Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gurun Kalahari (commons.wikimedia.org/South African Tourism)

Intinya sih...

  • Gurun Kalahari terbentang di Afrika bagian selatan, memiliki suhu ekstrem dan Taman Nasional Central Kalahari Game Reserve.
  • Kalahari dulunya adalah Danau Makgadikgadi yang kini menjadi garam terbesar di dunia, dengan situs arkeologi penting dan jejak kaki manusia berusia 120.000 tahun.
  • Suku San, atau Bushmen, tinggal di Kalahari selama lebih dari 20.000 tahun, dikenal sebagai komunitas pemburu-pengumpul tertua di dunia dengan kehidupan tradisional yang terancam oleh modernisasi.

Gurun Kalahari membentang di Afrika bagian selatan, mencakup sebagian besar negara Botswana, serta wilayah Namibia dan Afrika Selatan. Memiliki luas sekitar 930.000 km², Kalahari menjadi salah satu daerah kering terbesar di Benua Afrika. Suhunya bisa sangat ekstrem: pada musim panas, siang hari bisa mencapai 40°C atau lebih, sementara malam hari di musim dingin sering turun hingga mendekati titik beku.  

Di Gurun Kalahari terdapat Taman Nasional Central Kalahari Game Reserve. Luasnya kurang lebih 52.000 km², menjadikan taman nasional ini termasuk yang terbesar di dunia. Gurun ini juga menjadi rumah bagi singa Kalahari yang terkenal, anjing liar Afrika, jerapah, dan ratusan spesies burung hidup bebas. Lebih lanjut, simak lima fakta menarik seputar Gurun Kalahari berikut.

1. Memiliki pasir berwarna merah

Gurun Kalahari (flickr.com/South African Tourism)

Ciri khas Gurun Kalahari adalah bukit pasir merah yang memesona, terutama saat matahari terbit atau terbenam. Warna merah ini berasal dari kandungan oksida besi (hematit) yang tinggi dalam pasirnya. Menurut penelitian Journal Ore Geology Reviews, lapisan oksida besi ini terbentuk melalui proses pelapukan batuan selama jutaan tahun. 

Uniknya, pasir Kalahari lebih stabil dibanding gurun lain karena adanya vegetasi yang tumbuh di antara bukitnya. Fenomena ini menciptakan lanskap “gurun hidup” yang terus berubah, namun tetap mempertahankan keindahannya yang ikonik. 

2. Bekas danau purba

Gurun Kalahari (flickr.com/EvaUppsala)

Sebelum menjadi gurun, Kalahari adalah dasar Danau Makgadikgadi, danau purba yang mengering sekitar 10.000 tahun lalu akibat perubahan iklim. Dilansir dari The Great Warm Deserts of the World, danau ini diperkirakan pernah seluas 120.000 km²—hampir sebesar negara Yunani. 

Kini, bekas danau ini menjadi hamparan garam (salt pan) terbesar di dunia, yaitu Makgadikgadi Pan. Area ini menjadi situs arkeologi penting, di mana fosil hewan purba seperti kuda nil raksasa dan kerangka ikan purba ditemukan. Pada 2020, tim peneliti dari University of Cape Town bahkan menemukan jejak kaki manusia berusia 120.000 tahun di sekitar wilayah ini. 

3. Rumah bagi Suku San

Suku San di Gurun Kalahari (commons.wikimedia.org/South African Tourism)

Suku San, atau Bushmen, telah tinggal di Kalahari selama lebih dari 20.000 tahun, menjadikan mereka salah satu komunitas pemburu-pengumpul tertua di dunia. Mereka dikenal dengan kemampuan berburu menggunakan busur dan anak panah beracun, serta pengetahuan mendalam tentang 500 jenis tumbuhan obat. 

Dilansir dari National Geographic News, Suku San menggunakan getah racun dari kumbang Diamphidia untuk melumpuhkan mangsa. Mereka juga menciptakan seni cadas (rock art) yang menggambarkan kehidupan prasejarah, beberapa di antaranya masih bisa dilihat di Bukit Tsodilo, Botswana—situs warisan UNESCO. Sayangnya, ekspansi pertanian dan kebijakan pemerintah mengancam keberlanjutan gaya hidup tradisional mereka. 

4. Curah hujan lebih tinggi dari gurun lain

Pohon akasia di Gurun Kalahari (needpix.com/holmespj)

Meski berlabel “gurun”, Kalahari menerima curah hujan 200-500 mm per tahun—cukup untuk menumbuhkan sabana berumput, semak berduri, dan pohon akasia seperti camel thorn (Acacia erioloba). Pohon ini menjadi sumber makanan utama bagi hewan seperti jerapah.

Dilansir dari Kalahari Desert Plants, akar camel thorn bisa menembus hingga 40 meter untuk mencari air. Di musim hujan, bagian utara Kalahari bahkan hijau dengan padang rumput yang menarik migrasi zebra dan wildebeest. Fenomena ini menunjukkan betapa dinamisnya ekosistem semi-gurun ini. 

5. Asal nama dari Bahasa Tswana

Jerapah di Gurun Kalahari (pexels.com/Saumik Samanta)

Dilansir dari The Kalahari Basin, nama Kalahari berasal dari kata Kgala dalam bahasa Tswana yang berarti "haus yang besar", atau Kgalagadi, yang berarti "tempat tanpa air". Julukan ini sangat sesuai karena gurun ini hampir tak memiliki sumber air permukaan permanen. Kekeringan Kalahari justru membentuk keanekaragaman adaptasi ekosistem, mulai dari hewan nokturnal hingga tumbuhan berakar dalam.

Gurun Kalahari bukan sekadar hamparan pasir tandus. Kalahari membuktikan bahwa gurun bisa menjadi tempat penuh kehidupan. Ketahanan ekosistemnya menjadikan Kalahari laboratorium alami bagi ilmuwan dan surga bagi petualang. Namun, ancaman perubahan iklim dan modernisasi mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian dan modernisasi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team