5 Fakta Menarik Parson’s Chameleon, Matanya seperti Teleskop Galileo

Parson’s chameleon atau bunglon parson adalah salah satu bunglon paling mengagumkan di dunia. Mereka dikenal sebagai spesies bunglon terbesar di dunia yang berasal dari Madagaskar. Bunglon ini memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan spesies bunglon lainnya. Selain tubuhnya yang besar, mereka juga dikenal berumur panjang. Kelebihannya juga terletak pada perubahan warna tubuhnya yang digunakan sebagai komunikasi dan penglihatannya yang tajam. Mereka juga dikenal memiliki siklus reproduksi yang panjang. Yuk, simak ulasan lengkapnya tentang fakta parson’s chameleon di bawah ini.
1.Bunglon terbesar di dunia

Parson’s chameleon dengan nama latin Calumma parsonii adalah spesies bunglon dalam keluarga Chamaeleonidae yang endemik di Madagaskar timur dan utara. Mereka ditemukan dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.195 meter atau 3.920 kaki di atas permukaan laut. Mereka menghuni hutan primer yang lembab, tapi juga bisa hidup di habitat yang terganggu dengan pepohonan.
Dilansir Animalia Diversity, parson’s chameleon adalah spesies bunglon terbesar dari semua bunglon yang masih ada. Panjang totalnya lebih dari 60 cm saat dewasa, dengan ukuran moncong ventilasi rata-rata 20-30 cm. Beratnya bisa mencapai 700 gram saat dewasa. Penampilannya menyerupai pinokio karena pelengkap hidungnya lebih besar. Hidungnya yang mencolok membuat mereka mudah dikenali sebagai spesies. Jantan memiliki hidung bercabang atau dalam kasus sangat jarang, sepasang hidung. Warna tubuh jantan juga lebih cerah atau lebih mencolok daripada betina.
2.Berumur panjang

Dilansir Inaturalist, parson chameleon adalah salah satu bunglon yang berumur paling panjang. Bunglon jantan liar diketahui dapat mencapai umur setidaknya 9 tahun. Sedangkan bunglon betina setidaknya bisa mencapai usia 8 tahun. Diperkirakan usianya di alam liar adalah 10 hingga 12 tahun. Di penangkaran tercatat ada yang berusia 14 tahun, yang lebih tua daripada yang dikonfirmasi bunglon lainnya. Ada kemungkinan beberapa parson’s chameleon bisa mencapai umur hingga 20 tahun.
3.Siklus reproduksi yang panjang

Proses perkawinan parson’s chameleon bersifat poligami. Di mana satu jantan bisa kawin dengan lebih dari satu betina selama musim kawin. Musim kawin terjadi di antara bulan Mei dan Oktober. Parson’s chameleon memiliki siklus reproduksi yang terhitung panjang. Dilansir Animalia Bio, di penangkaran, betina bisa bertelur hingga 50 butir per kelompok dan telur-telur tersebut bisa menetas dalam waktu hingga dua tahun. Contohnya seekor bunglon muda yang sehat menetas setelah 781 hari.
Siklus reproduksi betina memungkinkan hanya bertelur hanya sekali setiap dua tahun. Betina akan menggali sarang untuk meletakkan telur dan menguburnya. Kemudian meninggalkan telurnya dan tidak akan kembali. Anak-anak mereka menjadi mandiri setelah mereka menggali diri mereka sendiri keluar dari sarang bawah tanah. Orang tua tidak memberikan perhatian apa pun kepada anak-anak mereka. Kematangan reproduksi umumnya tercapai pada usia 3 tahun.
4.Perubahan warna kulit untuk komunikasi

Sama halnya dengan bunglon lainnya, parson’s chamaleon memiliki ciri khas dapat mengubah warna kulitnya. Bunglon ini memiliki sel-sel kulit yang memiliki dua pigmen dengan dua warna yang berbeda. Perubahan warna ini merupakan cara bunglon untuk mengkomunikasikan suasana hati dan perasaan, serta suhu tubuhnya. Perubahan warna atau kamuflase juga dilakukan selama masa kawin.
Parson’s chamaleon betina akan mengubah warna kulitnya untuk membuktikan pada jantan bahwa mereka cukup dewasa untuk kawin. Parson’s chameleon jantan akan menjaga dan membela bunglon betina selama masa kawin. Dengan cara mengikuti bunglon betina ke mana pun ia pergi. Begitu bunglon jantan menemukan pasangannya, semua bunglon jantan lainnya dianggap sebagai penyusup.
5.Matanya seperti teleskop Galileo

Parson’s chameleon memiliki mata yang sangat mencolok karena warna jingga cerahnya, kontras dengan warna kulitnya yang hijau. Kedua matanya sangat berbeda, karena kelopak mata bawah dan atas mereka menyatu. Hal ini memperkecil area yang disinari oleh pupil. Matanya memiliki fokus pada dua objek yang berbeda secara bersamaan. Selain itu, memiliki bidang penglihatan yang mencakup seluruh 360 derajat seperti teleskop.
Tidak seperti kebanyakan spesies yang menggunakan lensa kristal plus, bunglon ini menggunakan lensa kristal minus. Dalam hal ini, cahaya menyimpang dari fokus yang tepat. Umumnya hewan memiliki lensa plus yang mengubah sinar cahaya menjadi gambar yang terfokus. Namun, pada spesies ini penyatuan lensa kornea mereka yang berdaya luar biasa dengan lensa minus yang divergen menciptakan semacam teleskop Galileo.
Parson’s chameleon termasuk salah satu bunglon paling unik di dunia dengan ukurannya yang besar, berumur panjang, dan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Setiap aspeknya menunjukkan betapa istimewanya mereka di alam liar. Sayangnya, hilangnya habitat mengancam keberadaan mereka. Saat ini mereka diklasifikasikan sebagai Near Threatened (NT) atau hampir terancam dalam Daftar Merah IUCN. Duh, sayang sekali, ya.