5 Fakta Unik Gonyosoma, Apakah Gigitannya Berbahaya bagi Manusia?

Genus Gonyosoma merupakan salah satu genus ular yang sangat mudah ditemui di Asia Tenggara. Genus ini juga mudah dikenali dari kebiasaannya, bentuk tubuhnya, warnanya, sampai coraknya. Mungkin kamu tak tahu dengan nama Gonyosoma, tapi beberapa dari kamu mungkin pernah menemui ular ini atau tidak sengaja membunuh ular ini. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat hewan ini kerap masuk ke rumah dan tak jarang juga menggigit manusia. Bahkan karena sering menggigit dan cukup agresif banyak orang yang menganggap kalau ular ini berbisa tinggi dan berbahaya. Namun apakah gigitannya benar-benar berbahaya? Nah, hal itulah yang akan kita ulik bersamaan dengan beberapa fakta unik dan menarik yang dimiliki ular ini.
1. Gonyosoma merupakan genus ular berwarna hijau

Ular dari genus Gonyosoma dapat dikenali dari dua hal, yaitu warnanya dan bentuk tubuhnya. Pertama, jika berbicara tentang warna hewan secara umum ular ini memiliki warna hijau yang terang di seluruh tubuh. Saat terkena cahaya warna tersebut akan berkilau sehingga terlihat memukau. Namun selain hijau hewan ini juga punya variasi warna lain, yaitu hitam, silver, putih, kekuningan, cokelat, bahkan biru. Perbedaan warna tersebut dapat terjadi karena perbedaan habitat, mutasi genetik, dan perbedaan spesies.
Tapi walau tiap individu bisa punya warna yang berbeda namun semua ular Gonyosoma memiliki perawakan yang sama. Tubuh ular ini memanjang, ekornya panjang, kepalanya berbentuk oval, dan pupil matanya membulat. Ekor yang panjang membantunya mencengkeram ranting dan dahan pohon. Badan yang panjang membuat hewan ini menjadi lebih fleksibel. Terakhir, pupil yang membulat membantunya melihat dengan lebih baik.
2. Cukup agresif dan tak jarang menggigit manusia

Di banyak kesempatan ular ini lebih sering kabur atau bersembunyi saat bertemu dengan manusia. Namun jika sangat terpojok dan tidak bisa kabur ia akan beralih menjadi agresif. Saat hal itu terjadi, Gonyosoma akan menekuk leher, mengangkat kepala, dan menggembungkan lehernya untuk membuat dirinya terlihat lebih besar, jelas Animalia. Ia juga akan membuka mulut lebar-lebar dan bahkan tak takut untuk menyerang dan menggigit manusia.
Tapi tenang, hewan ini bukan ular berbisa dan gigitannya tak akan membunuh manusia. Namun kamu tetap harus waspada karena gigitan dari individu dewasa bisa membuat kulitmu berdarah sampai sobek. Hal tersebut dapat terjadi karena dua hal, yaitu ular ini punya rahang dan kuat dan ia juga memiliki gigi-gigi yang tajam. Nah, karena tidak berbisa ular ini juga hanya mengandalkan terkaman dan lilitannya untuk berburu, mirip seperti ular boa dan sanca.
3. Pemanjat ulung yang menghuni wilayah Asia

Dilansir iNaturalist, daerah penyebaran Gonyosoma mencakup wilayah Asia Tenggara sampai Asia Timur. Negara-negara tropis seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, India, Singapura, Bangladesh, sampai Cina jadi rumah bagi ular ini. Gonyosoma sendiri termasuk ular arboreal yang artinya ia hidup di pepohonan yang lebat. Karena gaya hidupnya tersebut sangat masuk akal jika reptil ini punya kemampuan memanjat yang baik.
Bahkan tak hanya pohon, di banyak kesempatan hewan ini juga kerap terlihat memanjat bebatuan, dinding rumah, sampai tiang listrik. Warna hijau yang dimiliki ular ini juga bukan hiasan semata. Justru warna hijau tersebut merupakan alat kamuflase yang ia gunakan untuk bersembunyi di dahan pohon, dedaunan, pepohonan, semak-semak, dan rerumputan. Makanannya juga tak jauh-jauh dari hewan pohon, seperti cecak, kadal, tupai, tikus, sampai burung.
4. Punya spesies bertanduk yang sangat unik

Tak hanya warna hijau dan badan yang memanjang, ternyata Gonyosoma juga punya satu spesies yang sangat unik, lho. Spesies tersebut adalah Gonyosoma boulengeri atau ular badak. Seperti badak, ular ini memiliki tanduk di ujung kepalanya. Hanya saja tanduk tersebut tidak keras dan tidak bisa menusuk seperti yang dimiliki badak. Daripada untuk bertarung atau menyerang, tanduk yang dimiliki ular ini lebih berfungsi sebagai alat kamuflase dan membuatnya terlihat seperti daun atau dahan pohon.
Ular ini sendiri hanya bisa ditemukan di dua negara, yaitu Vietnam dan Cina, jelas The Reptile Database. Tapi selain dari tanduknya sebenarnya spesies ini tidak punya perbedaan mencolok dengan spesies Gonyosoma lain. Ular badak juga merupakan hewan arboreal, tubuhnya juga berwarna hijau, tubuhnya memanjang, ekornya kuat, makanannya berupa hewan pohon, dan ia juga termasuk ular tidak berbisa.
5. Panjangnya berkisar antara 60 centimeter sampai 2,4 meter

Gonyosoma termasuk genus ular dengan ukuran yang cukup bervariasi, mau itu spesies berukuran kecil sampai berukuran besar dapat ditemukan di genus ini. Pertama, ada spesies seperti Gonyosoma coeruleum yang panjangnya hanya sekitar 60 sampai 80 centimeter. Di sisi lain, Gonyosoma prasinum lebih besar dengan panjang yang mencapai 1 meter. Namun ada juga spesies raksasa seperti Gonyosoma oxycephalum dan Gonyosoma boulengeri yang panjangnya berkisar antara 1,6 sampai 2,4 meter, jelas Ecologyasia dan Reptile Care Database.
Perbedaan ukuran juga termasuk hal yang wajar dan memberi keuntungan bagi tiap spesies. Sebagai contoh, G. coeruleum tidak butuh tubuh besar karena ia hanya memakan hewan kecil seperti cecak dan serangga. Ukuran kecil juga membuatnya dapat berkamuflase dengan lebih mudah. Sebaliknya, ukuran raksasa yang dimiliki G. oxycephalum justru membantunya dalam berburu dan menelan tikus sampai burung. Dengan badan besar G. oxycephalum juga mampu menakut-nakuti predator.
Mungkin Gonyosoma bukan ular yang terlalu dikenal, namun dibalik hal tersebut ternyata ia menyimpan segudang fakta unik. Pertama, ular ini memiliki warna hijau, biru, silver, kuning, putih, dan hitam yang memukau. Kedua, ia merupakan ular arboreal yang sangat ahli memanjat. Ketiga, penyebarannya mencakup benua Asia. Keempat, genus ini punya spesies bertanduk. Terakhir, walau cukup agresif dan sering menggigit ternyata ia termasuk ular tidak berbisa dan gigitannya tidak berbahaya.