Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Nematoda Purba Siberia, Hidup Lagi setelah 46.000 Tahun Mati

potret Panagrolaimus kolymaensis betina, hasil pemindaian mikroskop elektron (Wikimedia.commons.org/Anastasia Shatilovich_
Intinya sih...
  • Usia yang Menakjubkan – 46.000 Tahun
    Makhluk nematoda terawetkan dalam lapisan tanah permafrost Siberia selama ribuan tahun, menimbulkan pertanyaan seberapa lama kehidupan bisa 'dibekukan' dan tetap bertahan hidup.
  • Merupakan spesies baru dari nematoda
    Nematoda Panagrolaimus kolymaensis adalah spesies baru yang berbeda dari cacing mikroskopis lainnya, membuktikan bahwa bumi masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap.
  • Memiliki kemampuan kriptobiosis ekstrem
    Nematoda ini mampu bertahan hidup hingga ribuan tahun dengan kemampuan

Siapa sangka, di balik lapisan es abadi Siberia, tersembunyi makhluk tak kasat mata—tenang, ini bukan hantu, kok! Melainkan hewan mikroskopis yang hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop. Lebih menakjubkannya lagi, setelah 'tertidur' selama ribuan tahun dalam kondisi mirip mati suri, spesies baru nematoda yang diberi nama Panagrolaimus kolymaensis berhasil ditemukan dan dihidupkan kembali dari 'kematian sementara' oleh para ilmuwan. Mulai dari mati suri ribuan tahun hingga kemampuannya bertahan dalam kondisi ekstrem, Panagrolaimus kolymaensis terdengar seperti makhluk dari cerita fiksi. Tapi ini bukan dongeng—semuanya nyata dan bisa dijelaskan secara ilmiah. Merangkum berbagai sumber, yuk kita telusuri bersama misteri makhluk purba yang luar biasa ini.

1. Usia yang Menakjubkan – 46.000 Tahun

ilustrasi ilmuwan melakukan penggalian di lapisan tanah beku (Wikimedia.commons.org/ Matti&Keti; Lorenz.King at Giessen.university)

Melansir laman Scientific American, para peneliti menemukan seekor nematoda dari genus Panagrolaimus terawetkan dalam lapisan tanah yang membeku (permafrost) Siberia selama ribuan tahun, tepatnya 46.000 tahun. Perkiraan usia ini diperoleh melalui metode penanggalan karbon terhadap sisa-sisa tanaman di sekitar lokasi penemuan. Artinya, nematoda tersebut telah hidup sejak masa ketika mamut masih berkeliaran di muka Bumi.

Fakta luar biasa ini menunjukkan bahwa makhluk hidup yang sangat kecil bisa 'tidur' selama waktu yang sangat lama, lalu bangun kembali dan hidup seperti biasa. Penemuan ini bukan cuma membuktikan betapa hebatnya ketahanan makhluk mikroskopis, tapi juga menimbulkan pertanyaan besar: sebenarnya, seberapa lama kehidupan bisa 'dibekukan' dan tetap bertahan hidup?

2. Merupakan spesies baru dari nematoda

potret Panagrolaimus kolymaensis betina, hasil pemindaian mikroskop elektron (Wikimedia.commons.org/Anastasia Shatilovich_

Berdasarkan laporan dari journals.plos.org, setelah diteliti secara genetik dan morfologis (bentuk tubuh), para ilmuwan menyimpulkan bahwa nematoda ini merupakan spesies yang benar-benar baru. Mereka menamainya Panagrolaimus kolymaensis, diambil dari nama daerah tempat ditemukannya, yaitu Kolyma di Siberia. Yang menarik, spesies ini cukup berbeda dari cacing mikroskopis lainnya yang sudah pernah dipelajari oleh ilmuwan.

Penemuan Panagrolaimus kolymaensis menjadi bukti nyata bahwa bumi masih menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap—bahkan dari balik lapisan es yang membeku selama ribuan tahun. Makhluk mikroskopis ini adalah contoh luar biasa tentang bagaimana kehidupan bisa berevolusi, beradaptasi, dan bertahan sejak zaman purba hingga kini.

