5 Fakta Pelikan Peru, Koloninya Suka Berbaur dengan Burung Lain
Burung pelikan atau undan (genus Pelecanus) merupakan keluarga burung penerbang dengan rata-rata ukuran spesiesnya yang relatif besar. Selain bisa terbang, ciri khas lain dari keluarga burung ini adalah kebiasaan mereka untuk tinggal di dekat sumber air dan mampu berenang maupun menyelam dengan baik. Dari ciri fisik, kedelapan spesies pelikan yang ada di dunia saat ini punya satu kesamaan, yakni ada bagian bulu yang berwarna putih. Namun, ada satu spesies pelikan yang warna bulu putih mereka tidak sedominan kerabat yang lain. Nama mereka adalah pelikan peru (Pelecanus thagus).
Sebab, warna bulu utama dari pelikan ini adalah cokelat tua dengan sedikit garis putih di sekujur tubuh mereka. Warna putih pada pelikan peru paling terlihat di area leher dan kepala. Sementara itu, bagian paruh burung ini punya perpaduan warna kuning pucat, jingga, dan biru pada bagian kantung gular. Layaknya spesies pelikan lain, burung ini memiliki kaki berselaput yang mirip seperti kaki bebek.
Di antara spesies pelikan lain, ukuran pelikan peru terbilang cukup besar. Panjang tubuh mereka sekitar 137—152 cm, bobot 5—7 kg, serta rentang sayap 228 cm. Keunikan pelikan peru pastinya tak hanya sebatas ciri fisik. Ada sederet fakta lain dari pelikan peru yang menunggu untuk kita ungkap bersama. Maka dari itu, yuk, kita kenalan dengan burung yang satu ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Dilansir Animalia, pelikan peru tinggal di wilayah Amerika Selatan. Sesuai dengan nama mereka, burung ini tersebar di sepanjang pesisir barat Peru. Akan tetapi, terkadang pelikan peru dapat ditemukan di Chili dan Ekuador sehingga mereka bukan jadi burung endemik negara Peru. Karena peta persebaran mereka berada di bagian barat Amerika Selatan, maka pilihan habitat utama bagi pelikan peru adalah pesisir pantai dengan banyak batuan di sekitar serta pulau-pulau kecil di sekitar.
Layaknya spesies pelikan lain, pelikan peru tergolong karnivor yang paling banyak mengonsumsi berbagai spesies ikan. Namun, ada satu spesies ikan favorit bagi burung ini adalah teri peru (Engraulis ringens) yang mereka cari sendiri sambil menyelam ke dalam air dengan kedalaman yang relatif dangkal. Namun, pelikan peru terkenal pula sering mencuri hasil berburu burung lain, baik dari spesies mereka sendiri ataupun spesies burung lain.
Jika berburu sendiri, pelikan peru akan berenang atau terbang rendah sebelum menyelam, bukannya terbang tinggi dan menukik tajam ke dalam air. Kemudian, mereka menyerok ikan sebanyak mungkin ke dalam mulut beserta air laut. Ikan dan air laut itu dikumpulkan di dalam kantung gular pelikan peru untuk kemudian disortir begitu mereka mengambil nafas ke permukaan. Hebatnya, pelikan ini dapat memisahkan air laut dan ikan yang diserok dengan baik sehingga pada akhirnya, pelikan peru hanya akan menelan santapan mereka.
Selain ikan, pelikan peru punya menu makanan lain yang cukup ekstrem. Dilansir Birda, burung ini diketahui sering datang ke sarang burung laut lain di sekitar mereka untuk memakan anak atau telur dari burung tersebut. Malahan, terkadang burung ini melakukan praktek kanibalisme terhadap anak spesies sendiri, tetapi tidak termasuk dalam koloni mereka.
2. Punya mekanisme mempertahankan diri saat menyelam

Ketika pelikan peru harus menghantam air untuk berburu, mereka sebenarnya berisiko untuk mengalami luka fatal pada area leher mereka. Sebab, menghantam permukaan air dengan kecepatan relatif tinggi akan terasa seperti menabrak tembok dengan kencang. Bagian tubuh paling rentan terluka parah pada gerakan ini adalah leher mereka. Maka dari itu, pelikan peru mengembangkan teknik khusus yang mereka gunakan ketika akan menghantam air dari udara.
Critter Facts melansir kalau pelikan peru dapat menegangkan otot area leher supaya siap untuk menghantam permukaan air. Kemudian, mereka mengencangkan bagian belakang sayap agar dapat melindungi tubuh dari ombak yang hendak menerjang. Pelikan peru juga dapat meredam dampak hantaman air berkat kantung udara khusus yang ada di area bawah kulit leher burung ini. Kalau dibayangkan, kantung udara itu berfungsi layakya airbag pada mobil.
3. Koloni burung ini sangat toleran

