5 Fakta Kucing Harimau Selatan, Bisa Meludah saat Terancam!

Kalau hanya mendengar nama mereka saja, mungkin banyak dari kita yang berpikir kalau kucing harimau selatan (Leopardus guttulus) merupakan kerabat dekat dari harimau (Panthera tigris). Sayangnya, kedua jenis kucing liar ini berbeda subfamili, dimana kucing harimau selatan masuk dalam subfamili Felinae, sedangkan harimau ada pada subfamili Pantherinae. Selain itu, ketimbang mirip harimau, penampilan kucing harimau selatan ini lebih condong seperti macan tutul atau jaguar berukuran mini.
Rambut dari kucing liar ini didominasi warna kuning dengan bintik hitam besar yang terlihat seperti motif mawar, layaknya macan tutul atau jaguar. Panjang tubuh kucing harimau selatan mirip seperti kucing domestik, yakni sekitar 38—59 cm dengan bobot antara 1,9—2,4 kg. Oh iya, ekor dari kucing liar ini termasuk cukup pendek dibandingkan dengan kerabat lain di sekitar peta persebaran mereka.
Berbicara soal kerabat, dulunya kucing ini dimasukkan dalam kategori subspesies kucing liar lain bernama oncilla (Leopardus tigrinus). Namun, setelah penelusuran lebih lanjut, ternyata kucing harimau selatan tidak sama dengan oncilla sehingga mereka kemudian dikategorikan sebagai spesies yang terpisah. Secara kekerabatan, sebenarnya kucing geoffroy (Leopardus geoffroyi) lebih dekat dengan kucing ini ketimbang oncilla.
Selain fakta soal taksonomi kucing harimau selatan, ada beberapa hal menarik lain yang dimiliki oleh sosok lucu ini. Salah satu di antaranya berhubungan dengan konflik antara kucing harimau selatan dengan spesies kucing liar lain di habitat alami mereka. Penasaran dengan ulasan lengkapnya? Yuk, langsung simak lima poin di bawah ini!
1. Peta persebaran dan habitat
Meski menyandang nama harimau, sebenarnya peta persebaran kucing harimau selatan sama sekali tidak bersinggungan dengan kucing besar itu. Mereka berada di sekitaran Amerika Selatan, tepatnya di Brazil, Paraguay, dan Argentina. Dilansir Wild Cat Conservation, kucing harimau selatan menyukai kawasan dataran rendah dan dataran tinggi, tetapi umumnya tidak lebih dari ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.
Habitat alami bagi kucing imut ini berada di sekitaran hutan hujan tropis, termasuk hutan hujan Amazon. Pada kasus yang langka, beberapa individu sanggup hidup di sekitaran sabana, rawa, hingga tepi pantai. Di kawasan dekat dengan pemukiman manusia, terkadang kucing harimau selatan dapat masuk ke area pertanian karena di sana dapat memberi mereka berbagai jenis mangsa dalam jumlah yang besar.
Serupa dengan mayoritas spesies kucing liar lain, kucing harimau selatan merupakan hewan soliter. Maka dari itu, diluar musim kawin dan masa menjaga anak, mereka hanya akan terlihat berkeliling sendirian. Selain itu, kucing ini termasuk hewan nokturnal pada kebanyakan waktu, tetapi terkadang tetap bisa beraktivitas pada siang hari jika sedang berada dalam kondisi mendesak.
2. Makanan favorit dan cara berburu
Tentunya, kucing harimau selatan temasuk spesies karnivor sejati, tetapi bukan predator puncak di habitat mereka. Sumber makanan mereka cukup bervariasi, mengingat habitat mereka yang memiliki keanekaragaman hayati sangat besar. Mangsa pilihan kucing ini mulai dari berbagai jenis pengerat, mamalia berukuran kecil, kadal, burung, dan hewan lain dengan bobot antara 100—1.000 gram saja.
Dilansir Critter Science, kucing harimau selatan termasuk pemanjat pohon yang baik. Kemampuan ini tak jarang mereka gunakan untuk menyergap calon mangsa yang lengah dari atas. Akan tetapi, sebenarnya kucing ini lebih banyak beraktivitas di atas tanah sehingga metode berburu lain yang mereka terapkan berkaitan dengan mengendap-endap, berbaur dengan lingkungan, dan menerjang calon mangsa dengan cepat saat jarak antara keduanya sudah sangat dekat.
