bisa saja salah seperti kasus di poin kelima tersebut.