Pelikan peru hidup dalam koloni berjumlah besar, yakni sekitar belasan hingga puluhan individu. Koloni pelikan ini banyak bersama di tepian berbatu, dimana mereka akan bertengger untuk beristirahat. Burung yang satu ini ternyata tidak dapat menghasilkan suara vokal. Sebab, mereka tidak memiliki otot syringeal yang mengontrol syrinx pada burung untuk menghasilkan suara pada spesies burung pada umumnya. Untuk itu, pelikan peru berkomunikasi dengan gestur tubuh serta suara-suara lain, semisal mendesis, mengerang, menjerit, hingga menepuk paruh mereka ketika berinteraksi dengan sesama.
Tak hanya kompak dengan sesama, koloni pelikan peru ternyata cukup toleran dengan kehadiran spesies burung lain di sekitar mereka. Dilansir Oiseaux Birds, koloni burung ini terlihat sering bersama pelikan cokelat (Pelecanus occidentalis), cikalang elok (Fregata magnificens), dan angsa batu kaki biru (Sula nebouxii). Saking dekatnya pelikan peru dengan burung-burung tersebut, di sekitar Pulau Santa Clara, Ekuador, terdapat 24 sarang dari keempat spesies burung itu yang saling berdekatan.
Malahan, jarak antara koloni burung-burung tersebut terbilang sangat dekat. Diketahui kalau koloni utama pelikan peru dengan pelikan cokelat hanya berjarak 300 meter. Sementara dengan burung lain, jaraknya tidak mencapai 500 meter. Ketika bertemu, sebenarnya antar spesies burung ini tidak saling berinteraksi. Namun, burung-burung ini juga tidak menunjukkan agresi dan cenderung membiarkan spesies lain untuk bergerak di sekitar mereka.
4. Sistem reproduksi

Tidak banyak hal yang diketahui soal sistem perkawinan pelikan peru. Diduga ada kesamaan ritual antara spesies ini dengan pelikan cokelat, dimana jantan akan menggeleng-gelengkan kepala mereka ketika bertengger demi menarik perhatian betina. Musim kawin bagi pelikan peru dimulai antara bulan September—Maret.
Earth Life melansir kalau dalam satu musim kawin, pelikan peru betina dapat menghasilkan 2—3 butir telur. Telur-telur ini kemudian menjalani masa inkubasi selama 4—5 minggu dan betina paling banyak mengemban tugas untuk mengerami telur. Setelah telur menetas, anak pelikan peru ada dalam perawatan induk betina maupun jantan. Kedua induk induk ini akan bergantian menjaga dan memberi makan anak-anak mereka. Proses ini terus dilakukan hingga anak pelikan peru berusia 3 bulan karena pada usia tersebut, anak burung ini dapat dikatakan sudah bisa hidup mandiri.
5. Status konservasi

Menurut IUCN Red List, status pelikan peru saat ini ada pada kategori hampir terancam (Near Threatened). Namun, tren populasi burung ini cenderung mengalami kenaikan. Sementara itu, jumlah pelikan peru yang ada di alam liar diperkirakan antara 100 ribu—1 juta individu di sepanjang peta persebaran mereka. Kondisi ini jelas menunjukkan kalau spesies ini masih terbilang sehat. Meskipun begitu, ada sejumlah poin yang berpotensi mengganggu populasi mereka di masa depan.
Oiseaux Birds melansir kalau fenomena El Niño ternyata mempengaruhi angka kematian burung yang satu ini. Kedatangan El Niño di habitat mereka membuat ketersediaan ikan untuk makan semakin menipis. Sebab, suhu air yang menjadi hangat akibat El Niño memaksa ikan yang jadi makanan pelikan peru turun ke perairan yang lebih dalam. Tak hanya berpengaruh pada kehidupan pelikan dewasa, kekuarangan makanan ini dapat mengakibatkan pelikan muda kehilangan nyawa juga.
Dilansir Discover Silversea, pada musim El Niño terkadang memaksa pelikan peru dewasa untuk menelantarkan sarang mereka. Nah, sarang ini tak jarang berisi telur atau anak pelikan peru yang ditinggal sehingga menyebabkan kematian pada mereka. Parahnya, dalam beberapa tahun ke belakang, fenomena El Niño terjadi semakin sering dalam waktu yang relatif panjang. Penyebab dari fenomena ini tak lain disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim yang masih terus terjadi hingga sekarang.
Oh iya, ada satu hal menarik lain dari pelikan peru. Ingat kebiasaan mereka untuk tinggal dekat dengan pelikan cokelat? Nah, dulunya, pelikan peru dikategorikan sebagai subspesies dari pelikan cokelat karena kedekatan dan kemiripan ciri fisik keduanya. Akan tetapi, sekitar tahun 2007, pelikan peru terbukti merupakan spesies yang terpisah dari pelikan cokelat. Benar-benar unik, ya!