Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Gila Tian Shan Argali, Tanduk Raksasa dari Kazakhstan

Ilustrasi tian shan argali si tanduk raksasa dari Kazakhstan (inaturalist.org/seasav)
Intinya sih...
  • Tian Shan Argali adalah domba gunung terbesar dengan tanduk seberat 20 kg, menjadikannya salah satu domba terbesar di dunia.
  • Argali hidup di Pegunungan Tian Shan pada ketinggian 2.500 hingga 4.000 mdpl, sangat adaptif dan jarang turun ke dataran rendah.
  • Argali adalah atlet gunung dengan kecepatan dan keseimbangan ekstrem, serta hidup sosial penuh strategi tapi terancam punah karena perburuan ilegal dan hilangnya habitat.

Tersembunyi di antara kabut dan bebatuan tajam Pegunungan Tian Shan, Kazakhstan—makhluk purba yang gagah dan langka ini bernama Tian Shan Argali. Domba gunung raksasa ini bukan hanya ikon satwa liar Asia Tengah, tapi juga simbol ketangguhan makhluk hidup di ketinggian ekstrem. Tak banyak yang tahu bahwa spesies ini memiliki tanduk spiral raksasa yang bisa membunuh lawan dalam sekali hantaman.

Dikenal sebagai salah satu subspesies domba liar terbesar di dunia, tian shan argali menyimpan banyak fakta mencengangkan. Dari tanduk seberat bayi manusia, sampai status konservasi yang memprihatinkan, hewan ini pantas masuk daftar “makhluk luar biasa yang terlupakan”. Yuk, kenali lebih dalam makhluk endemik Kazakhstan yang satu ini!

1. Domba gunung terbesar dengan tanduk seberat dua puluh kilogram

Ilustrasi domba gunung terbesar dengan tanduk seberat dua puluh kilogram (inaturalist.org/Narangerel Naranpurev)

Tian shan argali (Ovis ammon karelini) adalah raksasa di antara spesies domba liar. Jantan dewasa bisa memiliki berat hingga 200 kg dan tinggi bahu mencapai 120 cm, menjadikannya salah satu domba terbesar di dunia. Ukuran tubuhnya membuatnya tampak seperti hasil silang antara banteng dan kambing gunung—dikutip dari IUCN Newsletter of Biodiversity.

Yang paling mencolok dari Argali adalah tanduk spiralnya yang bisa tumbuh hingga 190 cm panjangnya. Tanduk tersebut tak hanya digunakan untuk bertarung memperebutkan betina, tapi juga menjadi ciri khas utama dalam perburuan trofi. Berat satu pasang tanduk bahkan bisa mencapai 22 kg atau setara berat bayi manusia—dilansir dari Jurnal Mammalian Species.

Tanduk itu tumbuh sepanjang hidup mereka dan bisa digunakan sebagai penanda umur, mirip cincin pohon. Namun, ironi terbesar adalah semakin megah tanduknya, semakin besar peluang ia diburu manusia.

2. Penghuni pegunungan surgawi, langka dan sulit dijangkau

Ilustrasi tian shan argali yang jadi penghuni pegunungan surgawi dan sulit dijangkau (inaturalist.org/Fábio Olmos)

Pegunungan Tian Shan berarti “Gunung Langit” dalam bahasa Mandarin, dan memang tempat ini seperti surga di langit bagi makhluk tangguh seperti argali. Mereka hidup di ketinggian 2.500 hingga 4.000 mdpl, menjelajahi lereng berbatu dan gurun es yang tidak bisa dijangkau kendaraan biasa. Hal ini dipublikasikan oleh IUCN Redlist pada tahun 2020.

Kondisi lingkungan yang ekstrem membuat tian shan argali sangat adaptif, yakni paru-parunya lebih besar dari domba biasa, dan darahnya lebih efisien dalam membawa oksigen—mirip dengan kemampuan atlet altitud tinggi. Mereka jarang turun ke dataran rendah kecuali saat musim kawin atau kelangkaan makanan. Hal ini diungkap dalam Jurnal Mammalian Species.

Namun, habitat alami mereka makin terfragmentasi karena pembangunan jalan, pariwisata liar, dan tambang yang menjalar hingga ke dataran tinggi. Kini, surga langit mereka perlahan berubah menjadi arena pertarungan bertahan hidup.

