5 Fakta Unik Hadada Ibis, Burung yang Bersifat Monogami!

Hadada ibis merupakan burung endemik asli asal benua Afrika. Populasi mereka dapat ditemukan di wilayah sub-sahara Afrika yang meliputi negara Angola, Burundi, Gambia, Somalia, Kenya dan lain-lain. Dilansir dari laman Animalia, burung ini mendiami berbagai macam daerah mulai dari padang rumput, sabana dan lahan basah.

Bahkan, mereka juga sering terlihat berkeliaran di area pemukiman penduduk seperti taman-taman kota hingga lapangan. Hadada Ibis termasuk hewan karnivora. Makanan utama burung ini adalah serangga, larva dan kadal berukuran kecil.

Seperti spesies burung ibis pada umumnya, hadada ibis hidup dengan membentuk kelompok. Biasanya dalam satu kelompok terdiri dari 30 individu. Spesies burung ini termasuk hewan diurnal yang aktif beraktivitas mulai dari matahari terbit hingga senja.

Sebagian besar waktu hadada ibis dihabiskan untuk mencari makan dengan menggali tanah menggunakan paruhnya yang runcing. Mereka dikenal akan suaranya yang sangat melengking ketika berkomunikasi. Hadada ibis bukan tipe burung yang suka bermigrasi.

Hadada ibis termasuk spesies burung berukuran sedang. Dilansir dari laman Britannica, burung dewasa memiliki panjang antara 65 hingga 75 sentimeter. Sedangkan tubuhnya ditutupi perpaduan warna bulu abu-abu, coklat dan hijau.

Selain itu, daya tarik lainnya dari hadada ibis terletak pada bentuk paruhnya yang panjang dan melengkung. Di bagian atas paruh terdapat garis berwarna merah yang menjadi ciri khasnya. Hadada ibis muda penampilannya tidak semenarik dewasa.

Musim kawin hadada ibis berlangsung mulai dari bulan Oktober hingga November. Mereka menerapkan sistem perkawinan monogami di mana burung ini hanya mempunyai satu pasangan untuk seumur hidup. Sang betina mampu mengeluarkan hingga empat telur.

Setelah itu, telur-telur tersebut dierami selama 26 hari. Bayi yang baru menetas sangat lemah dan hanya bisa mengonsumsi makanan lunak. Mereka akan meninggalkan sarang induknya setelah berusia dua bulan.

Hingga sekarang, belum ada data yang memperlihatkan jumlah hadada ibis di alam liar. Namun, burung ini belum dimasukan oleh Badan Konservasi Alam Dunia dalam daftar hewan yang dilindungi. Hal ini menandakan bahwa populasi mereka masih stabil.

Ancaman terbesar hadada ibis adalah perburuan liar yang sering terjadi. Penduduk lokal menjadikan burung ini sebagai bahan obat tradisional. Di habitat aslinya, hadada ibis mampu bertahan hidup hingga usia 16 tahun.

Dengan penampilannya yang terlihat mencolok membuat mereka sangat mudah sekali dikenali di alam liar. Hadada ibis memiliki sifat waspada di mana burung ini akan langsung melarikan diri jika didekati manusia.