5 Fakta Unik Gavialidae, Famili Crocodilian yang Gemar Memakan Ikan

- Kaiman, buaya, dan alligator digolongkan ke jenis yang berbeda berdasarkan perbedaan kebiasaan, ciri fisik, morfologi, genetik, dan evolusi.
- Gavialidae memiliki moncong panjang, ramping, gigi kecil, suka memakan ikan, tidak bisa makan hewan besar atau darat.
- Hanya tersisa dua spesies Gavialidae yang masih hidup yaitu gharial dan buaya senyulong dengan populasi terancam punah.
Kaiman, buaya, dan alligator merupakan tiga jenis hewan yang sangat mirip tapi ternyata digolongkan ke jenis yang berbeda. Penggolongan tersebut didasari oleh beberapa hal, seperti perbedaan kebiasaan, perbedaan ciri fisik, perbedaan morfologi, perbedaan genetik, sampai perbedaan evolusi. Walaupun merupakan jenis yang berbeda, ketiganya punya kekerabatan yang cukup dekat dan diklasifikasikan ke dalam satu ordo yang sama, yaitu ordo Crocodylia atau biasa disebut crocodilian.
Namun crocodilian tidak hanya terdiri dari buaya, kaiman, dan alligator. Nyatanya ada satu jenis crocodilian lain yang sangat unik, yaitu Gavialidae. Gavialidae sendiri merupakan famili crocodilian yang dicirikan dengan badan memanjang, moncong panjang, lurus, sempit, ramping, gigi yang lurus dan kecil, serta sangat suka memakan ikan. Sayangnya walau memiliki banyak keunikan Gavialidae tidak lebih terkenal dari buaya, kaiman, atau alligator. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas beberapa fakta unik Gavialidae supaya kamu lebih mengenal reptil ini.
1. Memiliki moncong ramping dan panjang yang sangat efisien untuk menangkap ikan

Dilansir Smithsonian's National Zoo & Biology Conservation Institute, reptil ini hanya bisa memakan hewan berukuran kecil. Secara umum makanan utamanya adalah ikan, namun terkadang individu muda juga memakan krustasea, serangga, dan amfibi. Dengan moncongnya yang panjang, ramping, sempit, dan giginya yang lurus ia dengan mudah mampu menangkap ikan yang kecil dan licin. Bentuk moncong demikian merupakan adaptasi Gavialiade supaya mudah menangkap ikan.
Namun karena moncong kecilnya, Gavialidae tidak bisa memakan hewan darat atau hewan berukuran besar. Tentunya hal ini berbanding terbalik dengan crocodilian lain seperti aligator, kaiman, atau buaya yang mana mereka terkenal karena mampu memakan apapun, bahkan hewan darat sekalipun. Oleh karena itu jika populasi ikan menurun maka Gavialidae akan kesulitan mencari makan. Tapi kebiasaan makan tersebut juga menguntungkan karena membuat hewan ini tak perlu bersaing dan berebut makanan dengan crocodilian lain.
2. Mencakup dua spesies yang masih hidup, yaitu buaya senyulong dan gharial

Laman The Reptile Database menjelaskan kalau saat ini hanya tersisa dua spesies Gavialidae yang masih hidup, yaitu Gavialis gangeticus (gharial) dan Tomistoma schlegelii (buaya senyulong). Mereka berdua merupakan penghuni sungai-sungai di wilayah benua Asia, namun secara spesifik penyebaran keduanya cukup berbeda. Buaya senyulong merupakan hewan endemik Asia Tenggara dan dapat ditemukan di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan gharial dapat ditemukan di India, Myanmar, Bhutan, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal.
Walau berada di famili Gavialidae, namun para ahli percaya kalau buaya senyulong punya kekerabatan yang cukup dekat dengan famili Crocodilidae. Alhasil ia punya kekerabatan yang dekat dengan buaya sejati seperti buaya nil atau buaya air asin. Hal ini juga bisa terlihat dari kesamaan ciri fisik yang mereka miliki. Tak cuma itu, selain dua spesies yang masih hidup sebenarnya Gavialidae punya beberapa spesies yang sudah lama punah, beberapa diantaranya adalah Tomistoma lusitanicum dan Gavialis bengawanicus.
3. Jadi famili crocodilian yang populasinya paling terancam