3. Atlet gunung dengan kecepatan dan keseimbangan ekstrem

Ilustrasi tian shan argali yang jadi atlet lari di pegunungan dengan keseimbangan ekstrem (inaturalist.org/Fábio Olmos)

Jangan tertipu tubuh besar mereka—tian shan argali adalah pelari ulung di tebing batu! Hewan ini mampu melompat dari satu batu ke batu lain, bahkan di lereng setajam 70 derajat. Kecepatan mereka saat menuruni lereng bisa mencapai 50 km/jam, jauh melampaui predator seperti serigala abu-abu.

Struktur kakinya yang fleksibel dan otot paha yang kuat membuat mereka menjadi semacam “parkour master” dari Asia Tengah. Bahkan laman digital Ralf’s Wildlife and Wildplaces pernah mencatat bahwa gerakan tian shan argali mirip dengan kambing dari Pegunungan Alpen, tetapi dengan tubuh dua kali lebih besar.

Mobilitas ekstrem ini juga menjadi kunci bertahan hidup mereka, karena predator, seperti lynx dan golden eagle mengintai dari balik batu dan langit. Di dunia yang keras ini, ketahanan dan kelincahan adalah segalanya.

4. Hidup sosial penuh strategi, dari kawanan hingga duel gladiator

Ilustrasi tian shan argali yang hidup penuh strategi dari kawanan hingga duel gladiator (inaturalist.org/attila21)

Dalam kesehariannya, Argali memiliki struktur sosial yang menarik. Berdasarkan korpus data dari IUCN Newsletter of Biodiversity, betina dan anak-anak Argali membentuk kawanan besar hingga 100 ekor, sementara jantan dewasanya cenderung menyendiri atau membentuk kelompok kecil yang disebut “bachelor herds”. Struktur ini membantu mereka untuk memaksimalkan perlindungan dan efisiensi pencarian makanan.

Musim kawin dimulai pada bulan Desember, saat suhu di Tian Shan bisa mencapai -30°C. Saat itu, jantan akan kembali ke kawanan betina dan mulai adu kekuatan. Pertarungan antartanduk bisa berlangsung hingga 30 menit dan menimbulkan suara dentuman keras yang terdengar sejauh ratusan meter.

Bahkan, hanya jantan paling dominan yang bisa mengawini betina. Jadi, tanduk bukan sekadar senjata, ia adalah lambang status sosial dan hak reproduksi.

5. Dihargai, diburu, dan terancam punah

Ilustrasi tian shan argali yang diburu dan terancam punah sejak lima tahun terakhir (inaturalist.org/vladimirblinov)

Ironi besar bagi tian shan argali adalah status mereka sebagai hewan yang diidamkan pemburu internasional. Tanduk besar dan tubuh megah membuat mereka masuk daftar hewan incaran dalam trofi berburu eksklusif di Kazakhstan dan Kirgistan. Beberapa izin legal memang dikeluarkan pemerintah dengan sistem kuota, tapi praktik perburuan ilegal masih terjadi di luar pantauan.

Menurut data IUCN Red List, tian shan argali dikategorikan sebagai “Near Threatened” sejak tahun 2020. Ancaman utama mereka bukan hanya perburuan, tapi juga hilangnya habitat akibat perubahan iklim, tambang, dan tekanan ekonomi terhadap warga lokal yang bergantung pada wilayah pegunungan.

Konservasi spesies ini membutuhkan pendekatan holistik: perlindungan hukum yang lebih ketat, pendidikan lingkungan bagi warga lokal, dan kerja sama internasional untuk mengurangi permintaan trofi dari kalangan elite global.

Tian shan argali adalah makhluk langka yang menyatukan keindahan, kekuatan, dan kerentanan. Mereka hidup di antara langit dan batu, tapi eksistensinya makin tergeser oleh manusia yang terlalu sibuk mengagumi tanduk tanpa memikirkan pemiliknya. Kita sering melupakan bahwa keindahan sejati bukan untuk diburu, tapi untuk dijaga bersama.

Kini saatnya kita berhenti hanya terpesona pada tampilan luar. Di balik spiral megah tanduk Argali, ada kisah tentang adaptasi, ketahanan, dan upaya bertahan hidup. Jika tak segera dilindungi, mungkin suatu hari nanti, tian shan argali hanya akan tinggal sebagai gambar di ensiklopedia atau hiasan dinding vila.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us