5 Fakta Menarik Mata Uang yang Dipakai di Zaman Batu

Pernah kepikiran, gimana orang-orang zaman dulu berdagang sebelum ada uang logam atau kertas? Ternyata, sistem ekonomi sudah berjalan sejak ribuan tahun lalu, bahkan saat belum ada yang namanya mata uang resmi. Zaman Batu bukan tentang kapak dan gua, tapi juga soal bagaimana manusia purba saling tukar barang demi bertahan hidup.
Menariknya, sistem pertukaran mereka ternyata punya pola dan nilai tertentu. Mulai dari barter, penggunaan obsidian, sampai kerang cowrie yang cantik dan eksotis, semuanya memiliki peran penting dalam proses perdagangan zaman itu. Yuk, kita bahas lebih lanjut lima fakta menarik soal mata uang yang dipakai di Zaman Batu!
1. Menggunakan sistem barter

Pada masa Zaman Batu, sebelum manusia menemukan dan menggunakan uang resmi, sistem barter menjadi metode utama dalam pertukaran barang. Lewat sistem ini, seseorang bisa mendapatkan barang yang dibutuhkannya dengan menukarnya secara langsung dengan barang yang dimilikinya.
Meskipun menjadi metode utama, sistem ini punya satu tantangan besar. Melansir laman mailchimp, barter memerlukan kebetulan ganda dari keinginan, yang berarti kedua belah pihak harus memiliki sesuatu yang diinginkan pihak lain. Misalnya, seseorang yang punya buah harus menemukan orang yang butuh buah dan kebetulan punya alat batu yang ia butuhkan.
2. Perdagangan obsidian

Obsidian, yaitu batu vulkanik berwarna hitam yang sangat tajam ketika dipahat, menjadi salah satu komoditas paling berharga di Zaman Batu. Batu ini digunakan untuk membuat alat-alat penting seperti pisau, panah, dan senjata berburu lainnya. Karena hanya bisa ditemukan di daerah vulkanik, obsidian jadi barang eksklusif yang diperdagangkan lintas wilayah.
Menariknya, menurut glidewelldental, obsidian ditemukan di tempat-tempat yang jauh dari sumbernya, mendefinisikan bahwa obsidian sebagai komoditas yang berharga. Bahkan, alat dan senjata yang dibuat dari obsidian menjadi aset yang sangat berharga. Obsidian menunjukkan bahwa nilai sebuah barang dipengaruhi oleh kelangkaan dan mobilitas sosial.
3. Penggunaan kerang cowrie

Cangkang kerang cowrie memang belum bisa dipastikan dipakai sejak awal Zaman Batu di semua tempat, Melansir laman citeco, jejak tertua penggunaannya sebagai mata uang dapat ditemukan pada benda-benda perunggu yang digali di Tiongkok, yang berasal dari abad ke-13 SM. Kerang ini memiliki daya tarik karena ketahanannya serta mudah dikenali.
Dalam beberapa budaya, kerang cowrie bahkan dianggap sebagai simbol kekayaan, kesuburan, dan status sosial. Karena nilai simboliknya yang tinggi, kerang cowrie dipertukarkan sebagai barang berharga dalam jaringan perdagangan sederhana. Dua varietas utamanya yang paling sering digunakan adalah cypreae moneta dan cypraea annulus.
4. Komoditas sebagai mata uang

Sebelum manusia menemukan uang logam atau kertas, berbagai komoditas digunakan sebagai alat tukar. Barang-barang yang sering dijadikan alat tukar biasanya adalah benda yang punya nilai intrinsik dan bermanfaat secara luas. Contohnya seperti biji-bijian, kulit binatang, alat-alat batu, ternak, hingga benda simbolik seperti manik-manik atau cangkang.
Barang-barang tersebut memiliki dua keunggulan, yaitu dibutuhkan oleh banyak orang dan bisa digunakan kembali. Karena itu, mereka berfungsi sebagai mata uang alami dalam sistem barter. Nilai suatu barang sangat tergantung pada kegunaan dan kelangkaannya di suatu wilayah atau komunitas.
5. Adanya status sosial dalam perdagangan

Di Zaman Batu, perdagangan ternyata tidak hanya tentang tukar barang, tapi juga menyangkut status sosial. Barang-barang tertentu yang langka dan indah, seperti giok atau kerang, sering kali dianggap sebagai simbol kekuasaan atau kehormatan. Orang-orang yang punya akses ke barang-barang langka ini biasanya juga punya status lebih tinggi dalam kelompoknya.
Bahkan, kontrol atas distribusi barang-barang ini bisa memperkuat posisi sosial seseorang atau kelompok. Dalam beberapa temuan arkeologis, ada kuburan mewah yang berisi benda-benda mewah seperti ini, menandakan pentingnya simbol sosial dalam perdagangan. Jadi, sistem ekonomi zaman dulu sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketimpangan sosial.
Walaupun zaman berubah dan bentuk uang berkembang, kebutuhan manusia untuk saling tukar barang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Zaman Batu mungkin belum mengenal koin atau rekening bank, tapi sistem ekonomi mereka cukup canggih untuk ukuran zamannya.