Crocodilian seperti Gavialiade memang terkenal sebagai predator ganas berukuran besar yang mampu melukai manusia. Namun seganas-ganasnya mereka reptil ini tak luput dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh perburuan liar, kerusakan habitat, deforestasi hutan, pencemaran lingkungan, dan industrialisasi. Saat ini Gavialidae jadi crocodilian dengan populasi yang mengkhawatirkan sampai-sampai keduanya jadi spesies terancam punah.
IUCN Red List melansir, buaya senyulong masuk dalam kategori endangered atau terancam dengan populasi sekitar 2,400 individu di alam liar. Di sisi lain gharial masuk ke kategori critically endangered atau sangat terancam dengan populasi sekitar 300 sampai 900 individu di alam liar. Populasi buaya senyulong terus menurun sementara itu populasi gharial mulai mengalami kenaikan. Karenanya, berbagai upaya konservasi harus dilakukan untuk mencegah kepunahan kedua reptil ini.
4. Hanya akan naik ke daratan untuk bertelur dan berjemur

Gavialidae merupakan reptil semi akuatik yang artinya ia lebih sering menghabiskan waktu di dalam air. Biasanya hewan ini akan berenang, mencari makan, beristirahat, atau menyelam di dasar air. Untuk mendukung gaya hidup semi akuatiknya tersebut reptil dengan panjang mencapai 5 meter ini mampu menahan nafas dalam waktu yang lama, punya lubang hidung di bagian atas moncong, punya ekor pipih layaknya dayung, punya badan memanjang, dan punya mata yang berlokasi di bagian atas kepala.
Bahkan saking seringnya berada di air hewan ini hampir tidak pernah naik ke daratan, jelas iNaturalist. Tercatat, Gavialiade hanya naik ke daratan pada saat-saat tertentu, seperti saat kawin, saat bertelur, atau saat berjemur. Walau sering berada di air hewan ini tetap harus berjemur. Hal tersebut sangat penting karena membantunya menjaga suhu tubuh dan memperlancar metabolisme.
5. Mampu hidup berdampingan dengan spesies crocodilian lain

Gavialiade biasanya tinggal di sungai, danau, atau di daerah pesisir yang dekat dengan laut. Nah, tentunya ia juga tidak tinggal sendiri karena daerah-daerah tersebut juga dihuni oleh spesies crocodilian lain, seperti Crocodylus siamensis (buaya siam), Crocodylus porosus (muara air asin), dan Crocodylus palustris (buaya mugger), jelas Thai National Parks dan Animal Diversity Web. Uniknya konflik antara Gavialiade dengan crocodilian lain cukup jarang terjadi dan mereka bisa hidup berdampingan.
Kemungkinan hal ini terjadi karena Gavialidae dan crocodilian lain punya pilihan makanan yang berbeda. Di saat crocodilian lain yang lebih besar memburu primata, mamalia besar, dan reptil Gavialiade justru tidak terusik dan dengan tenang hanya memburu ikan, amfibi, dan krustasea. Hal tersebut disebut niche partitioning, yaitu keadaan di mana beberapa spesies punya pola hidup, makanan, dan kebiasaan yang berbeda yang mana membuat persaingan dan konflik jarang terjadi.
Gavialiade memang punya bentuk tubuh yang tidak biasa sehingga membuatnya terlihat aneh jika dibandingan crocodilian lain. Namun, dibalik keanehannya ternyata reptil ini menyimpan berbagai keunikan. Pertama, moncong panjang dan rampingnya sangat efisien untuk menangkap ikan dan hewan kecil. Kedua, ia jadi hewan terancam punah yang populasinya mengkhawatirkan, dan terakhir hewan ini mampu hidup berdampingan dengan crocodilian lain yang lebih besar dan ganas.