3. Memiliki kemampuan kriptobiosis ekstrem

ilustrasi kriptobiosis, kemampuan menghentikan kehidupan

Panagrolaimus kolymaensis mampu bertahan hidup hingga ribuan tahun berkat kemampuannya menjalani kriptobiosis. Melansir laman EurekAlert, nematoda ini dapat memasuki kondisi ekstrem di mana seluruh aktivitas metabolisme tubuh dihentikan total. Keadaan ini menyerupai mati suri karena tidak ada tanda-tanda kehidupan yang aktif. Metabolisme turun hingga hampir nol atau bahkan tak terdeteksi.

Dalam kondisi kriptobiosis, tidak terjadi pertumbuhan, reproduksi, respirasi, atau aktivitas seluler lainnya. Tubuh nematoda dapat mengering dan membeku tanpa mengalami kerusakan sel. Keadaan ini seperti menekan tombol “pause” dalam kehidupan biologis—mereka benar-benar berhenti hidup untuk sementara waktu, lalu dapat kembali aktif setelah ribuan tahun.

4. Adaptasi Genetik Melalui Parthenogenesis

ilustrasi ragam jumlah set kromosom (Wikimedia.commons.org/Ehamberg)

Makhluk hidup melakukan proses reproduksi untuk menjaga kelangsungan hidup spesiesnya agar tidak punah. Pada umumnya, nematoda — termasuk Panagrolaimus kolymaensis — memiliki kemampuan untuk bereproduksi melalui partenogenesis, yaitu bentuk reproduksi aseksual yang tidak melibatkan pembuahan sel telur oleh sperma. Artinya, individu baru dapat terbentuk tanpa adanya perkawinan atau keterlibatan dua individu, sehingga memungkinkan spesies ini tetap bertahan meskipun dalam kondisi lingkungan yang ekstrem.

Selain itu, Panagrolaimus kolymaensis memiliki genom triploid—tiga set kromosom—yang merupakan hal langka dalam dunia nematoda. Struktur genetik yang unik ini memungkinkan variasi genetik yang cukup untuk bertahan dalam kondisi sulit. Kombinasi kemampuan kriptobiosis, partenogenesis, dan genom triploid menjadikan makhluk ini sangat tangguh menghadapi tekanan lingkungan ekstrem serta mampu bertahan dari kepunahan, seperti dilaporkan dalam laman Scientific American.

5. Potensi Kehidupan Geologis

Ilustrasi Zaman Es, masa saat Panagrolaimus kolymaensis mulai membeku (Pixabay.com/JuliusH)

Melansir laman Smithsonian Magazine, setelah "bangkit dari kematian" puluhan ribu tahun yang lalu, nematoda ini tidak hanya bisa bergerak, tetapi juga mampu berkembang biak hingga ratusan generasi. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan ternyata bisa saja tidak benar-benar berakhir—hanya tertunda selama ribuan tahun, lalu berlanjut lagi seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan menarik: jika kehidupan bisa “ditunda” begitu lama di Bumi, mungkinkah hal serupa juga terjadi di tempat lain, seperti di Mars atau di bulan es—satelit alami milik Jupiter? Jika cacing dari zaman es bisa hidup kembali di abad ke-21, bukan tidak mungkin ada bentuk kehidupan lain yang juga sedang “tidur panjang” dan menunggu waktu yang tepat untuk bangkit di berbagai lokasi ekstrem di alam semesta.

Pada akhirnya, penemuan besar dari makhluk mikroskopis ini menyimpan dua sisi: ancaman dan harapan. Mencairnya es abadi dapat membangkitkan mikroorganisme purba yang berpotensi membahayakan manusia karena belum dikenali oleh sistem imun kita. Namun, kemampuan kriptobiosis justru membuka peluang besar dalam dunia medis dan konservasi—mulai dari penyimpanan organ, pelestarian spesies, hingga mendukung misi luar angkasa. Temuan ini mengingatkan kita bahwa masa lalu bukan hanya menyimpan risiko, tetapi juga jawaban bagi masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us