3. Punya mekanisme pertahanan diri yang unik
Kucing harimau selatan ternyata memiliki relasi yang unik dengan sosok kucing liar di sekitar peta persebaran mereka yang bernama oselot (Leopardus pardalis). Pada lokasi yang memiliki populasi oselot dalam jumlah besar, biasanya kucing harimau selatan akan absen atau hanya bisa ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Animalia melansir kalau fenomena ini umum terjadi pada spesies kucing liar yang berukuran kecil di Amerika Selatan dan dinamakan "ocelot effect".
Alasan mengapa kucing harimau selatan absen di wilayah yang banyak terdapat oselot disebabkan karena mereka dapat menjadi target buruan bagi oselot yang berukuran lebih besar. Kucing harimau selatan sebisa mungkin akan menghindari oselot jika mendeteksi keberadaan mereka, baik pada siang maupun malam hari. Di sisi lain, wilayah dengan populasi oselot yang sedikit malah membuat populasi kucing harimau selatan jadi lebih besar karena kesempatan memperoleh tempat berlindung dan makanan yang lebih tinggi.
Jika pada satu waktu mereka diserang oselot ataupun predator lain dan tidak bisa lari, kucing harimau selatan memiliki beberapa mekanisme pertahanan. Mereka dapat mengembangkan rambut mereka sambing mengangkat punggung sehingga terlihat lebih besar dari si penyerang. Kalau itu belum cukup, kucing harimau selatan akan menunjukkan gigi taring mereka, mendesis keras hingga terdengar seperti siulan, dan dapat meludah ke arah penyerang agar perhatiannya teralihkan.
4. Sistem reproduksi
Musim kawin bagi kucing harimau selatan bisa berlangsung kapanpun, selama betina tidak sedang hamil ataupun merawat anak. Tidak banyak informasi yang kita ketahui tentang ritual perkawinan kucing ini mengingat mereka tinggal di dalam hutan dengan vegetasi rapat dan sangat sulit diobservasi. Yang jelas, usai kawin dan pembuahan berhasil, betina akan mengandung selama 75—78 hari saja.
Dilansir Wild Cat Conservation, kucing harimau selatan umumnya melahirkan sekitar 1—3 ekor anak dalam satu perkawinan. Anak kucing ini terlahir buta dan tuli setidaknya selama 8—17 hari pertama mereka. Si induk akan menyusui anak-anak selama 2—3 bulan saja sebelum mengajari mereka cara berburu. Anak kucing harimau selatan baru dapat hidup mandiri saat berusia 11 bulan.
Sementara itu, untuk mencapai usia kematangan seksual, kucing liar ini butuh waktu selama 2—2,5 tahun. Waktu tersebut terbilang cukup panjang untuk kucing seukuran mereka. Akan tetapi, kucing harimau selatan terbilang bisa berumur panjang karena rata-rata usia mereka sektiar 15—21 tahun di alam liar.
5. Status konservasi
Status konservasi kucing harimau selatan sayangnya sedang ada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. IUCN Red List memasukkan kucing liar ini dalam kategori rentan (Vulnerable) dengan tren populasi yang terus menurun tiap tahunnya. Disebutkan kalau saat ini hanya ada sekitar 6000-an individu kucing harimau selatan yang masih tersisa di Amerika Selatan.
Adapun, alasan terbesar menurunnya populasi kucing liar ini disebabkan oleh penggundulan hutan secara masif di sekitar peta persebaran mereka, dilansir Animalia. Selain itu, kucing harimau selatan juga harus menghadapi perburuan liar demi bulu mereka atau dianggap hama bagi hewan ternak, persaingan dengan kucing liar lain dan predator yang diperkenalkan manusia, hingga tertabrak kendaraan. Tak jarang pula kucing ini teracuni oleh racun pengerat yang dipakai manusia yang sebenarnya diperuntukkan untuk meracuni hewan-hewan pengerat yang jadi mangsa potensial kucing ini.
Mayoritas negara yang jadi rumah bagi kucing harimau selatan sebenarnya sudah memberikan perlindungan bagi spesies ini dengan melarang perburuan terhadap mereka. Akan tetapi, jika masalah deforestasi dan perburuan liar ini tidak dapat di atasi, bisa saja status kucing liar ini akan bergerak turun menuju terancam punah. Semoga saja ada keseriusan dari berbagai pihak untuk menjaga keanekaragaman hayati yang ada di hutan hujan Amazon, termasuk si kucing harimau selatan ini, ya!