Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Sempidan-Merah Melayu, Salah Satu Burung Terancam Punah!

potret sempidan-merah melayu dengan bulu yang menawan (commons.wikimedia.org/Dick Culbert)

Famili Phasianidae dikenal dengan kelompok burung berwarna-warni yang menghabiskan sebagian besar hidup mereka di atas tanah. Total ada 54 genera dan 185 spesies burung berbeda dalam famili Phasianidae. Contoh burung dalam famili ini adalah burung merak, pegar, kuau, dan sempidan. Khusus yang terakhir itu, burung sempidan (genus Lophura) memiliki 11 spesies berbeda dan salah satu di antaranya yang paling menarik perhatian adalah sempidan-merah melayu (Lophura erythrophthalma).

Warna utama bulu sempidan-merah melayu adalah hitam metalik yang terlihat agak kebiruan atau kehijauan. Namun, ada begitu banyak kombinasi warna lain di sekujur bulu mereka, semisal bintik putih di bagian sayap atas dan punggung, kuning atau cokelat pada bagian ekor, dan tentunya merah pada area wajah dan tepi punggung mereka. Secara ukuran, sempidan-merah melayu mirip seperti ayam domestik. Panjang mereka sekitar 42—51 cm dan bobot antara 837—1.194 gram. Jantan berukuran sedikit lebih besar dari betina.

Selain soal penampilan, ada beberapa hal yang harus kita bahas tentang sempidan-merah melayu. Salah satu di antaranya adalah fakta soal populasi mereka yang kian mengkhawatirkan, terutama dalam beberapa tahun ke belakang. Yuk, kita kenalan dengan burung cantik yang satu ini!

1. Peta persebaran dan habitat alami

lukisan sempidan-merah melayu yang berada di hutan hujan (commons.wikimedia.org/George Edward Lodge)

Sempidan-merah melayu ternyata tinggal dekat dengan kita. Burung cantik ini ditemukan di Semenanjung Malaya yang meliputi sedikit bagian selatan Thailand, Malaysia, dan Singapura, serta ditemukan pula di Pulau Sumatra, Indonesia. Meski peta persebaran sempidan-merah melayu terlihat cukup luas, sebenarnya populasi burung ini cukup terfragmentasi cukup jauh di tempat-tempat yang disebutkan di atas.

Sementara untuk pilihan habitat favorit, burung yang satu ini selalu berada di kawasan hutan hujan tropis. Dilansir Data Zone by Bird Life, sempidan-merah melayu hidup di hutan dataran rendah dengan ketinggian antara 0—300 meter di atas permukaan laut. Layaknya kerabat yang lain, burung ini bergerak di tanah untuk aktivitas sehari-hari. Sebenarnya, sempidan-merah melayu bisa terbang, tapi mereka lebih mengandalkan kemampuan kaki terlebih dahulu sebelum terbang dalam jarak pendek jika merasa terancam.

2. Makanan favorit

seekor sempidan-merah melayu yang sedang mencari makan (commons.wikimedia.org/Wereldmuseum Amsterdam)

Untuk urusan makanan, sempidan-merah melayu tergolong hewan omnivor. Animalia melansir, burung ini mengonsumsi berbagai jenis daun, buah, dan sayuran di tanah. Untuk melengkapi menu makanan, mereka turut mengonsumsi hewan berukuran kecil, semisal serangga dan cacing.

Sempidan-merah melayu masuk dalam kategori hewan diurnal. Artinya, burung ini lebih banyak melakukan aktivitas, semisal mencari makan, ketika Matahari sedang bersinar dan baru beristirahat saat Matahari terbenam. Di alam liar, sempidan-merah melayu juga menjadi mangsa potensial bagi beberapa predator, semisal rubah, burung predator, kucing liar, dan musang.

