Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Inspiratif Ibn Battuta, Penjelajah Terbesar Abad Pertengahan

ilustrasi perjalanan Ibn Battuta (unsplash.com/Fabien Bazanegue)
ilustrasi perjalanan Ibn Battuta (unsplash.com/Fabien Bazanegue)

Dunia di abad ke-14 mungkin terasa jauh dari era modern. Namun, bagi seorang petualang seperti Ibn Battuta, batasan geografis bukanlah penghalang untuk melihat dunia. Berbekal keberanian dan rasa ingin tahu yang besar, ia mengarungi tiga benua, menempuh perjalanan yang bahkan melampaui jarak yang ditempuh Marco Polo.

Selama hampir 30 tahun, ia menjelajahi berbagai wilayah yang kini mencakup kurang lebih dari 44 negara modern, bertemu berbagai budaya, dan mencatat pengalamannya dalam karya yang kini menjadi salah satu dokumen perjalanan paling berharga dalam sejarah. Pada ulasan ini, terdapat lima fakta tentang Ibn Battuta yang harus diketahui.

1. Menempuh jarak 117,000 kilometer

ilustrasi perjalanan Ibn Battuta (unsplash.com/Juli Kosolapova)
ilustrasi perjalanan Ibn Battuta (unsplash.com/Juli Kosolapova)

Ibn Battuta melakukan perjalanan sejauh 120.000 kilometer di abad ke-14. Perjalanannya menjadikannya sebagai salah satu penjelajah terjauh di masanya. Selama perjalanan panjangnya, ia mengunjungi hampir seluruh wilayah dunia Islam, mulai dari Afrika Utara, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, hingga Tiongkok.

Keinginannya untuk terus melihat dunia membawanya ke berbagai peradaban yang berbeda. Meski banyak sejarawan mengagumi perjalanannya, beberapa mempertanyakan keakuratan catatannya. Beberapa tempat yang diklaim pernah dikunjungi mungkin hanya diceritakan berdasarkan laporan dari orang lain. Namun, hal ini tidak mengurangi nilai sejarah dari kisahnya.

2. Perjalanannya berlangsung selama hampir tiga puluh tahun

ilustrasi perjalanan Ibn Battuta menggunakan kapal (unsplash.com/Ricardo Díaz)
ilustrasi perjalanan Ibn Battuta menggunakan kapal (unsplash.com/Ricardo Díaz)

Melansir orias.berkeley.edu, perjalanan Ibn Battuta dimulai pada tahun 1325, ketika ia berusia sekitar 20 tahun. Selama hampir tiga dekade, ia mengelilingi dunia tanpa peta modern. Motivasi awalnya adalah menunaikan ibadah haji ke Mekkah, tetapi rasa penasarannya terhadap dunia membuatnya terus melanjutkan perjalanannya.

Ia menelusuri jalur perdagangan, bertemu dengan berbagai penguasa, dan menyaksikan berbagai kebudayaan yang berbeda. Selama perjalanannya, ia juga mendapatkan perlindungan dari sultan dan raja yang kagum dengan kisahnya. Persinggahannya memperkaya perspektif, menjadikannya sebagai tokoh sejarah dari abad pertengahan.

3. Catatan perjalanan (The Rihla) menjadi karya terpenting

Catatan sejarah karya Ibn Battuta (commons.wikimedia.org/Osama Shukir Muhammed Amin FRCP(Glasg))
Catatan sejarah karya Ibn Battuta (commons.wikimedia.org/Osama Shukir Muhammed Amin FRCP(Glasg))

The Rihla, catatan perjalanan Ibn Battuta, menjadi salah satu sumber sejarah terpenting dari dunia Islam abad ke-14. Ditulis berdasarkan pengalamannya, karya ini memberikan wawasan mendalam tentang kota-kota besar, ekonomi, budaya, dan kehidupan sosial pada masanya.

Saat kembali ke Maroko, ia diperintahkan oleh Sultan Abu Inan Faris untuk menuliskan seluruh kisahnya. Dibantu oleh seorang penulis bernama Ibn Juzayy, kisahnya disusun dalam bentuk buku yang mengikuti gaya penulisan khas perjalanan pada zamannya.

4. Tidak pernah menempuh jalanan mana pun untuk kedua kalinya

Peta perjalanan Ibn Battuta (commons.wikimedia.org/Michel Bakni)
Peta perjalanan Ibn Battuta (commons.wikimedia.org/Michel Bakni)

Ibn Battuta memiliki filosofi unik dalam menjelajah, melasir laman study.com, ia tidak pernah menempuh rute yang sama lebih dari sekali. Bahkan ketika melakukan empat kali ibadah haji ke Mekkah, ia selalu mencari jalur yang berbeda. Salah satu jalur yang ia tempuh adalah melalui Lembah Nil hingga ke Laut Merah, tetapi pada saat itu, terdapat pemberontakan yang memaksanya kembali ke jalur lain.

Ia juga mencoba rute melalui Suriah, melewati Yerusalem dan tempat-tempat suci lainnya. Selain menunjukkan rasa penasarannya yang besar, filosofi ini juga membantunya menjelajahi lebih banyak wilayah baru yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Dengan cara ini, perjalanannya menjadi lebih kaya pengalaman dan lebih luas jangkauannya.

5. Menjabat sebagai hakin di Kepulauan Maladewa

ilustrasi Ibn Battuta (wikipedia.org/Imre Solt)
ilustrasi Ibn Battuta (wikipedia.org/Imre Solt)

Di tengah perjalanannya, Ibn Battuta sempat menetap di Kepulauan Maladewa dan diangkat sebagai kadi (hakim). Pada masa itu, Maladewa baru saja beralih dari agama Buddha ke Islam dan membutuhkan seorang pemimpin hukum yang memahami ajaran Islam. Karena pengetahuannya yang luas, ia dipercaya untuk mengemban tugas ini.

Namun, masa jabatannya tidak berlangsung lama. Ia merasa tidak cocok dengan beberapa adat istiadat setempat. Ketidaksetujuannya terhadap budaya lokal akhirnya menimbulkan ketegangan dengan para penguasa, hingga ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke tempat lain.

Ibn Battuta menjadi seorang penjelajah dan juga pencatat sejarah yang luar biasa. Perjalanannya dan catatan perjalanannya memberikan wawasan tentang dunia abad ke-14. Warisannya melalui The Rihla, hingga kini menjadi salah satu catatan perjalanan paling berharga dalam sejarah Islam dan dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zaffy Febryan
EditorZaffy Febryan
Follow Us