Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kuskus Tutul
Kuskus tutul (commons.wikimedia.org/Nigel Voaden)

Intinya sih...

  • Kuskus tutul tidak hanya ada di Australia, tapi juga di Sulawesi

  • Asal-usul kuskus tutul masih diperdebatkan oleh para peneliti

  • Kuskus tutul tidak pemilih makanan dan sangat teritorial dalam wilayahnya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Salah satu hewan yang terlihat sangat fluffy adalah kuskus, marsupial dengan penyebaran cukup luas. Spesiesnya yang dikenal sebagai common spotted cuscus atau white cuscus ternyata juga ada di Indonesia, lho. Mereka berada dalam famili Phalangeridae dan memiliki nama ilmiah Spilocuscus maculatus. Panjang tubuhnya standar, kisaran 35-65 sentimeter dengan berat 1,5-6 kilogram.

Penampilannya sangat menggemaskan, kepalanya bulat, telinganya kecil, bulunya tebal dan ekornya berguna untuk mencengkeram dahan saat memanjat. Warna matanya beragam, mulai dari kuning, oranye dan merah, bentuknya mirip mata ular. Mereka punya cakar kuat, adaptasi yang diperlukan saat hidup di pepohonan.

Warna bulu jantan biasanya abu-abu atau putih, ada juga yang cokelat putih. Sementara betina cenderung putih atau abu-abu polos tanpa tutul, karena hanya jantan yang punya tutul, ya. Setelah tahu penampilannya, berikut informasi mengenai gaya hidupnya di alam liar.

1. Tidak hanya di Australia, ada juga di Sulawesi!

Kuskus tutul (inaturalist.org/松井 淳)

Penyebaran kuskus tutul cukup luas, membentang dari Cape York, Papua Nugini dan pulau-pulau sekitarnya hingga bagian barat Sulawesi dan timur Kepulauan Solomon. Animalia menginformasikan bahwa mereka menghuni hutan hujan, hutan bakau, hutan berkayu keras dan hutan eukaliptus di ketinggian hingga 1.200 meter. Jadi, pilihan habitatnya juga beragam.

2. Asal-usul kuskus tutul masih jadi perdebatan

Kuskus tutul (commons.wikimedia.org/Edward Bell)

Tidak di ketahui dari mana mereka berasal, apakah itu Australia lalu menyebar ke Papua Nugini atau sebaliknya. Tapi, para peneliti percaya bahwa dalam jutaan tahun terakhir mereka telah berpindah-pindah mengikuti turunnya permukaan laut yang sempat membuka jalur darat di Selat Torres, dilansir iNaturalist.

3. Mereka tidak pemilih makanan

Kuskus tutul (commons.wikimedia.org/Kristof Zyskowski)

Menghuni berbagai habitat memungkinkan kuskus tutul mendapatkan menu makan yang melimpah. Makanan utamanya berupa dedaunan, buah dan nektar. Mereka makan daun pohon ara, jukut pulai, Slonea (pohon hutan yang daunnya lebar dan buahnya kecil), oak Asia, Aglia (berada dalam keluarga mahoni), Mischocarpus (pohon hutan tropis) dan matoa.

Kuskus tutul juga melengkapi dietnya dengan menyantap bunga, hewan kecil dan sesekali mengonsumsi telur jika tersedia. Jadi, bisa disimpulkan bahwa selama ada makanan di habitatnya, mereka bisa mengonsumsinya. Soalnya mereka tidak begitu pemilih makanan!

4. Mereka sangat teritorial

Kuskus tutul (inaturalist.org/松井 淳)

Penghuni hutan satu ini lebih suka hidup menyendiri, mereka juga sangat pemalu. Walaupun begitu, kuskus tutul tidak suka jika wilayahnya diusik oleh jantan lain. Sikap pendiamnya langsung berubah jadi agresif! Mereka juga punya cara untuk menandai wilayahnya.

Melansir A-Z Animals, kuskus tutul menggunakan cairan dari kelenjar aroma atau bahkan menjilati ranting dan batang kecil sebagai pananda. Jika masih ada yang nekat untuk masuk, mereka tidak ragu untuk menendang, menggigit dan mengusirnya dengan desisan.

5. Anaknya berada di dalam kantong selama 6-7 bulan

Kuskus tutul (inaturalist.org/Jan-Paul Boerekamps)

Sistem perkawinan kuskus tutul adalah poligini, berarti jantan bisa kawin dengan lebih dari satu betina. Tidak ada waktu kawin spesifik, mereka bisa berkembang biak kapan pun sepanjang tahun. Betina hanya mengandung anaknya selama 13 hari, hanya saja anak-anaknya tetap berada dalam kantong selama 6-7 bulan.

Betina bisa melahirkan 3 anak sekaligus, tapi biasanya hanya dua yang benar-benar mereka susui. Jika kamu penasaran bagaimana penampilan anaknya, berat mereka hanya satu gram. Sangat mungil, bukan?

Walaupun asal-usul kuskus tutul masih jadi perdebatan, masih banyak waktu untuk mengetahui jawaban pastinya. Untungnya, populasi mereka cenderung stabil dan masih diklasifikasikan sebagai least concern oleh IUCN. Walaupun begitu, jika habitat aslinya rusak, itu bisa berdampak pada penurunan populasinya di alam liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team