3. Hidup dalam kelompok kecil

lukisan dari pasangan sempidan-merah melayu (commons.wikimedia.org/George Edward Lodge)

Dalam hidup mereka, sempidan-merah melayu ternyata selalu ikut dengan individu lain. Mereka diketahui membentuk kelompok kecil dan terus bersama ke manapun mereka pergi. Namun, kelompok kecil ini terbilang sangat spesifik hingga cocok untuk disebut sebagai keluarga kecil.

Pasalnya, komposisi kelompok sempidan-merah melayu terdiri atas pasangan jantan dan betina saja, dilansir Animalia. Terkadang, ada pula kelompok yang terdiri atas satu jantan dan beberapa betina. Dalam anggota kelompok burung ini, ada pula anak-anak dari pasangan utama yang masih bersama induk mereka sampai mencapai usia dewasa.

Selain mencari makan bersama, anggota kelompok sempidan-merah melayu akan saling menjaga satu sama lain. Mereka akan mengingatkan sesama jika mendeteksi keberadaan predator. Burung ini juga memiliki sarang bersama yang mereka bangun di dalam akar pohon besar.

4. Sistem reproduksi

sempidan-merah melayu yang tinggal di Kebun Binatang Tennōji, Jepang (commons.wikimedia.org/KENPEI)

Tidak banyak hal terkait sistem reproduksi sempidan-merah melayu yang kita ketahui saat ini, terutama pada individu di alam liar. Sebab, mereka termasuk sosok burung pemalu yang selalu bisa menghindari observasi manusia. Musim kawin bagi sempidan-merah melayu diperkirakan terjadi antara bulan April—Juni.

Birds of The World melansir bahwa dalam satu musim kawin, sempidan-merah melayu betina dapat menghasilkan 4—5 butir telur yang mereka letakkan di sarang. Uniknya, individu yang dipelihara di penangkaran dapat menghasilkan sampai 6 butir telur. Setelah dikeluarkan, telur-telur sempidan-merah melayu akan menjalani masa inkubasi selama 24 hari sebelum akhirnya menetas.

5. Status konservasi

spesimen sempidan-merah melayu yang diawetkan di museum (commons.wikimedia.org/Sterilgutassistentin)

Hal paling mengkhawatirkan dari sempidan-merah melayu adalah populasi mereka. Menyadur IUCN Red List, data tahun 2022 menyebut kalau status burung ini sudah ada dalam kategori sangat terancam punah (Critically Endangered) dengan tren populasi yang menurun. Padahal, kalau kita melihat data tahun 2016, status sempidan-merah melayu masih ada dalam kategori rentan (Vulnerable).

Artinya, hanya dalam beberapa tahun saja, populasi burung ini turun sangat drastis. Sekitar tahun 2000—2016, diperkirakan ada 10—20 ribu sempidan-merah melayu yang masih tersebar. Saat ini, jumlah mereka belum diperkirakan secara terperinci, tetapi kepadatan populasi sudah turun sampai kurang dari 6 individu per km persegi.

Dilansir IUCN Red List, penurunan jumlah yang ekstrem dari sempidan-merah melayu disebabkan oleh kerusakan habitat secara besar-besaran karena aktivitas manusia di sepanjang peta persebaran mereka. Mengingat populasi mereka yang terfragmentasi, kerusakan habitat jelas sangat berdampak dalam keberlangsungan generasi burung ini. Selain itu, sempidan-merah melayu kerap diburu secara ilegal karena dianggap burung yang cantik untuk mengisi aviary (kandang burung besar).

Pemerintah negara-negara yang jadi rumah bagi sempidan-merah melayu sudah bergerak untuk mengatasi masalah ini. Di Indonesia dan Malaysia, misalnya, perlindungan sempidan-merah melayu sudah dilakukan dengan melakukan upaya konservasi di suaka margasatwa ataupun taman nasional.

Ada pula peraturan perundang-undangan yang melarang siapapun memburu atau merusak habitat burung ini dengan hukuman yang berat bagi siapa saja yang melanggar. Duh, semoga saja populasi burung cantik yang satu ini dapat pulih kembali, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us